"Ungkapan pemikiran sederhana untuk pembenahan diri"

Sabtu, 28 Januari 2017

Makalah Kumpulan Nasehat Buat Mujahidin

TARBIYAH JIHADIYAH

Kontemporer

II

KUMPULAN NASEHAT PARA ULAMA

UNTUK MUJAHIDIN



Syaikh

Abû Mus'ab Al-Zarqawi



AL-QAEDOON GROUP

Judul Asli:

Washôya li `l-Mujâhidîn

Oleh:

Syaikh Abû Mus'ab Al-Zarqawi

Edisi Indonesia:

Kumpulan Nasehat Para Ulama Untuk Mujahidin

Penerjemah:

Ahmad Ilham Al-Kandari

Publikasi:

AL-QAEDOON GROUP

Kelompok Simpatisan dan Pen-dukung Mujahidin www.geocities.com/qoidungroup

E mail:qoidungroup@yahoo.com

© All Right Reserved

Dilarang memperbanyak tanpa seizin pubhlisher, kecuali untuk tujuan

non komersil atau untuk kepentingan kaum Muslimin

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Alloh, yang telah memberikan

kepada kita berbagai nikmat, baik yang lahir maupun batin.

Sholawat dan salam semoga tercurah selalu kepada junjungan kita, Nabi

Muhammad SAW, kepada para shahabat dan pengikut beliau hingga hari

akhir.

Ammâ ba'du…

Dalam Tarbiyah Jihadiyah Kontemporer II kali ini, Syaikh

mengetengahkan atsar-atsar salaf kaitannya dengan jihad, juga

perkataan ulama-ulama lainnya. Beliau banyak sekali menukil perkataan

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Karena secara geografis, Irak memang

berdekatan dengan Syam, negeri yang dulu Syaikhul Islam turut berjihad

dalam melawan penjajah Tartar.

Di samping beliau juga mengemukakan alasan beliau mengapa melakukan

pemenggalan terhadap seorang warga negara Amerika, Nicholas Berg.

Akhirnya, kami persilahkan pembaca membaca dan merenungi sendiri apa

yang beliau sampaikan.

Wal hamdulillâhi robbi `l-'Âlamîn.



Majmû'atu `l-Muta'âthifîn Ma'a `l-Mujâhidîn

Al-QÔ'IDÛN

NASEHAT-NASEHAT UNTUK MUJAHIDIN

Syaikh Abû Mus'ab Al-Zarqawi berkata:

"Segala puji bagi Alloh; kami memuji, meminta pertolongan dan ampunan

kepada-Nya, dan kami berlindung kepada Alloh dari kejahatan diri serta

keburukan amal perbuatan kami. Siapa yang diberi petunjuk oleh Alloh,

maka tidak ada seorangpun mampu menyesatkannya, dan siapa yang Alloh

sesatkan maka tidak ada seorangpun yang bisa memberinya petunjuk. Dan

aku bersaksi bahwa tidak ada ilah (yang haq) selain Alloh;

satu-satu-Nya dan tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa

Muhammad adalah hamba dan rosul-Nya; beliau telah menyampaikan

risalah, menunaikan amanah dan menasehati umat, serta meninggalkan

mereka di atas mahajjatul baidho' (keterangan yang sangat jelas),

malamnya seperti siang, tidak ada yang menyimpang dari keterangan

tersebut kecuali orang yang binasa.

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Alloh dengan

sebenar-benarnya takwa dan janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan

Islam."

"Hai manusia, bertakwalah kepada robb kalian yang telah menciptakan

kalian dari satu jiwa dan menciptakan darinya pasangannya serta

mengeluarkan dari keduanya keturunan laki-laki dan perempuan yang

banyak. Dan bertakwalah kalian kepada Alloh yang (dengan menyebut

nama-Nya) kalian saling meminta serta (peliharalah) tali silaturrohmi.

Sesungguhnya Alloh Mahamengawasi kalian."

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Alloh dan katakanlah

perkataan yang lurus. Niscaya Alloh akan memperbaiki amal kalian serta

mengampuni dosa-dosa kalian, dan barangsiapa yang mentaati Alloh dan

rosul-Nya maka sungguh ia telah meraih kemenangan yang besar."

Tsumma Amma ba'du…

Sejarah akan terus terulang:

Sejarah kembali terulang, jalan cerita sejarah dari zaman ke zaman

tidak pernah berubah… manusia dan pemerannya boleh berubah,

peralatan-peralatan boleh berkembang pesat; akan tetapi pentas sejarah

tetaplah baku; kisah permusuhan hanya satu, yaitu kebenaran melawan

kebatilan, Islam memerangi kekafiran, kejahilaya-han, dan kemunafikan

yang terselu-bung. Adapun orang-orang lemah dan benyali rendah, mereka

memegang tongkat pada bagian tengahnya; satu sisi ia menyatakan

bergabung dengan umatnya, tapi di sisi lain ia lebih mengedepankan

kepentingan dunia-nya sembari menunggu kabut tersingkap dan peperangan

berakhir; dengan maksud ingin bergabung dengan kelompok yang kuat dan

menumpang kapal fihak yang menang, sungguh teramat jelek apa yang

diperbuat orang-orang seperti ini.

Tapi mereka dihentikan oleh orang-orang robbaniyyuun, yang mengangkat

bendera di zaman kerusakan, mengangkat kepala di zaman kehinaan, tekat

mereka mengarungi angkasa, pergi menuju Alloh, Dzat Yang Maha melihat

lagi Maha mendengar, meneladani Sang pembawa peringatan dan kabar

gembira, Muhammad Shollallohu Alaihi wa Sallam, mereka orang-orang

asing yang wajahnya hangus terbakar angin keterasingan, kaki mereka

yang tanpa alas kaki meneteskan darah di sahara yang berkobar oleh api

permusuhan, tidak ada pintu yang mau menerima mereka sehingga mereka

mengetuk pintu langit, lalu dibukalah pintu tersebut untuk mereka,

langsung dari tengah-tengah surga untuk menghidupkan hati, tersirat

kegembiraan iman dalam diri mereka, sehingga tidak ada seorangpun dari

mereka yang mundur, karena mereka marah demi agamanya, walaupun

seluruh dunia bersatu-padu membidiknya.





Jihad adalah solusi!

Ummatku…

Sungguh bahaya telah mencapai klimaksnya, orang-orang dzalim telah

melampaui batas, di negeri kita bertebaran orang-orang jahat,

serigala-serigala, bahkan anjing-anjing, mereka telah berani lancang

kepada kita. Di sisi lain, manusia tengah kebingungan mencari solusi

di tengah fatamorgana padang pasir, padahal solusi itu ada di hadapan

mata mereka! Solusi itu adalah jihad fi sabilillah.

Inilah wasiat-wasiat para imam jihad yang telah mendahului kita dalam

menempuh jalan penuh berkah ini, yang akan kusampaikan kepada kalian.

Aku sengaja menyusunnya dengan sedikit merubah susunan kata-katanya;

dengan harapan ini akan menjadi peringatan untuk diriku sendiri dan

ikhwan-ikhwanku para mujahidin, agar mereka tetap teguh, dan untuk

mengajak mereka mempertahankan kesabaran dalam memegang prinsip serta

ajaran Islam yang baku.



Lemah nyali dan perbuatan maksiat, menunda kemenangan:

Wahai para mujahidin…

Aku sama sekali tidak mengkhawatirkan banyaknya musuh kalian dan

besarnya senjata mereka, aku tidak mengkhawatirkan kalian lantaran

berkumpulnya seluruh kekuatan jahat memerangi kalian, atau sikap

melemah-kan semangat dari saudara-saudara kalian sesama muslim di

berbagai belahan dunia; yang aku khawatirkan justru dari diri kalian

sendiri, aku khawatir kalian terkena penyakit wahn (cinta dunia dan

takut mati), merasa lemah dan kalah, kemudian banyak melakukan

maksiat.

Kalian bisa mengambil pelajaran dari peristiwa perang Uhud, Alloh

Ta'ala berfirman:

"…sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan

bermaksiat kepada perintah (Rosul) sesudah Alloh memperlihatkan

kepadamu apa yang kamu sukai. Di antaramu ada orang yang menghendaki

dunia dan di antara kamu ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian

Alloh memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu…"

Ibnu Katsir berkata, "Tadinya keunggulan dan kemenangan berada di

fihak Islam pada pagi harinya, tapi tatkala para pemanah bermaksiat

dan sebagian pasukan merasa gagal, janji kemenanganpun tertunda, di

mana datangnya kemenangan ini disyaratkan adanya keteguhan dan sikap

taat."

Peristiwa Uhud ini sungguh telah menorehkan peristiwa yang

menakjubkan, antara lain: jumlah musuh tiga kali lipat lebih banyak

daripada jumlah kaum muslimin, lalu Alloh memenangkan kaum muslimin di

pagi hari; tapi tatkala mereka bermaksiat, Alloh timpakan musibah di

sore hari.

Shahabat Jâbir Radhyilallohu 'Anhu berkata, "Ketika perang Uhud,

manusia bercerai berai dari sisi Nabi Shollallohu 'Alaihi Wa Sallam,

yang tinggal menyertai beliau hanya 13 orang Anshor dan Tholhah."

Dalam hadits Anas Radhyilallohu 'Anhu ia berkata, "Ketika pecah perang

Uhud, kaum muslimin tercerai berai. Maka Anas bin Nadhr berkata, 'Ya

Alloh, aku memohon udzur kepada-Mu dari perbuatan shahabat-shahabatku,

dan aku berlepas diri kepada-Mu dari perbuatan orang-orang musyrik

itu.'"

