"Ungkapan pemikiran sederhana untuk pembenahan diri"

Selasa, 03 Maret 2009

GUNUNG MENANGIS TAKUT TERGOLONG BATU API NERAKA

Pada suatu hari Uqa'il bin Abi Thalib telah pergi bersama-sama dengan Nabi Muhammad S.A.W. Pada waktu itu Uqa'il telah melihat berita ajaib yang menjadikan tetapi hatinya tetap bertambah kuat di dalam Islam dengan sebab tiga perkara tersebut. Peristiwa pertama adalah, bahwa Rasulullah S.A.W akan mendatangi hajat yakni mebuang air besar dan di hadapannya terdapat beberapa batang pohon. Maka baginda S.A.W berkata kepada Uqa'il, "Hai Uqa'il teruslah engkau berjalan sampai ke pohon itu, dan katalah kepadanya, bahwa sesungguhnya Rasulullah berkata; Agar kamu semua datang kepadanya untuk menjadi aling-aling atau penutup baginya, kerana sesungguhnya baginda akan mengambil air wuduk dan buang air besar."
Uqa'il pun keluar dan pergi mendapatkan pohon-pohon itu dan sebelum dia menyelesaikan tugas itu ternyata pohon-pohon suda tumbang dari akarnya serta sudah mengelilingi di sekitar baginda S.A.W selesai dari hajatnya. Maka Uqa'il kembali ke tempat pohon-pohon itu. Peristiwa kedua adalah, bahwa Uqa'il berasa haus dan setelah mencari air ke mana pun jua namun tidak ditemui. Maka baginda S.A.W berkata kepada Uqa'il bin Abi Thalib, "Hai Uqa'il, dakilah gunung itu, dan sampaikanlah salamku kepadanya serta katakan, "Jika padamu ada air, berilah aku minum!"
Uqa'il lalu pergilah mendaki gunung itu dan berkata kepadanya sebagaimana yang telah disabdakan baginda itu. Maka sebelum ia selesai berkata, gunung itu berkata dengan fasihnya, "Katakanlah kepada Rasulullah, bahwa aku sejak Allah S.W.T menurunkan ayat yang bermaksud : ("Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu beserta keluargamu dari (seksa) api neraka yang umpannya dari manusia dan batu)." "Aku menangis dari sebab takut kalau aku menjadi batu itu maka tidak ada lagi air padaku."
Peristiwa yang ketiga ialah, bahwa ketika Uqa'il sedang berjalan dengan Nabi, tiba-tiba ada seekor unta yang meloncat dan lari ke hadapan rasulullah, maka unta itu lalu berkata, "Ya Rasulullah, aku minta perlindungan darimu." Unta masih belum selesai mengadukan halnya, tiba-tiba datanglah dari belakang seorang Arab kampung dengan membawa pedang terhunus.Melihat orang Arab kampung dengan membawa pedang terhunus. Melihat orang Arab kampung itu, Nabi Muhammad S.A.W berkata, "Hendakl mengapakah kamu terhadap unta itu ?"
Jawab orang kampungan itu, "Wahai Rasulullah, aku telah membelinya dengan harta yang mahal, tetapi dia tidak mahu taat atau tidak mau jinak, maka akan kupotong saja dan akan kumanfaatkan dagingnya (kuberikan kepada orang-orang yang memerlukan)." Rasulullah S.A.W bertanya, "Mengapa engkau menderhakai dia ?" Jawab unta itu, "Wahai Rasulullah, sungguh aku tidak menderhakainya dari satu pekerjaan, akan tetapi aku menderhakainya dari sebab perbuatannya yang buruk.. Kerana kabilah yang dia termasuk di dalam golongannya, sama tidur meninggalkan solat Isya'. Kalau sekiranya dia mahu berjanji kepada engkau akan mengerjakan solat Isay' itu, maka aku berjanji tidak akan menderhakainya lagi. Sebab aku takut kalau Allah menurunkan seksa-Nya kepada mereka sedang aku berada di antara mereka."
Akhirnya Nabi Muhammad S.A.W mengambil perjanjian orang Arab kampung itu, bahwa dia tidak akan meninggalkan solat Isya'. Dan baginda Nabi Muhammad S.A.W menyerahan unta itu kepadanya. Dan dia pun kembali kepada keluarganya.
Share:

