"Ungkapan pemikiran sederhana untuk pembenahan diri"

Senin, 24 Juli 2017

Hadits-Hadits Nabi Tentang Gambaran Surga



 Gambar terkait
dari Abdullah bin Umar r.a. dari Nabi saw. bahwa Rasulullah bersabda, 
"Sesungguhnya jika salah seorang di antara kalian mati, maka tempat duduknya disuguhkan kepadanya siang dan malam. Jika dia penduduk surga, maka kursi itu dari kursi penduduk surga. Dan jika dia penduduk neraka, maka kursi itu kursi penduduk neraka. Lalu dikatakan kepadanya, inilah tempat dudukmu hingga Allah membangkitkan kamu pada hari kiamat." (HR Bukhari dan Muslim)


Juga riwayat lain dalam Shahih Bukhari dan Muslim, yaitu hadits Sa'id al-Khudri bahwa Nabi bersabda,


"Surga dan neraka bertengkar. Surga berkata, 'Mengapa tidak masuk kepadaku kecuali orang-orang lemah dan rendahan.' Dan neraka berkata, "Mengapa tidak ada yang masuk kepadaku selain orang-orang kejam dan sombong.' Maka Allah berfirman kepada surga, 'Engkau adalah rahmat-Ku. Denganmu, Aku merahmati orang yang Aku kehendaki.' Dan berfirman kepada neraka, 'Aku mengazab denganmu siapa yang Aku kehendaki.'"(HR Bukhari dan Muslim)


Dan dalam kitab-kitab Sunan, terdapat sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah bersabda,


"Tatkala Allah menciptakan surga dan neraka, Dia mengutus Jibril ke surga dan berfirman kepadanya, 'Pergi dan lihatlah kepadanya dan kepada apa yang Aku persiapkan untuk penghuninya.' Lalu Jibril pun pergi melihat surga dan apa yang dipersiapkan untuk penghuninya."(HR Tirmidzi dan Ahmad)


Dalam dua hadits sahih tentang ism', Rasulullah bersabda,

"Kemudian aku diangkat ke Sidratul-Muntaha. Aku melihat daun-daunnya lebarnya seperti telinga gajah, buahnya seperti punuk unta yang paling baik, dan ia memiliki empat sungai. Sungai lahiriah dan sungai batiniah. Lalu aku bertanya kepada Jibril, 'Apa ini wahai Jibril?' Jibril menjawab, 'Sungai lahiriah adalah sungai Nil dan Eufrat, sedangkan sungai batiniah adalah dua sungai yang berada di surga.' (HR Bukhari dan Muslim)


Dan dalam hadits di atas juga disebutkan,

"Kemudian aku dimasukkan ke dalam surga. Maka (kulihat) dinding surga itu terbuat dari mutiara dan tanahnya dari misk."

Dalam shahih Bukhari dari Anas r.a. disebutkan bahwa Nabi saw. bersabda,

"Ketika aku berjalan di dalam surga, aku berada di sungai yang kedua pinggirnya terbuat dari kubah yang terbuat dari mutiara cekung. Lalu aku bertanya, 'Apa ini Jibril?' Jibril menjawab, 'Ini adalah al-kaustar yang diberikan kepadamu.' Lalu malaikat memukul dengan tangannya, maka kulihat tanahnya adalah parfum dari minyak kasturi." (HR Bukhari dan Ahmad)


Dalam sebuah hadits tentang shalat kusuf yang terdapat dalam shahih Muslim, disebutkan bahwa ketika shalat Nabi bergerak maju mundur. Kemudian setelah
 

"Telah diperlihatkan kepadaku surga dan neraka. Lalu surga didekatkan kepadaku, hingga seandainya aku memetik satu buah dan surga itu, pasti aku dapat mengambilnya. Dan seandainya aku mengambilnya, maka kalian akan makan darinya selama dunia masih ada"(HR Muslim dan Nasai)


Dalam shahih Muslim dari Ibnu Mas'ud r.a., yaitu tentang penafsiran firman Allah,

"Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang terbunuh di jalan Allah itu mati!