Dulu, setelah pulau Qibrish ditaklukkan, Abu `d-Darda' duduk sambil

menangis tatkala menyaksikan penduduknya menangis dan dalam kondisi

kacau balau. Maka ada yang bertanya, "Wahai Abu `d-Darda', apa yang

membuatmu menangis di hari ketika Alloh memuliakan Islam?" beliau

menjawab, "Celakalah kalian, alangkah rendahnya makhluk di sisi Alloh

ketika mereka meninggalkan perintah-Nya, padahal mereka dulu adalah

bangsa yang menang dan kuat, mereka meninggalkan perintah Alloh dan

akhirnya menjadi seperti yang kalian lihat."

Tamkîn hanya datang setelah ujian:

Wahai para mujahidin…

Memang, pertolongan kadang tertunda, tak jarang kekalahan dan

luka-luka terjadi pada barisan kalian, dan ini bukanlah hal yang aneh.

Sebab itu adalah sunnatulloh pada orang-orang terdahulu. Dan tidak ada

perubahan pada sunnatulloh.

Heraklius berkata kepada Abu Sufyan: "Aku tadi bertanya kepadamu

tentang bagaimana kalian memerangi orang itu –yang ia maksud adalah

Rosululloh Shollallohu Alaihi Wa Sallam— lantas engkau katakan bahwa

peperangan itu silih berganti (kadang menang kadang kalah); memang

seperti itulah keadaan para rosul; mereka diuji kemudian kemenangan

akhir ada di tangan mereka."

Sungguh, ujian terberat bagi kalian ketika memerangi musuh adalah

bersabar dan yakin. Yakin bahwa Alloh akan menepati janji-Nya,

menolong tentara dan pasukan-Nya, walaupun setelah lewat masa yang

panjang. Dan sabar ketika mengalami kegoncangan-kegonca-ngan, dan

yakin bahwa jalan keluar ada bersama kesulitan, dalam kesuli-tan ada

kemudahan.

Ada seseorang bertanya kepada Imam Syafi'i, "Wahai Abu Abdillah, mana

yang lebih baik bagi seseorang; diberi kekuasaan ataukah diuji?" Maka

Imam Syafi'i menjawab, "Ia tidak akan diberi kekuasaan sebelum diuji."

Sesungguhnya Alloh telah menguji Nabi Nuh, Ibrohim, Musa, Isa, dan

Muhammad –semoga sholawat dan salam tercurah selalu kepada mereka—,

tatkala mereka bersabar, Alloh pun memantabkan kedudukan mereka di

muka bumi. Maka jangan ada seorangpun menyangka bisa terlepas dari

kepedihan!

Kelirulah orang yang berburuk sangka kepada Alloh, di mana ia hanya

melihat kepada jumlah dan peralatan yang dimiliki musuh dengan

melupakan janji Alloh;

"…Alloh telah tetapkan: Aku pasti memenangkan diri-Ku dan rosul-rosul-Ku,"

"…Barang siapa berwali kepada Alloh, rosul-Nya, dan orang-orang

beriman, maka sesungguhnya pasukan Alloh lah orang-orang yang menang."

"Adalah kewajiban Kami menolong orang-orang beriman,"

"Dan Alloh telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara

kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh

akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana menjadikan

berkuasa orang-orang sebelum mereka, dan Dia akan meneguhkan bagi

mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar

akan merubah (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan

menjadi aman sentausa…"

Di sini ada syarat sebelum mendapatkan janji, yaitu iman, ikhlas

(tidak menyekutukan Alloh), dan beramal sholeh, barulah datang

kemenangan, kekuasaan, dan ke-khilafahan di muka bumi, "Itulah janji

Alloh, Alloh tidak menyelisihi janji-Nya."

Sungguh indah apa yang dikatakan Sayyid Quthb Rahimahulloh ketika

mengomentari firman Alloh:

"Betapa banyak kelompok yang sedikit bisa mengalahkan kelompok yang

banyak dengan izin Alloh…"

Beliau berkata, "Ayat ini adalah kaidah dalam perasaan orang-orang

yang yakin bahwa mereka pasti akan berjumpa dengan Alloh, kaidah ini

menyatakan bahwa kelompok orang-orang beriman itu sedikit, sebab

kelompok inilah yang bisa menapaki tangga ujian yang berat hingga

puncaknya, sehingga mereka mencapai predikat sebagai pasukan pilihan.

Meski sedikit, tapi merekalah yang menang, sebab mereka memiliki

kontak dengan sumber segala kekuatan, dan mewakili kekuatan yang pasti

menang; yaitu kekuatan Alloh yang pasti memenangkan urusan-Nya, Dzat

Yang Mahapemaksa di atas hamba-hamba-Nya, yang menghancurkan

orang-orang bengsis, menghinakan orang-orang dzolim, dan menundukkan

orang-orang sombong."

Orang-orang yang terlibat dalam jihad adalah kaum yang beruntung:

Wahai mujahidin…

Demi Alloh, kalian dalam kondisi yang sangat beruntung sehingga banyak

orang yang patut iri kepada kalian. Bukan seperti dikatakan para

mukhodzil dan pelemah semangat yang hanya melihat pada ukuran materi

saja, yang merasa ngeri dengan berita-berita yang disebar luaskan

media-media informasi di seluruh dunia dan arab, yaitu kemenangan

pasukan sekutu dan mundurnya para mujahidin. Sungguh, perang tidak

diukur dengan jumlah dan persenjataan, bukan dengan kemenangan dan

keunggulan. Sebab itu kemungkinan-kemungkinan yang pasti terjadi.

Tetapi, di suatu hari nanti kemenangan dan kekuasaan di muka bumi akan

datang jua, walaupun setelah waktu yang lama.

Ketika menceritakan kondisi persekutuan pasukan Tartar, orang-orang

munafik, dan lain sebagainya, untuk menyerang kaum muslimin di

zamannya, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahulloh berkata,

"Fitnah ini telah memecah manusia kepada tiga kelompok:

1. Thô'ifah Manshûroh (kelom-pok yang ditolong Alloh); mereka adalah

para mujahidin yang berjihad melawan bangsa perusak itu.

2. Thô'ifah Mukhôlifah (ke-lompok yang menyelisihi); mereka adalah

orang-orang berpikiran kacau yang bergabung dengan pasukan Tartar tapi

masih mengaku muslim.

3. Thô'ifah Mukhôdzilah (ke-lompok pelemah semangat dan tidak mau

membantu mujahidin); mereka adalah orang-orang yang duduk dari jihad

melawan Tartar, walaupun keislaman mereka benar.

Maka hendaknya setiap muslim melihat di mana posisi dirinya, apakah

termasuk Thô'ifah Manshûroh, Thô'ifah Mukhôdzilah, ataukah Thô'ifah

Mukhôlifah; karena tidak ada kelompok yang keempat. Dan ketahuilah,

dalam jihad ada kebaikan di dunia dan akhirat. Sedangkan

meninggalkannya adalah kerugian dunia akhirat. Alloh Ta'ala berfirman:

"Katakanlah (Hai Muhammad): Kalian tidak menunggu dari kami selain dua

kebaikan," dua kebaikan itu adalah kemenangan atau kesyahidan dan

surga.

Maka siapa saja yang hidup bersama mujahidin, ia adalah orang mulia

dan berhak mendapatkan pahala di dunia serta kebaikan pahala akhirat.

Bagi yang meninggal atau terbunuh, ia akan menuju surga.

Nabi Shollallohu 'Alaihi Wa Sallam bersabda,

(يُعْطَى الشَّهِيْدُ سِتَّ خِصَالٍ: يُغْفَرُ لَهُ بِأَوَّلِ قَطْرَةِ

دَمٍ مِنْ دَمِهِ , وَيَرَى مَقْعَدَهُ فيِ اْلجَنَّةِ, وَيُكْسَى

حُلَّةً مِنَ اْلإِيْمَانِ, وَيُزَوَّجُ بِثْنَتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ مِنَ

الْحُوْرِ الْعِيْنِ, وَيُوْقَى فِتْنَةَ الْقَبْرِ, وَيُؤْمَنُ مِنَ

اْلفَزَعِ اْلأَكْبَرِ)

"Orang yang mati syahid diberi enam perkara: Dosanya di ampuni ketika

pertama kali darahnya menetes, diperlihat-kan tempatnya di surga,

diberi pakaian keimanan, dinikahkan dengan 72 bidadari bermata jeli

(huurun 'Iin), dilindungi dari fitnah kubur, dan diamankan dari

kegoncangan hari kebang-kitan."

Rosululloh Shollallohu Alaihi wa Sallam juga bersabda,

(إِنَّ فِي الْجَنَّةِ لَمِائَةَ دَرَجَةٍ مَا بَيْنَ الدَّرَجَةِ

وَالدَّرَجَةِ كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ أَعَدَّهَا اللهُ

تَعَالىَ لِلْمُجَاهِدِيْنَ فيِ سَبِيْلِهِ)

"Sesungguhnya di surga ada 100 derajat, jarak satu derajat dengan

derajat lainnya sama dengan jarak langit dan bumi, yang Alloh Ta'ala

sediakan bagi para mujahidin di jalan-Nya."

