"Ungkapan pemikiran sederhana untuk pembenahan diri"

Sabtu, 07 Januari 2017

Pendidikan karakter Menurut Ki Hajar Dewantara


 

Oleh: Muthoifin (Guru Pesantren Hidayatullah, Solo)


Dalam beberapa buku karya Ki Hadjar Dewantara tidak dijumpai istilah "karakter",  dengan makna "akhlaq" dalam Islam. Tapi, secara inplisit istilah itu muncul dalam berbagai buku karangannya dengan istilah "budi pekerti". Oleh Ki Hadjar, budi pekerti diletakkan sebagai jiwa atau ruh daripengajarananya. Sebab, menurutnya, pengajaran dan budi pekerti ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Pengajaran atau pendidikan berarti menuntun tumbuhnya budi pekerti dalam hidup anak didiksupaya mereka kelak menjadi manusia berpribadi yang beradab dan susila. (Ki Hadjar Dewantara, Bagian Pertama (Pendidikan), Yogyakarta: Majlis Luhur Tamansiswa, 1967).


Budi pekerti menurut Ki Hadjar bukan sekedar konsep teoritis sebagaimana yang dipahami masyarakat pada umumnya. Pengajaran budi pekerti juga bukan berarti mengajar teori tentang baik buruk, benar salah dan seterusnya; bukan pula pengajaran dalam bentuk pemberian kuliah atau ceramah tentang hidup kejiwaan atau peri-keadaban manusia dan atau keharusan memberi keterangan-keterangan tentang budi pekerti secara luas dan mendalam. Pengajaran budi pekerti, tegas Ki Hadjar, diterapkan untuk menyokong perkembangan hidup anak-anak,  menuju ke arah peradaban dalam sifatnya yang umum, seperti mengajarkan anak bagaimana duduk yang baik, tidak berteriak-teriak agar tidak mengganggu orang lain, bersih badan dan pakaian, hormat terhadap ibu bapak dan orang lain, suka menolong dan lain sebagainya. (Abuddin Nata, Tokoh-tokoh Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2005).


Ki Hadjar yang dikenal sebagai tokoh pendidikan mengharapkan, anak-anak didik hendaknya diberikan anjuran-anjuran untuk melakukan pelbagai laku yang baik dengan cara disengaja. Denganbegitu maka syarat pendidikan budi pekertiyang dahulu biasa saja disebut metode menyadari, menginsyafi dan melakukan, ataungerti, ngerasa dan ngelakoni ("tri-nga") dapat terpenuhi. (Ki Hadjar Dewantara, Karya Ki Hadjar Dewantara Bagian A (Kebudayaan), Yogyakarta: Tamansiswa, 1967)


Ki Hadjar menghendaki budi pekerti yang bersifat terintegrasi dengan pengajaran pada setiap bidang studi. Dengan kata lain, Ki Hadjar menginginkan bahwa pada setiap pengajaran bidang studi apapun harus mengintegrasikannya dengan pendidikan budi pekerti, dan tidak berhenti pada pengajaran mata pelajaran tersebut semata-mata. Baginya pengajaran adalah alat bukan tujuan. Pengajaran matematika misalnya adalah alat untuk menghasilkan anak yang memiliki keterampilan dalam memahami dan mempraktikkan rumusan hitungan secara tepat dan akurat. Namun bersamaan dengan itu pengajaran matematika tersebut harus diarahkan pada menghasilkan manusia yang dapat bersikap teliti, cermat, kerja teratur dan jujur. (Abuddin Nata, Tokoh-tokoh Pembaruan, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2005).


Budi pekerti dalam implementasi di Perguruan Tamansiswa bertujuan agar anak-anak didik dapat kemajuan alam hidupnya lahir dan batin menuju ke arah adab kemanusiaan. Budi pekerti di sini juga tidak hanya menghendaki pembentukan intelek, tetapi menghendaki juga pendidikan dalam arti pemeliharaan dan pelatihan susila (budi), karena menurut Ki Hadjar, adab atau keluhuran budi manusia itu menunjukkan sifat batinnya manusia, sedangkan kesusilaan atau kehalusan itu menunjukkan sifat hidup lahiriyah manusia yang serba halus dan indah.Ki Hadjar menyatakan, "Bahwa budipekerti seseorang itu dapat mewujudkan sifat batinnya seseorang dengan pasti dan tetap". Ki Hadjar juga menegaskan,  "Bahwa tidak ada dua budi pekerti orang yang sama, meskipun sama dua roman wajah seseorang, tidaklah sama kedua budi pekertinya". (Abdurrahman Surjomiharjo,Ki Hajar Dewantara dan Taman Siswa dalam Sejarah Indonesia Modern,  Yogyakarta: Sinar Harapan, 1986).

Ki Hadjar pun berpendapat bahwa pendidikan budi pekerti harus mempergunakan syarat-syarat yang selaras dengan jiwa kebangsaan menuju kepada kesucian, ketertiban dan kedamaian lahir batin. Menyimak gagasan dan pemikirannya tentang pendidikan budi pekerti, terlihat dengan jelas, konsep budi pekerti Ki Hadjar  diarahkan pada pembentukan karakter bangsa yang sesuai dengan nilai-nilaibudaya bangsa yang universal.


(Ki Hadjar Dewantara, Asas-asas dan Dasar-dasar Tamansiswa, Yogyakarta: Tamansiswa, 1964)


Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Situs

Online now

Show Post

Blog Archive