Tapi mereka hidup. Mereka diberikan rezeki disisi Tuhannya." (Ali Imran: 169)


Rasulullah saw. bersabda,

"Ruh mereka berada dalam perut burung hijau yang memiliki lampu-lampu yang tergantung di Arsy. Mereka terbang dari surga ke mana saja dihendakinya. Kemudian mereka kembali berlabuh dalam lampu-lampu itu. Lalu Tuhanmu melihat keadaan mereka dan berfirman, 'Apakah kalian menginginkan sesuatu?' Mereka menjawab, 'Apa lagi yang kami inginkan, sedangkan kami terbang dari surga kapan saja kami hendaki.'" (HR Muslim dan Tirmidzi)


Dalam hadits shahih, dari hadits Ibnu Abbas r.a. disebutkan bahwa Rasulullah bersabda,

"Tatkala saudara-saudaramu terbunuh, Allah menjadikan ruh mereka dalam perut burung hijau yang selalu mendatangi sungai-sungai surga, makan dari buahnya, bernaung di bawah lampu-lampu yang terbuat dari emas tergantung dalam payung Arsy. Tatkala mereka merasakan kelezatan makanan, minuman, dan tempatnya, mereka mengatakan, 'Siapakah yang akan memberitakan kepada saudara-saudara kami bahwa kami dalam surga, kami diberi rezeki supaya mereka tidak segan-segan berjihad dan tidak menahan diri pada saat perang? Lalu Allah menjawab, 'Aku yang akan memberitahukan mereka tentang kalian-kalian. 'Lalu Azza Wajalla berfirman, 'Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang terbunuh di jalan Allah ....'" (HR Ahmad)

Dalam kitab al-Muwaththa terdapat sebuah hadits dari Ka'ab bin Malik r.a., bahwa Rasulullah saw. bersabda,

"Sesungguhnya jiwa orang mukmin dimakan seekor burung yang terbang di surga hingga Allah mengembalikannya kepada jasadnya pada hari dibangkitkannya." (HR Malik)


Dalam shahih Bukhari disebutkan bahwa ketika Ibrahim putra Rasulullah wafat, maka Rasulullah saw. bersabda,

''Ibrahim mempunyai seorang ibu yang menyusuinya di surga." (HR Bukhari dan Ahmad)

Dalam Shahih Bukhari dari Imran bin Hushain r.a. disebutkan bahwa Rasulullah bersabda,

"Saya menengok ke surga. Saya melihat sebagian besar penghuninya adalah para fakir. Kemudian saya menoleh ke neraka dan saya melihat bahwa sebagian besar penghuninya adalah kaum perempuan." (HR Bukhari dan Ahmad)

wallahu'alam

Share:

Sesungguhnya Sebaik Baik Bekal dan Kekayaan adalah TAKWA

 https://www.konfrontasi.com/sites/default/files/styles/article_big/public/article/2016/03/1_287.jpg?itok=lVZ0n2Jh


"Berbekallah dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa." (al-Baqarah:

197)

Orang-orang yang tertipu, menjual dan menukar tempat mereka di surga dengan harga dan sesuatu yang hina dan rendah. Sedangkan, orang-orang yang mendapatkan taufik menjual diri dan harta mereka untuk Allah SWT, dan menjadikan segala yang mereka miliki sebagai biaya untuk menebus surga. Sehingga, mereka memperoleh laba dari perniagaan ini dan memperoleh kemenangan yang sangat besar.

Allah SWT berfirman,

"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang beriman diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka." (at-Taubah: 111)

Allah SWT tidak mengeluarkan Adam a.s. dari surga, kecuali untuk mengembalikannnya dalam kondisi yang paling sempurna, sebagaimana di dalam sebuah perumpamaan dikatakan bahwa Allah SWT berfirman kepada Adam a.s.,

"Wahai Adam, janganlah engkau terkejut dengan perkataan-Ku 'keluar dari surga', karena untukmulah Aku ciptakan surga itu. Sesungguhnya Aku tidak membutuhkannya dan tidak membutuhkan suatu apapun. Aku Maha Pemurah. Aku tidak bersenang-senang di dalamnya. Aku Maha Memberi makan dan Aku tidak membutuhkan makan. Aku Maha Kaya dan Maha Terpuji. Akan tetapi, turunlah engkau ke tempat persemaian. Jika engkau telah menaburbenih lalu benih itu tumbuh dan berdiri tegak di atas batangnya kemudian menghasilkan buah, maka saat itu kemarilah engkau. Lalu Aku akan membayar setiap biji yang sangat engkau butuhkan dengan sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat, dan terus hingga kelipatan-. kelipatan yang sangat banyak. Sesungguhnya Aku lebih mengetahui kemaslahatanmu daripada dirimu sendiri dan Aku Maha Agung lagi Maha Bijaksana."


Itulah balasan surga yang berlipat yang siapkan untuk orang-orang bertakwa dan orang-orang mukmin pada hari kiamat kelak.