Inilah ketinggian derajat di surga sejauh 50.000 tahun perjalanan,

bagi orang-orang yang berjihad…"

Hingga Syaikhul Islam mengatakan,

"Para ulama juga telah sepakat –sejauh yang kuketahui— tidak ada

amalan sunnah yang lebih baik daripada jihad; jihad lebih baik

daripada ibadah hajji, puasa, dan sholat, yang sunnah. Berjaga di

perbatasan (ribath) lebih baik daripada tinggal di Mekkah, Madinah,

atau Baitul Maqdis. Sampai-sampai Abu Huroiroh ra mengatakan: Sungguh

berjaga-jaga (ribath) di jalan Alloh satu malam saja lebih aku sukai

daripada aku berada di samping Hajar Aswad ketika Lailatul Qodar.

Di sini, beliau lebih memilih ribath satu malam daripada beribadah di

malam terbaik dan di jengkal tanah terbaik."

Beliau berkata, "Ketahuilah, semoga Alloh memperbaiki Anda semua,

bahwa kemenangan itu milik orang-orang beriman, hasil akhir milik

orang-orang bertakwa, dan Alloh bersama orang-orang bertakwa lagi

berbuat baik. Musuh itu pada dasarnya tertundukkan dan tertindas,

Alloh Ta'ala adalah Dzat yang meme-nangkan kita atas mereka,

membalaskan dendam kita kepada mereka, dan tidak ada daya dan kekuatan

selain dengan Alloh Yang Mahatinggi lagi Mahaagung. Maka terimalah

kabar gembira berupa pertolongan Alloh Ta'ala dan hasil akhir yang

baik, "Dan janganlah kalian merasa hina dan sedih, padahal kalian

adalah lebih tinggi jika kalian beriman."

Selanjutnya beliau berkata lagi, "Ketahuilah –semoga Alloh senantiasa

memperbaiki diri kalian—, nikmat terbesar bagi orang yang Alloh 'Azza

Wa Jallaehendaki kebaikan pada dirinya adalah ketika Alloh

menghidupkannya sekarang ini, di zaman ketika Alloh tengah

memperbaharui agama-Nya, menghi-dupkan kembali syiar kaum muslimin,

menghidupkan ihwal kaum mukminin dan para mujahidin; sehingga

keadaannya mirip dengan As-Sabiqunal Awwalin dari kalangan Muhajirin

dan Anshor. Maka siapa saja yang melaksanakan semua ini di zaman

sekarang, berarti ia termasuk orang-orang yang mengikuti jejak mereka

dalam kebaikan. Maka sudah selayaknya kaum mukminin bersyukur kepada

Alloh atas ujian yang pada hakikatnya adalah anugerah mulia dari Alloh

Ta'ala ini, seharusnya mereka mensyukuri terjadinya fitnah yang di

dalamnya mengandung nikmat besar ini. Hingga seandainya para shahabat

As-Sabiqûnal Awwalûn dari kalangan Muhajirin dan Anshor, seperti Abu

Bakar, 'Umar, 'Utsman, 'Ali, dan yang lainnya, mereka hadir di tempat

ini, tentu amalan paling utama yang mereka lakukan adalah berjihad

melawan orang-orang jahat itu. Dan tidak ada yang ketinggalan dari

peperangan seperti ini selain orang yang merugi perdagangannya, dungu

jiwanya, dan diharamkan untuk mendapatkan bagian besar dari dunia dan

akhirat; kecuali orang yang mendapatkan udzur dari Alloh, seperti

orang sakit, fakir, buta, dan lain sebagainya."

Syaikhul Islam juga mengatakan,

"Puncak Islam adalah jihad di jalan Alloh, sesungguhnya jihad adalah

perkara dicintai Alloh dan rosul-Nya yang paling tinggi. Dan

orang-orang yang mencela jihad ini banyak jumlahnya. Sebab kebanyakan

orang yang di dalam hatinya ada iman sekalipun, mereka membenci jihad.

Kemungkinannya, kalau bukan sebagai mukhodzil yang melemahkan semangat

dan keinginan untuk berjihad, atau menjadi pembuat kekacauan dan

pelemah kekuatan dan kemampuan untuk melaksanakannya. Walaupun,

perbuatan tersebut termasuk kemunafikan."

Kondisi dunia Islam sekarang, hampir sama dengan ketika Pasukan Tartar

dulu menyerang Dunia Islam:

Wahai mujahidin…

Aku tidak menemukan sesuatu yang lebih baik untuk kuketengahkan di

hadapan kalian, selain tulisan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ketika

beliau mengomentari persekutuan pasukan Ahzab dalam perang Khondaq.

Beliau berkata, "Ringkasan cerita perang Khondaq, bahwa kaum muslimin

terkepung oleh seluruh kaum musyrikin di sekeliling mereka. Mereka

datang dengan bala tentaranya ke Madinah untuk membasmi orang-orang

beriman hingga ke akar-akarnya. Maka berkumpullah kaum Quraisy dan

sekutu-sekutunya dari Bani Asad, Asyja', Fazaroh, dan kabilah-kabilah

Nejd lainnya. Turut bergabung juga yahudi Bani Quroidzoh dan Bani

Nadzir. Pasukan sekutu ini berkumpul menjadi satu dan jumlah mereka

jauh berlipat ganda di atas jumlah kaum muslimin. Sampai-sampai Nabi

Shollallohu 'Alaihi Wa Sallam harus meng-ungsikan orang-orang lemah

dari wanita dan anak-anak ke benteng-benteng Madinah.

Sedangkan kejadian sekarang ini –maksudnya, yang dialami Syaikhul

Islam di zamannya—musuh kembali bersekutu, sejak dari bangsa Mongol,

berbagai suku Turki, Persia, orang-orang Arab pendatang, orang-orang

sejenis dengan mereka yang murtad, dari kalangan kristen Armenia dan

lain-lain. Musuh ini masuk ke sisi negeri kaum muslimin ketika kaum

muslimin tengah bimbang antara maju dan mundur, ditambah lagi dengan

sedikitnya jumlah kaum muslimin lain yang mau berhadapan dengan musuh,

padahal musuh hendak menguasai negeri dan mengambil alih daerah

penduduknya sebagaimana musuh dulu mengepung Madinah berhadapan dengan

kaum muslimin. Dan ketika perang Khondaq terjadi, suhu udara teramat

dingin, tiupan angin begitu kencang dan tidak seperti biasanya. Dengan

itulah Alloh memalingkan pasukan Ahzab dari Madinah, sebagaimana

firman Alloh Ta'ala ini:

"…maka Kami kirim kepada mereka angin dan pasukan-pasukan yang tidak

kalian lihat…"

Demikian juga tahun ini di sini, Alloh memperbanyak salju, hujan, dan

hawa dingin tidak seperti biasanya, sampai-sampai banyak orang yang

tidak menyukai hal ini. Adapun kami, kami katakan kepada mereka yang

tidak suka: Jangan kalian benci hal itu, sebab Alloh memiliki hikmah

dan rahmat di dalamnya. Dan itu termasuk sebab terbesar di mana

dengannya Alloh mengusir musuh.

Alloh Ta'ala berfirman mengenai kondisi pasukan Ahzab:

"(Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan

ketika tidak tetap lagi penglihatan (mu) dan hatimu naik menyesak

sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Alloh dengan

bermacam-macam pur-basangka. Di situlah diuji orang-orang mukmin dan

digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang sangat."

Demikian juga tahun ini, musuh datang dari atas daerah Syam, yaitu

selatan sungai Eufrat…"

Syaikhul Islam melanjutkan, "…kemudian manusia mulai berprasangka

kepada Alloh dengan berbagai purbasangka;

- Ada yang menyangka tidak ada lagi tentara Syam yang masih tegak

berdiri, sehingga musuh akan menguasai penduduk Syam

- Ada yang menyangka bahwa negeri Syam ma-sih tenang dan masih berada

di bawah kerajaan Islam.

- Ada yang menyangka kalau kaum muslimin mau menghadapi musuh, tentu

akan bisa merontokkan dan menguasai mereka seperti lingkaran cahaya

bulan mengelilingi bulan.

- Ada yang memiliki persangkaan musuh akan menawan mereka dan

membawanya ke Mesir dan mengangkat sebagai penguasa di sana, sehingga

orang-orang seperti ini tidak ada yang teguh untuk berhadapan dengan

musuh, ia lebih berniat untuk melarikan diri ke Yaman atau yang lain.

- Ada juga yang melihat adanya gejala-gejala yang saling bertentangan

dan memiliki keinginan-keinginan yang saling tarik menarik, apalagi ia

tidak bisa membedakan mana kabar gembira yang benar dan yang dusta,

tidak bisa membedakan bisikan hati yang salah dan yang tepat; oleh

karena itu, orang yang bermain-main dalam urusan mengam-bil petunjuk

akan diliputi kebingu-ngan dan dipermainkan oleh berbagai pemikiran,

seperti halnya anak kecil mempermainkan kerikil bebatuan.

"…Di situlah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan (hatinya)

dengan goncangan yang sangat…" ; Alloh menguji mereka dengan ujian

ini, yang dengannya Alloh mengha-puskan dosa-dosa mereka dan

mengangkat derajat mereka.

Kemudian Alloh Ta'ala berfirman: "Dan (ingatlah) ketika segolongan di

antara mereka berkata: Hai penduduk Yatsrib (Madinah), tidak ada

tempat bagimu, maka kembalilah kamu…"

- Maka satu golongan kaum munafik itu ada yang mengatakan: Tidak ada

tempat lagi bagi kalian di sini, sebab musuh terlalu banyak, maka

kembalilah ke Madinah.

- Ada yang mengatakan, "Tidak ada tempat bagi kalian untuk berperang,

maka kembalilah untuk meminta keamanan dan perlindungan kepada

mereka."