orang orang besar tak tunduk pada undang undang

Sebenarnya dapat saja kita membantah semua kata-kata mereka itu dengan ucapan: Anggaplah semua itu benar, tetapi dengan itu apa pula kiranya yang akan dapat mendiskreditkan kebesaran Muhammad atau kenabian dan kerasulannya. Undang-undang yang biasanya berlaku pada umum, tidak mempan terhadap orang-orang besar, lebih-lebih terhadap para rasul dan nabi. Bukankah ketika Musa a.s. melihat perselisihan dua orang, yang seorang dari golongannya sendiri, dan yang seorang lagi dari pihak musuhnya, ditinjunya orang yang dari pihak musuh itu hingga menemui ajalnya, padahal pembunuhan demikian itu dilarang, baik dalam perang atau pun setengah perang? Ini berarti melanggar undang-undang. Jadi Musa tidak tunduk kepada undang-undang, tapi juga tidak berarti ini dapat mendiskreditkan kenabian atau kerasulannya, bahkan mengurangi kebesarannyapun juga tidak. Dan dalam hal Isa, dalam menyalahi undang-undang lebih besar lagi dari masalah Muhammad, dari para nabi dan para rasul semuanya. Dan soalnya tidak hanya terbatas pada besarnya kekuatan dan keinginan saja, bahkan kelahiran dan kehidupannya pun sudah melanggar undang-undang dan kodrat alam. Di hadapan ibunya malaikat muncul sebagai manusia yang sempurna, yang akan mengantarkan seorang anak yang suci bersih kepadanya. Wanita itu keheranan, sambil berkata: "Bagaimana aku akan beroleh seorang putera, padahal aku belum disentuh seorang manusia, juga aku bukan seorang pelacur." Malaikat berkata, bahwa Tuhan menghendaki supaya ia menjadi pertanda bagi umat manusia.
Setelah terasa sakit hendak melahirkan, ia berkata: "Aduhai, coba sebelum ini aku mati saja, maka aku akan hilang dilupakan orang." Lalu datang suara memanggilnya dari bawah: "Jangan berdukacita, Tuhan telah mengalirkan sebatang anak sungai di bawahmu." Dibawanya anak itu kepada keluarganya. Mereka pun berkata: "Maryam, engkau datang membawa masalah besar. Dalam buaiannya itu (usia semuda itu) Isa berkata kepada mereka: "Aku adalah hamba Allah É" dan seterusnya.
Betapapun orang-orang Yahudi menolak semua ini, dan oleh mereka Isa dinasabkan kepada Yusuf an-Najjar (Yusuf anak Heli), sebagian sarjana semacam Renan sampai sekarang pun memang menganggapnya demikian. Kebesaran Isa, kenabiannya dan kerasulannya serta penyimpangannya dari hukum dan kodrat alam adalah suatu pertanda mujizat Tuhan kepadanya. Tapi anehnya, misi-misi penginjil Kristen itu minta orang supaya percaya kepada hal-hal yang di luar hukum alam mengenai diri Yesus, sementara mengenai diri Muhammad mereka sudah menjatuhkan hukuman sendiri. Padahal apa yang dilakukannya tidak seberapa dan tidak lebih karena Muhammad memang terlalu tinggi untuk dapat tunduk kepada undang-undang masyarakat yang berlaku terhadap setiap orang besar, terhadap raja-raja, kepala-kepala negara yang pada umumnya sudah didahului oleh undang-undang dasar sehingga membuat mereka tak dapat diganggu-gugat.
Share:

tawadhu

Alangkah beruntungnya orang-orang yang tidak disiksa oleh rindu dipuji orang lain, karena jika kita rindu dipuji orang lain kalau untuk urusan duniawi hukumnya mubah tapi kalau untuk urusan amal ibadah maka akan sirnalah amal ibadah kita.
Hikam:Hai orang-orang beriman janganlah kamu batalkan sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan penerima, seperti orang yang membelanjakan hartanya karena riya kepada manusia dan tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. perumpamaan mereka seperti batu yang licin yang diatasnya tanah lalu hujan lebat menimpanya maka ia menjadi bersih. Mereka tidak memperoleh apapun dari apa yang mereka usahakan, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang kafir.
Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk badan dan rupamu tetapi melihat niat dan keikhlasan didalam hatimu." Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya yang paling kutakuti atas kamu sekalian adalah syirik kecil." Sahabat bertanya: "Apa syirik kecil itu ya Rasulullah?" Rasulullah bersabda: "Syirik yang kecil itu adalah riya."
Riya dapat menghanguskan amal ibadah kita, karena suatu amal ibadah yang seharusnya ingin mendapatkan keridhoan Allah, berubah menjadi ingin mendapatkan nilai dan pujian dari orang lain. Dalam beramal kita harus menjaga niat agar terbebas dari ingin dipuji dan dinilai orang lain, ciri-ciri orang yang tidak ikhlas dalam beramal ialah ada orang dengan tidak ada orang amal ibadahnya berbeda. Kunci ikhlas adalah kita harus yakin Allah yang Maha membalas, Allah yang Maha menyaksikan dan Allah yang Maha menguasai semua yang kita inginkan.
Dalam beramal bukan karena tampak atau tidak tampak oleh orang lain, tetapi karena apa yang menjadi niat dihatinya. Berlebih-lebihan dalam pengeluaran tergantung pada niat, keperluan dan kemampuan dari orang yang mengeluarkannya.
Marilah dengan romadhan ini kita menguatkan keyakinan kepada Allah, Allah melihat dan memiliki diri kita, Allah yang menggenggam masa depan kita dan apapun yang kita inginkan semuanya dikuasai Allah swt.
Share:

Arsip Situs

Online now

Show Post

Blog Archive