Share:

Berapakah Jumlah Tingkatan Surga?



 http://www10.0zz0.com/2011/09/28/08/562298132.jpg
Allah SWT menjadikan surga sebagai tempat menerima imbalan dan pahala, dan membagi-bagi tingkatan surga, sesuai amal perbuatan para penghuninya. Maka, Allah SWT menciptakan surga dan membagi-bagi tingkatannya, karena di dalam pembagian itu terdapat hikmah yang sesuai dengan nama dan sifat-sifat-Nya. Sesungguhnya surga bertingkat-tingkat, dan jarak antara satu tingkat dengan tingkat berikutnya seperti jarak antara langit dan bumi. Hal ini sebagaimana terdapat dalam riwayat yang shahih, Rasulullah saw. bersabda,

"Sesungguhnya surga itu terdiri dari seratus tingkatan. Jarak antarsatu tingkatan dengan yang lain seperti jarak antara bumi dan langit."(HR Bukhari, Muslim, dan Tirmidzi)


Hikmah Allah SWT menghendaki agar semua tingkatan surga ini dihuni. Dan, perbedaan tingkatan-tingkatan surga itu sesuai dengan amal perbuatan penghuninya. Ini sebagaimana dikatakan oleh beberapa ulama salaf, "Para penghuni surga selamat dari siksa neraka adalah karena maaf dan ampunan Allah SWT. Mereka masuk surga karena kemurahan, nikmat, dan ampunan Allah SWT semata. Dan, mereka membagi-bagi tempat mereka di surga sesuai dengan amal perbuatan mereka." Berdasarkan hal ini, beberapa ulama menetapkan bahwa seseorang masuk surga adalah karena amal perbuatannya, sebagaimana firman Allah SWT,

"Dan itulah surga yang diwariskan kepadamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan." (az-Zukhruuf: 72).
Juga firman-Nya,

"Masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan."

(an-Nahl: 32)


Sedangkan nash-nash yang menunjukkan bahwa seseorang tidak masuk surga karena amal perbuatannya, seperti sabda Rasulullah saw. dalam hadits riwayat Bukhari, "Tak seorang pun akan masuk surga karena amalnya." Lalu para sahabat bertanya, "Apakah engkau juga wahai Rasulullah?" Rasulullah menjawab, "Demikian pula aku."

Maksudnya bahwa pada dasarnya mereka tidak masuk surga. Jawaban yang lebih tepat adalah bahwa huruf ba' yang bermakna sebab bukan huruf ba' yang tidak memiliki makna sebab. Huruf ba' pertama ini disebut ba' sababiyyah {ba' yang memiliki arti sebab), yang berarti bahwa amal perbuatan adalah sebab masuk surga, sebagaimana semua sebab membutuhkan akibat. Sedangkan ba' yang kedua yang tidak bermakna sebab, dinamakan ba' mu 'aawadhah wa muqaabalah18, seperti dalam kata-kata orang Arab, "Saya membeli barang ini dengan uang ini." Dan inilah ba' yang terdapat dalam hadits di atas.


Maka, Rasulullah saw. bersabda bahwa masuk surga bukanlah imbalan dari amal seseorang. Seandainya bukan karena limpahan kasih sayang Allah SWT, maka tidak seorang pun masuk surga. Jadi amal seorang hamba, meskipun tidak terbatas jumlahnya, bukan satu-satunya hal yang mengharuskan dia masuk surga, dan bukan pula masuk surga itu sebagai ganti amalnya. Meskipun amal seorang hamba dilakukan sesuai dengan cara yang dicintai dan diridhai Allah SWT, namun itu tidak dapat mengimbangi dan menyamai nikmat yang Allah SWT limpahkan kepadanya di dunia. Bahkan, jika amal perbuatannya dihisab, maka itu hanya setimpal dengan sedikit nikmat Allah SWT. Sedangkan, nikmat-nikmat Allah SWT lain yang ia terima, masih memerlukan rasa syukur. Jadi Allah SWT mengazabnya padahal ia telah berbuat kebajikan, maka itu bukanlah kezaliman dari-Nya atas orang tersebut. Dan apabila Allah SWT memberikan rahmat-Nya kepada orang tersebut, maka rahmat-Nya itu jauh lebih baik dari amal perbuatannya. Ini sebagaimana terdapat dalam sebuah riwayat dari Zaid Bin Tsabit, Hudzaifah dan Iain-lain, yang terdapat dalam kitab-kitab Sunanyang dinisbatkan kepada Nabi saw.19,


"Jika Allah berkehendak mengazab para penghuni surga dan para penghuni bumi-Nya, Dia pasti mengazab mereka, dan itu bukanlah kezaliman dari-Nya atas mereka. Dan jika Allah member! rahmat-Nya kepada mereka, maka rahmat-Nya lebih baik dari amal perbuatan mereka." (HR Ahmad, Abu Daud, dan Ibnu Hibban)


18yang memiliki arti penggantian, penj.