Demikian juga ketika musuh dari bangsa Tartar datang, orang-orang

munafik ada yang mengatakan:

- Negara Islam sudah tidak ada lagi, maka sudah selayaknya kita masuk

di bawah negara Tartar.

- Sebagian orang-orang khusus mengatakan, negara Islam masih bertahan.

- Sebagian lagi ada yang mengatakan, yang terbaik adalah menyerahkan

diri kepada mereka seperti penduduk Irak menyerahkan diri dan masuk di

bawah kekuasaan mereka."

—hingga perkataan Syaikhul Islam—:

"Sesungguhnya peristiwa ini mengandung perkara-perkara besar yang di

luar batas ukuran serta keluar dari kebiasaan. Bagi setiap yang

berakal akan melihat bagaimana Alloh memperkokoh agama ini dengan

kejadian tersebut, dan perhatian-Nya terhadap umat ini setelah hampir

saja Islam tergulung, ketika sebab-sebab yang tampak secara lahiriyah

sudah terputus, musuh dari pasukan sekutu menyerang begitu cepat, hati

kaum muslimin melemah karena saling bermusuhan, sementara yang tetap

teguh hanyalah satu kelompok yang mau menolong agama Alloh, sehingga

Allohpun membukakan pintu-pintu langit-Nya untuk tentara-tentara-Nya

yang kuat, Alloh menghinakan orang-orang kafir dan munafik dan

menjadikan semua itu sebagai tanda kekuasaan Alloh bagi orang-orang

beriman hingga hari perjumpaan dengan-Nya."

Tatkala sampai berita bahwa pasukan Tartar sudah menyiapkan semua

persenjataan untuk menyerang Syam, orangpun pada ketakutan, harga

transportasi menjadi mahal; upah kuda dari Hamasah ke Damaskus saja

mencapai harga 200 dirham.

Ini terjadi tahun 699 H.

Sebagian gubernur berpanda-ngan untuk menyerahkan benteng Al-Qol'ah

kepada Tartar, demi menjaga penduduk. Tetapi Ibnu Taimiyah tetap

bersikukuh untuk melawan mereka dan meminta penjaga benteng untuk

tidak menyerahkannya, walaupun tidak tersisa lagi selain satu bongkah

batu; maka penjaga bentengpun menyetujui pendapat Ibnu Taimiyah, dan

ternyata ada mashlahat yang baik bagi kaum muslimin dalam sikap ini.

Kemudian datang berita mengenai kedatangan pasukan Mesir menuju Syam,

maka Hulaghu bersama pasukan Tartarnya keluar menuju Damaskus.

Sementara Damaskus sendiri sudah kosong dari tentara dan penjaga.

Maka, seluruh penduduknya diseru untuk keluar membawa senjata

masing-masing dan bermalam di pagar-pagar benteng serta pintu-pintu

masuk untuk menjaga negeri, maka merekapun keluar menuju pagar

benteng.

Ibnu Taimiyah sendiri berkeliling di benteng setiap malam untuk

memberikan semangat agar bersabar dan terus berperang, serta

membacakan ayat-ayat jihad dan ribath kepada mereka.

Ketika kehidupan di Damaskus kembali normal, Ibnu Taimiyah dan

pengikutnya berkeliling ke warung-warung, lalu memecahkan

bejana-bejana khomer. Setelah itu, Ibnu Taimiyah dengan didampingi

Al-Atsrom –gubernur Damaskus—keluar ke daerah Jubailah dan Kasrowan

untuk memberi pelajaran kepada kaum Rafidhoh (Syiah) dan Bathiniyah,

karena keterlibatan mereka membantu pasukan Tartar. Mereka juga ikut

menyerang kaum muslimin di malam hari. Maka para pemimpin mereka

keluar menemui Ibnu Taimiyah dan menampakkan ketaatan serta

penyesalannya. Mereka juga mengembalikan semua barang yang telah

mereka ambil. Setelah selesai, Al-Atsrom kembali ke Damaskus dan

mengeluarkan perintah agar rakyat menggantungkan senjata-senjata di

toko-toko, dan memerintahkan mereka untuk belajar memanah. Akhirnya,

dibangunlah Al-Imajat –yaitu kamp-kamp latihan militer di Damaskus—.

Ia juga memerintahkan para ulama untuk turut belajar memanah, dalam

rangka persiapan menghadapi situasi apapun yang datang mendadak.

Demikianlah, umat ini wajib melakukan persiapan di waktu senggang,

supaya ketika terjadi peristiwa-peristiwa dahsyat, ada anak-anak dari

umat ini yang menghadapi, melindungi, serta menolak makar musuh

terhadapnya.

Pasukan Tartar masuk ke Syam pada tahun 702 H, manusiapun gempar

ketakutan, mereka melaku-kan doa qunut dalam sholat, dan itulah

pertempuran pertama kali yang mereka alami, datanglah pasukan Tartar

yang didukung oleh 7000 personel, maka sekelompok pahlawan negeri Syam

berjumlah 1500 orang menghadapi mereka, dan Alloh pun memenangkan

pasukan-Nya.

Ketika pasukan Tartar sudah semakin dekat, dua pasukan –yaitu dari

Himawi dan Al-Halbi— mundur ke Himsh, mereka takut pasukan Tartar akan

menyerang mereka secara tiba-tiba, maka merekapun berjaga-jaga di

daerah Marji Ash-Shuffar. Dan benar, pasukan Tartar sampai di Himsh,

kemudian merangsek ke Ba'labak, manusia diguncang rasa takut luar

biasa, berita-berita negatif dan berbagai isu banyak sekali tersebar.

Maka dalam hal ini, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah memiliki andil besar

dalam menenangkan jiwa orang-orang dan menjaga kestabilan kondisi

intern kaum muslimin.

Beberapa waktu kemudian, orang mulai meragukan sah tidaknya memerangi

bangsa Tartar secara syar'i; sebab mereka juga berpenampilan Islam

tulen. Keraguan ini sama dengan sikap orang-orang yang kalah sebelum

tempur hari ini, yang mana mereka meragukan sah tidaknya memerangi

tentara pemerintah Thoghut.

Ibnu Hazm berkata dalam kitab Al-Muhallâ, "Tidak ada kejahatan yang

lebih besar setelah kekafiran, daripada melarang jihad di jalan Alloh

dan menyuruh agar kehormatan kaum muslimin diserahkan begitu saja

kepada musuh-musuh Alloh."

Kemudian, Ibnu Taimiyah tampil dan mengeluarkan fatwa-fatwanya yang

cukup terkenal mengenai wajibnya memerangi pasukan Tartar. Beliau

mematahkan semua syubhat yang banyak didengungkan kaitannya dengan

masalah ini. Beliau mengatakan kepada manusia, "Jika kalian melihatku

berada di fihak Tartar sementara di kepalaku ada mushaf Al-Quran, maka

bunuhlah aku,"

Mendengar fatwa ini, manusia-pun kembali bersemangat untuk berperang,

hati mereka kembali kuat.

Ketika pasukan Tartar semakin dekat, Ibnu Taimiyah menoleh kepada

salah seorang petinggi Syam, beliau berkata, "Hai Fulan, tempatkan aku

di posisi kematian,"

Petinggi itu berkisah, "Maka aku menempatkan Ibnu Taimiyah di depan

musuh persis, ketika itu mereka datang berbondong bondong seperti

aliran ombak dengan menenteng senjata-senjatanya yang berkilauan di

balik debu perang. Kukatakan: Tuanku, inilah posisi kematian dan

inilah musuh, mereka datang di balik debu itu."

Syaikhul Islam pun mengangkat matanya ke langit dan memejamkan

pandangannya, dan menggerak-gerak kan kedua bibirnya untuk berdoa

kepada robbnya dalam waktu cukup lama. Maka beliau bertempur melawan

pasukan Tartar, perang berlangsung sangat-sangat sengit, api

pertempuran berkobar menyala-nyala, para pahwalan menunjukkan

keperwiraannya, dan pasukan Tartar dipaksa mundur ke gunung-gunung.

Setelah hari mulai gelap, kaum muslimin mengepung pegunungan di mana

pasukan Tartar berada, sungguh hati pasukan Tartar kala itu

terhinggapi ketakutan luar biasa.

Yang mampu menegakkan Islam adalah orang-orang yang bertekad baja:

Wahai mujahidin…

Sesungguhnya agama ini tidak akan tegak kecuali di atas pundak para

perwira yang memiliki tekad baja. Ia tidak akan pernah tegak di atas

pundak orang-orang yang biasa hidup ringan dan bermewah-mewah. Tidak,

sungguh Islam tidak akan tegak di atas pundak orang-orang seperti ini.

Agama yang besar tidak akan tegak kecuali di atas pundak orang-orang

besar pula. Tanggung jawab besar yang tidak sanggup dipikul langit dan

bumi, tidak mungkin diemban oleh selain orang yang pantas

mengembannya.

Wahai merpati, kalau kamu menangis karena anak kecilmu

Lantas di manakah pemirsa kesedihan-kesedihan

Manakah yang layak menitikkan air mata, mataku atau matamu?

Orang yang mengaku tidak diterima pengakuannya tanpa bukti…

Bagaimana mungkin Islam akan tegak dan kembali kepada kejayaan dan

kemuliaannya seperti dulu, tanpa adanya tekad baja seperti tekad Abu

Bakar untuk memerangi kaum murtad di zaman banyaknya orang murtad

dulu? Ketika Abu Bakar, orang yang sudah tua, peka perasaannya dan

mudah menangis itu, bersumpah menyatakan tekad terbesarnya, "Demi

Alloh, aku benar-benar akan perangi siapa yang memisahkan antara

sholat dan zakat. Sesungguh-nya zakat adalah hak harta. Demi Alloh,

seandainya mereka menolak kepadaku untuk membayar satu ikatan binatang

yang dulu mereka bayarkan kepada Rosululloh –'alaihis sholatu was

salam—pasti akan kuperangi mereka karenanya."

Bagaimana mungkin Islam akan tegak tanpa adanya tekad seperti tekad

Anas bin Nadhr, yang mengatakan: "Kalau Alloh menghadir-kanku dalam

perang melawan orang-orang musyrik, Alloh pasti akan melihat apa yang

akan kuperbuat."

Akhirnya ia hadir dalam perang Uhud, lalu ia berperang, sampai ketika

mati di jasadnya ditemukan 80 luka lebih, mulai dari tikaman dan

tebasan pedang.

Adalah Nabi Shollallohu 'Alaihi Wa Sallam selalu berdoa kepada robbnya:

(اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الثَّبَاتَ فيِ اْلأَمْرِ

وَاْلعَزِيِمَةَ عَلىَ الرُّشْدِ)

"Ya Alloh, aku memohon kepada-Mu keteguhan dalam urusan apapun dan

tekad kuat di atas kelurusan."

Sungguh, sebuah tekad yang tinggi benar-benar bisa mendidih dalam hati

seperti mendidihnya air dalam periuk. Tekad seperti ini benar-benar

mendorong pemiliknya untuk melakukan perkara-perkara besar setiap pagi

dan sore, sehingga ia bisa menjadi orang yang disebutkan dalam

perkataan Imam Syafi'i Rahimahullôh, "Istirahat bagi 'para lelaki'

adalah kelalaian."

Inilah shahabat bernama 'Abdullôh bin Jahsy, ia pernah menjauh sedikit

di samping Sa'ad bin Abi Waqos sebelum pecah perang Uhud; keduanya

sepakat untuk bergantian memanjatkan doa dan saling mengamini. Maka

doa yang dipanjatkan 'Abdullôh bin Jahsy adalah:

"Ya Alloh, berilah aku rezeki berupa seorang lelaki yang keras

amarahnya, besar kekuatannya, yang aku berperang dengannya dan dia

berperang denganku, kemudian ia membunuhku dan memotong hidung dan

telingaku, sehingga ketika aku berjumpa dengan-Mu kelak, ya Alloh,

Engkau bertanya: Hai 'Abdullôh, karena apa hidung dan telingamu

terpotong? Maka aku menjawab: Karena-Mu dan karena Rosul-Mu. Lalu

Engkau berfirman: Kamu benar."

Betapa agung dan indah doa ini, sungguh itulah jiwa yang menjual

segalanya untuk robbnya, ketika itulah kepahitan berubah menjadi

kemanisan, sungguh itu tidak terjadi selain dari orang yang telah

merasakan manisnya jalan ini dan merasakan kelezatannya. Ia tidak lagi

mempedulikan apa pun selain keridhoan robb-nya, ia tidak lagi peduli

selain bagaimana bisa berjumpa Alloh dalam keadaan Dia ridho dan

terbunuh di jalan-Nya.

Siapakah di antara kita yang hendak meniru tekad-tekad baja seperti ini?

Siapakah di antara kita yang hendak meniru tekad Ahmad bin Hanbal,

Ibnu Taimiyah, dan Al-'Izz bin Abdissalam? Mereka membawa panji jihad

fi sabilillah, kuat di hadapan musuh-musuh Alloh. Sementara sekarang

ini, para ulama justru meninggalkan medan tempur, mereka mundur dari

memegang tampuk kepemimpinan kafilah jihad ini, mereka merasa berat

untuk mengorbankan nyawa karena Alloh. Belum cukup seperti itu,

ditambah lagi mereka masih meneriaki mujahidin dan mengalamatkan

berbagai tuduhan negatif kepada mereka, engkau tidak dengar suara

mereka selain seruan untuk melawan mujahidin…semua itu dilakukan

dengan alasan sebagai alat politik dan mencapai kesopanan.

Aku sendiri tidak tahu, kapan mereka akan meninggalkan "fikih

kekalahan sebelum perang", dan pemahaman takut dan pengecut itu.

Tentang Pemenggalan warga Amerika, Nicholas Berg:

Tidakkah kalian dengar, bagaimana mereka mengingkari pemenggalan orang

Amerika bernama Nicholas Bergh, itu?

Mereka paling depan untuk mengingkari aksi ini karena sebelumnya

mereka sudah mundur dari memerangi orang-orang kafir, dan karena

mereka belum pernah menghirup angin 'izzah (harga diri dan kemuliaan),

belum pernah merasa tinggi dengan kandungan-kandungan iman, yang mana

seorang mukmin harus merasa tinggi di hadapan kejahiliyahan dan para

pengikutnya, "Dan milik Alloh, rosul-Nya, dan orang-orang berimanlah

harga diri ('izzah) itu, akan tetapi orang-orang munafik tidak

mengeta-hui."

Orang-orang seperti mereka sangat sulit membayangkan dirinya –karena

posisinya sebagai budak yang hina—bisa menyembelih sang majikan, yaitu

orang Amerika.

Benar! Mereka terlanjur menetek susu kehinaan dari puting ibu-ibu

mereka sampai kehinaan itu mengalir dalam diri mereka. Maka sangat

sulit sekali mereka bisa berubah dan berganti. Fakta pahit ini memang

tidak mereka nyatakan terus terang, tapi mereka membungkusnya dengan

selendang kefakihan dalam urusan agama, mereka menampilkan kehinaan

ini dengan menghiasinya menggunakan pakaian hikmah (sikap bijaksana).

Mereka mengeluarkan pernyataan dan tidak jujur, dengan mengatakan

bahwa aksi eksekusi ini memperburuk citra Islam dalam pandangan

orang-orang barat yang memiliki "perasaan sensitif". Kata mereka,

sebelum adanya aksi ini dunia sangat reaksioner dengan kejahatan yang

terjadi di penjara Abu Ghorib dan Guantanamo, tapi gara-gara ada aksi

pemenggalan ini timbul dampak negatif terhadap reaksi dan respon

positif negara-negara dunia tadi. Bahkan, fanatisme kebangsaan si

anjing bangsa Rum, Bush, tadinya sudah mereda hingga titik paling

rendah; tapi gara-gara ada aksi pemenggalan ini, emosi kebangsaannya

kembali memuncak.

Seolah-seolah, orang-orang yang katanya memiliki kebebasan di dunia

itu sudah menghunus pedangnya, menugaskan pasukannya dengan serius,

dan sudah benar-benar melongokkan kepalanya untuk membebaskan Irak dan

menyelamat-kan orang-orang bebas serta wanita-wanita yang kehilangan

anaknya dari penjara kebengisan dan kedzaliman.

Yang sangat patut disayangkan adalah, media informasi salibis kafir

itu berhasil –dengan didukung persetujuan orang-orang yang sekulit

dengan kita— memberikan pengaruh dalam pembentukan pribadi orang

Islam. Melalui tekanan yang menakutkan, dan jaringan-jaringan

informasi dunia arab dan internasional, mereka berhasil mencuci otak

kaum muslimin, mempengaruhi pemikiran mereka, membalik fithroh mereka,

dan menjadikan tekad mereka menjadi banci.

Subhanalloh! Musuh dari kaum salib datang penuh dengki dengan membawa

program yang sangat mengkhawatirkan, yaitu ingin menguasai umat Islam

dan memberikan kekuasaan bagi kaum yahudi, memerangi syariat,

meram-pas kehormatan, memperkosa harga diri, melancarkan kehinaan dan

kerendahan kepada umat manusia, sementara umatku hanya melihat dari

kejauhan, tidak mampu berbuat apapun selain menampar pipi dan

menangis, umatku tidak mampu mematahkan rantai kehinaan yang diikatkan

kepadanya sejak kurun waktu yang lama.

Telah lahir generasi yang terasuki penyakit kehinaan, dan dihinakan

dengan pakaian aib. Maka neraca penilaian yang digunakan oleh generasi

ini berubah sangat drastis, generasi ini kehilangan neraca penilaian

yang didasarkan kelurusan dan hidayah dari langit, sebagaimana

diberitakan oleh Ash-Shôdiqul Mashdûq (Rosululloh SAW):

(تُعْرَضُ الْفِتَنُ عَلىَ الْقُلُوْبِ عِرْضَ الْحَصِيْرِ عُوْداً

عُوْداً، فَأَيُّ قَلْبٍ أَنْكَرَهَا نُكِتَ فِيْهِ نُكْتَةً بَيْضَاءَ،

وَأَيُّ قَلْبٍ أَشْرَبهَاَ نُكِتَتْ فِيْهِ نُكْتَةً سَوْدَاءَ، حَتَّى

يَصِْيرَ الْقَلْبُ عَلَى قَلْبَيْنِ: أَبْيَضَ مِثْلِ الصَّفَاةِ لاَ

يَضُرُّهُ فِتْنَةٌ مَادَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَاْلأَرْضُ، وَاْلآخَرِ

أَسْوَدَ مِرْباَزاً كَاْلكَوْزِ مُجْخِياً، لاَ يَعْرِفُ مَعْرُوْفاً

وَلاَ يُنْكِرُ مُنْكَراً، إِلاَّ مَا أُشْرِبَ مِنْ هَوَاهُ)

"Berbagai fitnah dilancarkan kepada hati seperti dianyamnya tikar satu

bilah demi satu bilah, maka hati mana saja yang mengingkari fitnah

itu, akan tertitik di sana satu titik putih. Dan hati mana saja yang

tenggelam olehnya, maka akan dititikkan satu titik hitam. Sehingga

hanya ada dua hati saja: Hati yang putih seperti batu yang halus, ia

tidak akan terpengaruh fitnah selama masih ada langit dan bumi; dan

hati yang hitam dan tertutup seperti mangkuk yang terbalik, tidak

mengerti mana yang makruf, dan tidak mengingkari perkara yang munkar,

selain yang sesuai dengan keinginan hawa nafsunya."