19Riwayat dari shahabat yang dinisbatkan kepada Nabi saw. dalam ilmu hadits disebut hadits marfuu'.


Allah SWT menghendaki penciptaan surga dengan derajatnya yang bertingkat-tingkat dan mengisinya dengan Adam a.s. beserta keturunannya. Allah SWT juga menempatkan mereka di dalam surga sesuai dengan amal perbuatan mereka. Maka sebagai konsekuensi dari kehendak Allah itu, Dia menurunkan Adam a.s. dan keturunannya ke bumi, tempat beramal dan berjuang.


Allah SWT menciptakan Adam a.s. dan anak cucunya sebagai khalifah di muka bumi, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya,

"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." (al-Baqarah: 30)

"Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi." (al-An'aam:

165)

"Dan menjadikan kamu khalifah di bumi." (al-A'raaf: 129)


Jadi Allah SWT hendak memindahkan Adam a.s. dan keturunannya dari kekhalifahan di bumi, menjadi pewaris surga yang abadi. Dengan ilmu-Nya, Allah SWT telah mengetahui bahwa karena kelemahan dan pendeknya pandangan manusia, terkadang mereka lebih memilih sesuatu yang dapat ia nikmati dengan segera namun tidak bernilai, daripada sesuatu yang datangnya tertunda namun sangat berharga. Hal ini disebabkan jiwa manusia lebih senang kepada sesuatu yang dapat mereka dapatkan dengan segera daripada sesuatu yang akan mereka peroleh kelak. Dan, ini merupakan konsekuensi diciptakannya manusia dengan tabiat tergesa-gesa serta diciptakan dengan sifat suka terburu-buru. Karena itu, Allah SWT mengetahui bahwa salah satu sifat manusia adalah lemah.


Maka, hikmah Allah SWT menghendaki untuk memasukkan mereka ke dalam surga, supaya mereka mengetahui secara langsung nikmat yang disiapkan untuk mereka. Sehingga, mereka lebih merindukan dan menginginkannya, serta lebih semangat untuk mendapatkannya. Karena cinta, rindu, dan keinginan mendapatkan sesuatu terjadi karena seseorang telah membayangkan sesuatu tersebut. Barangsiapa yang secara langsung menyaksikan dan merasakan keindahan serta kenikmatan sesuatu, maka dia tidak bisa bersabar untuk menggapainya.


Semua ini terjadi karena jiwa manusia sangat perasa dan perindu. Apabila ia telah merasakan nikmatnya sesuatu, maka ia akan terus merindukannya. Karena itu, jika seorang hamba telah merasakan manisnya keimanan, dan keindahan iman telah menyatu dengan kalbunya, maka akan kokoh kecintaannya kepada-Nya dan selamanya tidak akan goyah oleh sesuatu pun.


Dalam sebuah hadits shahih riwayat Bukhari yang berstatus marfu' dan diriwayatkan dari Abu Hurairah disebutkan bahwa Allah Azza wa Jalla bertanya kepada

para malaikat, "Apa yang diminta oleh hamba-hamba-Ku dari-Ku?" Para malaikat menjawab, "Mereka meminta surga-Mu." Allah bertanya, "Apakah mereka pernah melihatnya?" Mereka menjawab, "Tidak." Allah bertanya kembali, "Bagaimana jika mereka pernah melihatnya?" Mereka menjawab, "Niscaya mereka lebih menginginkannya lagi."


Oleh karena itu, hikmah Allah SWT menghendaki untuk memperlihatkan surga itu kepada Adam a.s., bapak mereka. Dia menempatkan Adam a.s. di surga, kemudian Dia mengisahkan kisahnya kepada keturunan Adam a.s.. Dengan demikian, seakan-akan mereka telah menyaksikannya dan ada bersama Adam a.s. di dalamnya. Maka, orang yang tercipta untuk surga dan surga tercipta untuknya segera memenuhi seruan Tuhan dan segera menuju ke surga. Tidak ada sesuatu yang bersifat sementara dapat memalingkannya, tetapi dia segera mempersiapkan diri untuk menuju ke sana. Ibarat seseorang yang tinggal di suatu tempat, kemudian ditawan oleh musuhnya, maka ketika ia merasa bahwa tempat tersebut adalah kampung halamannya yang asli, niscaya ia senantiasa merindukannya dan tidak dapat tenang hingga ia kembali ke sana.

Wallahu alam

Share:

Arsip Situs

Online now

Show Post

Blog Archive