Inilah Abu Bakar Ash-Shiddiq, sosok penyayang dan belas kasih –ayah

dan ibuku menjadi penebusnya—, beliau menggambarkan sebuah jalan yang

terang dan sunnah yang jelas buat kita, ketika beliau dikirimi surat

perihal permohonan pembebasan tawanan yang oleh kaumnya hendak

ditebus dengan harta sekian dan sekian, beliau menjawab, "Bunuh

tawanan itu, sungguh membunuh satu orang musyrik lebih aku sukai

daripada harta sekian dan sekian…"

Sebagian utusan berusaha untuk menyelamatkan si bule, Bergh, ini,

mereka membayar kepada kami harta berapapun yang kami minta, di saat

kami sangat membutuhkan harta guna mendorong roda jihad, tapi kami

lebih memilih membalaskan dendam saudara-saudara dan umat kami.

Kami telah berjanji kepada Alloh untuk menghidupkan sunnah dan

melazimi jalan orang-orang yang mendapat petunjuk.

Bukankah nabi kita, yang penyayang dan belas kasih, bersabda:

(لَقَدْ جِئْتُكُمْ بِالذَّبْحِ)

"Aku telah datang kepada kalian dengan sembelih."

Dengan itulah, hati para penentang dan orang-orang keras kepala dari

pemuka Quraisy menjadi takut, mereka menjadi segan dan takut kepada

beliau, mereka meminta keridhoan dan belas kasihan dari beliau,

padahal sebelumnya menghina dan memperolok beliau?

Kami katakan: Seandainya umat ini menghunus pedangnya, berdiri kokoh

di atas prinsipnya, menyiapkan pasukannya, dan bergerak ke Gedung

Putih untuk membalaskan dendam, lalu terjadi lagi aksi pemenggalan,

sehingga suasanapun berubah dan pasukan musuh mampu diporak

porandakan, tentu keadaan umat ini akan lain dengan yang sekarang

mereka alami. Akan tetapi sayang, di manakah umatku menanggapi

kejadian yang telah menimpa dan sedang menimpa kaum muslimin di Irak,

Palestina, Afghanistan, Indonesia, Cechnya, dan lain seba-gainya?

Apakah umatku tidak pandai berbuat sesuatu selain menangis dan

merintih, atau sekedar melakukan demonstasi-demonstasi damai, dan

hanya bisa mengecam serta mengancam saja?

Apakah yang sudah diperbuat para demonstran untuk Afghanistan? Bahkan,

apakah yang sudah mereka perbuat untuk Mulla 'Umar yang rela

mengorbankan seluruh negaranya demi menyelamatkan satu orang muslim,

yang kini terasing di pegunungan?

Apakah yang sudah dilakukan umatku untuk wanita-wanita Sara-jevo,

Indonesia, Kashmir, Palestina, dan Irak, yang kehormatan mereka

ternodai di hadapan penglihatan dan pendengar umat secara keseluruhan?

Demi Alloh, kalau saja dalam hati kita masih tersisa ghîroh

(kecemburuan) atau yang mendekati, terhadap kejadian yang menimpa

saudara-saudara kita yang tadinya bebas, tentu kita tidak akan bisa

nyenyak tidur. Tentu kita tidak akan bisa bersenang-senang dengan

istri di atas ranjang kita sampai wanita-wanita yang kehilangan

anaknya itu dibebaskan.

Celaka engkau, wahai umatku… Kehormatanmu berada di tangan para

penyembah salib, mereka memper-mainkannya, tapi tidak ada yang

menyambut panggilan.

Semua tawanan fihak yang kalah sudah dikembalikan

Tidak tersisa lagi selain tawanan kita

Aku tidak melihat cambuk kehinaan berlumur darah

Kecuali pasti kulihat di sana ada cuilan daging tawanan dari kita

Tidaklah kita mati seperti rusa

Sampai-sampai kematian malu menghampiri kita

Maka dalam rangka membang-kitkan semangat, menyejukkan pandangan ahli

tauhid di belahan bumi timur dan barat, kami bertekad untuk tidak

menebus bule ini walapun mereka membayarnya dengan emas seberat

dirinya. Kami telah berjanji kepada Alloh untuk tidak menebus tawanan

dengan harta, meskipun kami berpendapat itu boleh dan sah dilakukan.

Namun, semua ini kami lakukan agar musuh-musuh Alloh mengerti bahwa

dalam hati kami tidak ada kemurahan hati dan kasihan kepada mereka.

Hanya ada dua pilihan saja, bebaskan tawanan kami, atau kami sembelih

tawanan dari kalian.



Ulama Irak dan Kaum Rofidhoh:

Yang membuat diriku tak hentinya keheranan adalah sikap yang diambil

orang-orang yang "kalah mental", yang bernyali rendah dan pengecut,

yang memadamkan semangat keagamaan kami dan rela dengan kehinaan,

terutama adalah Hârits Adh-Dhôrî, ketua umum Majelis Ulama Muslimin

Irak, yang menyatakan terang-terangan dalam salah satu majelis

khususnya, bahwa ia tidak mampu mengangkat kepala lagi disebabkan

pemenggalan warga Amerika dan relawan Kor Sel.

Maka aku katakan kepadanya: Dulu aku mengira kamu akan menggali kubur

dan tidur di dalamnya sampai kematian menjemputmu, karena aku malu

melihat ketidak mampuanmu menolong saudari-saudarimu yang diperkosa di

penjara Abu Ghraib, padahal penjara itu hanya berjarak beberapa ratus

meter dari rumahmu.

Atau, kami mengira engkau akan bersumpah kepada kami untuk tidak

mengenakan penutup kepala, tidak akan mencicipi makanan, dan tidak

memejamkan mata sebelum berhasil menyelamatkan akhwat-akhwatmu atau

engkau mati karenanya.

Tetapi, menyedihkan. Tidak ada satupun dari persangkaan kami ini yang

engkau penuhi.

"Jihad" mu yang paling maksi-mal, justeru mengulurkan tali kasih

sayang kepada orang-orang Rôfidhoh (Syi'ah).

Tidakkah engkau dengar peristiwa memalukan yang akan menghinakanmu

hingga hari kiamat tiba, ketika engkau berkumpul dalam pertemuan jahat

bersama Jawad Al-Khôlishi, lalu engkau berkata kepadanya, "Aku telah

mendengar tentang kesabaran dan keteguhan Anda, maka aku berjanji

kepada diriku sendiri jika aku bertemu denganmu aku akan mencium

kepalamu, dan sekarang tiba saatnya kupenuhi janjiku,"

Setelah itu engkau berdiri dengan bergegas dan mencium kepala orang

yang dalam dirinya penuh kedengkian terhadap Islam. Kepala orang yang

lisannya tak henti mencela kehormatan Nabi mu, Muhammad Shollallohu

Alaihi wa Sallam.

Demi robb-mu, katakan: dengan wajah apa engkau hendak menghadap nabimu

kelak di hari perhimpunan?

Sungguh, memang kamu benar-benar "dhôriy" (buas) terhadap orang-orang

Islam ketika engkau menuduh para tokoh jihad sebagai orang-orang yang

sengaja ditanam musuh. Tetapi kamu sendiri malah berdamai dengan kaum

Rofidhoh, kamu menyumbangkan masjid-masjid kami kepada mereka dengan

alasan bahwa itu hanya batu yang bisa diganti dengan bangunan lain.

Hanya kepada Alloh sajalah kami mengadukanmu, di hadapan-Nya sajalah

kami akan menuntut dan bertanya kepadamu, dan cukuplah Alloh sebagai

pelindung kami dan Dia sebaik-baik pelindung.

Usaha Kristenisasi Irak:

Kamu merasa sangat takjub dengan kesabaran dan kekokohan musuh agama

ini dalam perang yang mereka lancarkan kepada kaum muslimin, serta

pengorbanan nyawa dan waktu mereka dalam rangka membela kebatilan

mereka.

"Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka (seraya berkata):"Pergilah kamu

dan tetaplah (menyembah) ilah-ilahmu, sesungguhnya ini benar-benar

suatu hal yang dikehendaki."

Padahal mereka menyeberangi lautan padang pasir dan tanah gersang

dengan skuadron dan pasukan mereka yang berjumlah sangat banyak, dalam

rangka menyebarkan keyakinan batil mereka, mereka rela menumpahkan

darah serta mengorbankan nyawa demi membela kebatilan mereka.

Benar! Koran hairan Daily Theleghrap di Inggris edisi terakhir

mempublikasikan berita yang menyatakan Irak telah menjadi tempat yang

nyaman bagi kelompok-kelompok missionaris kristen. Koran itu

menyebutkan bahwa anggota organisasi-organisasi missionaris di Amerika

Serikat sudah mulai melakukan operasi-operasi kristeni-sasi dengan

mengusung sandi: "Penyelamatan manusia di Irak" ; di mana salah

seorang pimpinan organisasi tersebut mengatakan, penjajahan Amerika

terhadap Irak telah menciptakan kesempatan bersejarah untuk memberi

petunjuk kepada jiwa-jiwa yang kebingungan dari rakyat Irak, baik yang

beragama Islam maupun orang-orang kristen ortodoks timur.

Ketua Lembaga Kristenisasi Internasional, Jhon Baraday, sekaligus

penanggung jawab misi kristenisasi untuk wilayah Timur Tengah

mengatakan bahwa anggota gereja-gereja baptis yang jumlahnya mencapai

16 juta orang, diminta oleh fihak gereja sebelum agresi ke Irak

dimulai, agar terus berdoa supaya Irak bisa ditaklukkan.

Jhon Hanna, salah seorang missionaris, mengatakan setelah melakukan

kunjungan ke Irak, "Sungguh ini adalah tanggung jawab besar bagi para

penginjil Amerika, sebab di sini pintu-pintu terbuka, tekhnik-tekhnik

untuk mengkristenkan sangat mudah didapat, sokongan militer juga ada,

untuk menyelamatkan orang-orang Irak dari ajaran-ajaran yang memusuhi

ajaran kristen dan orang-orang kristen."

Orang munafik meragukan janji Alloh dan Rosul-Nya:

Wahai mujahidin…

Para penghadang di atas jalan menuju Alloh itu akan mengatakan kepada

kalian; apakah kalian menyangka apa yang kalian inginkan akan

tercapai? Apakah kalian menyangka khilafah Islamiyah, atau daulah

Islamiyah sekalipun, akan bisa tegak? Sungguh itu tidak mungkin

terjadi, itu adalah perkara yang lebih mendekati khayalan daripada

kenyataan.

Jika mereka mengatakan seperti itu, ingatlah firman Alloh Ta'ala:

"Ketika orang-orang munafik dan di hatinya ada penyakit mengatakan:

"Mereka itu adalah orang-orang yang tertipu oleh agamanya," Dan

barangsiapa bertawakkal kepada Alloh, maka sesungguhnya Alloh

Mahaperkasa lagi Mahabijaksana."

Katakan kepada mereka; sesungguhnya Alloh akan menakluk-kan Roma untuk

kaum muslimin, sebagaimana dijanjikan Rosululloh Shollallohu Alaihi wa

Sallam dalam sebuah hadits shohih, sebagaimana dulu Konstantinopel

berhasil ditaklukkan.

Katakan kepada mereka; kami berangan kepada Alloh lebih dari itu, kami

berharap dari Alloh untuk menaklukkan Gedung Putih, Istana Kremlin,

dan London. Bersama kami ada janji Alloh: "Alloh menjanjikan kepada

orang-orang beriman di antara kalian dan beramal sholeh, untuk

menguasakan mereka di muka bumi sebagaimana Dia telah kuasakan

orang-orang sebelum mereka…"

Mengenai kapan itu terjadi? Itu bukan tugas kami, Alloh tidak pernah

membebani kami untuk itu. Yang Alloh bebankan kepada kami adalah

beramal untuk agama Islam, membela syariat Islam, dan mencu-rahkan

segala kemampuan untuk itu. Hasilnya hanya kita serahkan kepada Alloh

'Azza Wa Jalla.

Hendaknya engkau menebar benih, bukan memetik panen

Alloh adalah sebaik-baik penolong bagi orang yang berusaha

Ketika Imam Ahmad Rohima-hullôh mengalami ujian sewaktu terjadi fitnah

menyebarnya keyakinan Al-Quran adalah makhluk, dan keyakinan ini

sempat mendominasi kaum muslimin karena adanya dukungan kekuatan

penguasa, seorang pemuka ajaran bid'ah bernama Ahmad bin Abî Du'ad

datang kepada Imam Ahmad, dengan puas ia berkata, "Tidakkah kamu

melihat, bagaimana kebatilan bisa menang di atas kebenaran, hai

Ahmad?"

Imam Ahmad Rahimahulloh menjawab, "Sesungguhnya kebatilan tidak menang

di atas kebenaran; dominasi kebatilan atas kebenaran adalah

berpindahnya hati manusia dari perkara yang benar menuju perkara yang

batil, sementara hati kami tetap memegang yang benar."

Katakan kepada mereka sebagaimana perkataan Nabi Ya'qub AS, "Sungguh,

aku benar-benar mencium bau Yûsuf, barangkali kalian menganggapku

lemah akal."

Walaupun bala dan peristiwa-peristiwa mengerikan ini datang

bertubi-tubi, tapi kami mencium angin jalan keluar, kemenangan, dan

kekuasaan, "barangkali kalian menganggapku lemah akal."

Banyak manusia akan mengatakan kepada kalian, wahai para mujahidin,

"Sungguh, kalian berada dalam kesesatan lama kalian."

Dulu, orang-orang munafik mengatakan kepada para shahabat setelah

perang Uhud, "Kembali saja kalian kepada agama bapak-bapak kalian,"

Kata-kata seperti ini diucapkan orang-orang munafik di setiap zaman

kepada orang-orang beriman, ketika para mujahidin fi sabilillah

ditimpa musibah, mengalami pembunuhan, luka-luka, dipenjara, atau

menga-lami penyiksaan.

Kalau mereka mengatakan seperti itu, katakan kepada mereka:

"Sesungguhnya Alloh membela orang-orang yang beriman,"

"Dan Alloh pasti akan menolong orang yang menolong-Nya."

Orang-orang munafik akan mengatakan kepada kalian, sama seperti ketika

mereka mengatakan kepada Ashhâbu `r-Rojî' (para shahabat yang diutus

Nabi mengajari Al-Quran, yang dipimpin Shahabat 'Âshim bin Tsâbit,

pent.)ketika mereka dikhianati orang-orang musyrik, "Kasihan sekali

orang-orang yang tertimpa fitnah yang binasa itu, mereka tidak bisa

tinggal di tengah keluarganya, tidak juga bisa menunaikan risalah

temannya."

Kata-kata seperti ini akan dilontarkan kepada kalian di hari-hari ini,

setiap kali ada ikhwah yang terbunuh, mereka akan mengatakan:

"Kasihan, mereka tidak duduk dan selamat, tapi juga tidak bisa

menghilangkan kemungkaran dan bencana-bencana,"

Kalau kalian mendengar kata-kata seperti ini, sampaikan kepada mereka

kata-kata Khodijah Ash-Shiddîqoh (istri Nabi Shollallohu 'Alaihi Wa

Sallam), "Demi Alloh bergembiralah, Alloh tidak akan pernah

menghinakanmu."

Maka kami katakan kepada setiap orang yang berjihad di jalan Alloh;

Demi Alloh, Alloh tidak akan pernah menghinakan kalian, sungguh kalian

adalah orang-orang yang menyambung tali silaturohmi, melindungi

syariat, dan berjihad di jalan Alloh melawan manusia yang kafir kepada

Alloh dari orang-orang yahudi, salibis, dan murtaddin.

Ahli sejarah bernama Muhammad Al-Bassâm, di dalam bukunya Ad-Duror wa

`l-Mafâkhir fî Akhbâri `l- 'Arob Al-Awâkhir, berkata mengenai para

ulama Nejd ketika memerangi raja Mesir, "Demi Alloh! Raja Mesir

mengalahkan mereka bukan karena mereka lemah atau pengecut, tetapi

karena pengkhianatan orang-orang arab sendiri, atau karena adanya

peran dari penduduk negeri-negeri."

Diri kita bukan milik kita lagi:

Wahai para mujahidin…

Kalian telah jual nyawa kalian kepada Alloh 'Azza Wa Jalla, kini di

hadapan kalian hanya ada satu pilihan saja, yaitu engkau serahkan

barang dagangannya kepada Sang Pembeli,

"Sesungguhnya Alloh telah membeli dari orang-orang beriman, jiwa dan

harta mereka, dengan memberikan surga kepada mereka; mereka berperang

di jalan Alloh lalu membunuh atau dibunuh. Sebagai sebuah janji yang

benar di dalam kitab Taurat, Injil, dan Al-Quran. Dan siapakah yang

lebih benar janjinya daripada Alloh? Maka berikanlah kabar gembira

dengan jual beli yang kalian adakan, dan itulah keberuntungan yang

besar."

Jika pembeli telah menerima barang dagangan, maka terserah mau Dia

apakan dagangan tersebut. Terserah mau Dia letakkan di mana; kalau Dia

berkehendak, akan diletakkannya di istana, kalau Dia berkendak akan

diletakkannya di penjara, kalau Dia berkehendak akan diberinya pakaian

paling mewah, kalau Dia berkehendak akan menjadikannya telanjang

kecuali sebatas penutup aurat, kalau Dia berkehendak akan

menjadikannya kaya, kalau Dia berkehendak akan dijadikannya fakir

miskin, kalau Dia berkehendak akan dijadikanya tergantung di tiang

gantungan, atau menjadikan musuh menguasainya, lantas membunuh atau

mencin-cangnya.

Sayyid Qutb Rohimahullôh mengomentari kejadian yang menimpa Ashhâbu

`l-Ukhdûd, beliau mengatakan, "Contoh seperti ini pasti terjadi, di

mana orang beriman tidak ada yang selamat dan orang kafir tidak ada

yang diazab. Hal ini agar tertancap dalam benak orang-orang beriman,

para pelaku dakwah kepada Alloh, bahwa mereka bisa saja dituntut

mengakhiri jalan yang ia tempuh menuju Alloh dengan kejadian seperti

ini. Supaya mereka mengerti bahwa mereka sama sekali tidak memiliki

kekuasaan sedikitpun mengatur urusan, urusan mereka dan urusan akidah

semata-mata dikem-balikan kepada Alloh. Kewajiban mereka hanyalah

melaksanakan ke-wajiban yang dibebankan kepada mereka, dan setelah

itu…jalan. Kewajiban mereka adalah menge-depankan Alloh dan akidah di

atas kehidupan, merasa tinggi dengan imannya di atas berbagai fitnah,

dan bersikap jujur kepada Alloh dalam beramal dan berniat. Setelah

semua ini, Alloh akan memperlakukan diri mereka dan musuh mereka

terserah yang Dia kehendaki terhadap dakwah dan agama-Nya, bisa saja

mereka akan mengakhirinya dengan salah satu kejadian yang sudah

terjadi dalam sejarah iman, atau mengakhirinya dengan cara lain sesuai

yang dikehendaki dan dilihat oleh Alloh. Mereka adalah orang-orang

yang bekerja di sisi Alloh, apa kemudian pantas orang yang menjual

seekor kambing marah, atau hatinya tidak terima, ketika sang pembeli

menyembelihnya?"

Bukankah engkau mendengar kejadian yang menimpa singa Alloh dan singa

Rosul-Nya, Hamzah? Perutnya dibelah, hatinya dikeluar-kan, dan

tubuhnya dicincang.

Bukankah engkau mendengar apa yang dialami manusia terbaik, Muhammad

Shollallohu Alaihi wa Sallam, ketika perang Uhud?

Renungkanlah keadaan para nabi dan rosul yang merupakan

makhluk-makhluk pilihan; nabi Ibrohim 'Alaihi `s-Salâm dilemparkan ke

dalam api, Nabi Zakariya digergaji tubuhnya, Nabi Yahya (yang berjuluk

as-sayyid al-hashûr, yang artinya seorang teladan dan menahan hawa

nafsu) disembelih, Nabi Ayyub berkutat dalam bala ujian selama

bertahun-tahun, Nabi Yunus dikurung di dalam perut ikan hiu, Nabi

Yusuf dijual dengan harga murah dan harus mendekam di penjara selama

beberapa tahun.

Semua itu mereka jalani dengan rasa ridho terhadap robb dan majikan

mereka yang Mahabenar.

Menerima takdir dengan ikhlas:

Dulu, ada sebagian salaf yang mengatakan, "Seandainya tubuhku

dipotong-potong dengan gunting, itu lebih aku sukai daripada

mengomentari sesuatu yang sudah ditetapkan Alloh: Seandainya saja itu

tidak terjadi."

Oleh karena itu, wahai ikhwan-ikhwanku, jadilah orang-orang yang tidak

mencampuri urusan Alloh –sang majikan— dalam mengurus dirimu, dan

tidak menentang pilihan yang Alloh pilihkan untukmu. Contoh-contoh

yang kami ceritakan di atas tidak pernah campur tangan dalam

pengurusan Alloh terhadap kekuasaannya, dengan mengatakan: "Seandainya

begini, tentu jadinya begini," tidak juga mengatakan, "Seandainya,"

"Jikalau," dan "Kalau saja,"

Pilihan yang Alloh berikan bagi orang beriman adalah pilihan teragung

dan terbaik, walaupun tampaknya sulit dan berat, atau di dalamnya

harta musnah, jabatan dan kedudukan lenyap, kehilangan keluarga dan

harta, bahkan seluruh urusan dunianya sirna.

Ingatlah kisah perang Badar, lalu renungkanlah baik-baik. Kala itu

sebagian shahabat menginginkan peristiwa Badar sebagai saat yang tepat

untuk menaklukkan kafilah dagang kaum Quraisy. Akan tetapi Alloh

Ta'ala memilihkan pasukan perang untuk mereka hadapi, padahal

perbedaan antara keduanya sangat-sangat jauh. Apakah yang ada dalam

kafilah dagang? Makanan yang disantab, setelah itu pergi ke tempat

buang air, pakaian yang kemudian lusuh dan dibuang, serta dunia yang

akan segera lenyap.

Ada pun menghadapi pasukan perang; di sanalah Alloh pisahkan antara

yang haq dan yang batil, kesyirikan kalah dan bertekuk lutut, ajaran

tauhid menang dan tinggi, para pemuka kaum Quraisy yang selalu

menghalangi Islam terbunuh, dan cukuplah ketika datang kabar gembira

bahwa Alloh melihat hati pasukan Badar kemudian berfirman: "Lakukanlah

sesuka kalian, Aku telah ampuni kalian."

Ujian datang, banyak yang berguguran:

Wahai para mujahidin…

Ketika bala' datang, banyak orang-orang yang mundur, maka janganlah

kalian sedih dengan ini.

Muslim meriwayatkan dalam Shohih-nya, dari Anas Rodhiyallohu 'Anhu;

bahwasanya orang-orang Quraisy membuat perjanjian dengan Rosululloh

SAW, lalu mereka memberi syarat; siapa saja di antara kalian yang

datang kepada kami maka tidak kami kembalikan kepada kalian, dan siapa

saja dari kami yang datang kepada kalian, maka kalian harus

mengembalikannya kepada kami.

Mendengar syarat ini, para shahabat mengatakan, "Apakah kita akan

menulis syarat ini?" Rosululloh menjawab, "Ya! Sungguh jika ada dari

kita yang pergi ke tempat mereka maka Alloh akan menjauhkannya, dan

siapa di antara mereka yang datang kepada kita maka Alloh akan

memberikan jalan keluar kepadanya."

Maka janganlah engkau bersedih melihat orang yang dijauhkan oleh Alloh.

Alangkah indah kata-kata Ibnul Qoyyim Rahimahulloh, "Tempuhlah jalan

kebenaran dan jangan merasa asing dengan sedikitnya orang yang

menempuhnya. Setiap kali engkau merasa asing dalam kesendirianmu,

lihatlah teman-temanmu yang sudah berlalu dan berusahalah untuk

menyusul mereka, jangan menoleh kepada selain mereka, karena itu tidak

akan memberikan manfaat sedikitpun kepadamu. Jika orang meneriakimu

ketika engkau berada di atas jalan yang engkau tempuh, jangan pernah

menoleh kepada mereka, sebab setiap kali engkau menoleh, mereka akan

menahan dan menghalangimu."

Taufik bukan didapat dari banyaknya hafalan ilmu:

Maka waspadalah, jangan sampai hati kalian mendengarkan

syubhat-syubhat yang dilontarkan para pemutus jalan dan orang-orang

yang kalah sebelum tempur, yang ingin menghalangi kalian dari jalan

jihad. Inti perkaranya semata-mata taufik dari Alloh Ta'ala,

sesungguhnya Alloh akan memampangkan lembaran-lembaran buku kepada

mereka, lalu Alloh hinakan mereka meskipun banyak sekali buku dan

matan yang mereka hafal dalam hati dan pikiran mereka.

Permasalahannya bukan terletak pada banyaknya ilmu, tetapi pada

ketakwaan kepada Alloh yang akan mewariskan pembedaan nilai

berdasarkan iman,

"Hai orang-orang yang beriman, jika kalian bertakwa kepada Alloh,

Alloh akan jadikan pembeda antara yang hak dan yang batil bagi

kalian…"

Semoga Alloh merahmati Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, ketika beliau

berkata, "Umat ini sudah banyak sekali mengumpulkan berbagai cabang

disiplin ilmu, maka siapa yang hatinya diberi cahaya oleh Alloh, Alloh

akan memberinya hidayah dalam ilmu yang sampai kepadanya. Tetapi siapa

yang dibutakan hatinya oleh Alloh, banyaknya buku tidak menambah

apa-apa selain kebingungan dan kesesatan."

Ya Alloh, mantabkanlah kekuasaan ahli tauhid di muka bumi…

Ya Alloh, mantabkanlah kekuasaan mujahidin di muka bumi…

Ya Alloh, siapkanlah pasukan mereka, kirimlah ekspidisi perang mereka,

dan ikhlaskanlah niat-niat mereka…

Ya Alloh, lindungilah mereka dengan perlindungan-Mu,

Ya Alloh, lindungilah mereka dengan perlindungan-Mu,

Ya Alloh, lindungilah mereka dengan perlindungan-Mu…

Ya Alloh, jagalah mereka dengan mata-Mu yang tidak pernah tidur,

sementara para makhluk terlelap tidur…

Ya Alloh, mudahkanlah segala kebaikan untuk mereka…

Ya Alloh, siapa saja yang ingin memberikan kebaikan kepada mereka,

maka tunjukkanlah kepadanya segala kebaikan…dan siapa saja yang

menginginkan kejahatan kepada mereka, maka ambillah dia dengan siksaan

Dzat Yang Mahaperkasa lagi Mahakuasa.

Ya Alloh, lindungi mereka dan kehormatan mereka… Ya Alloh, lindungi

mereka dan kehormatan mereka… Ya Alloh, lindungi mereka dan kehormatan

mereka…

Ya Alloh, mereka adalah orang-orang miskin, maka muliakanlah mereka

dengan keperkasaan-Mu, wahai robb semesta alam…

Ya Alloh, mereka adalah kaum fakir, maka kayakanlah mereka dengan

anugerah dari-Mu ya robb semesta alam…

Ya Alloh, hidupkan kembali umat Muhammad… Ya Alloh, hidupkan kembali

umat Muhammad… Ya Alloh, hidupkan kembali umat Muhammad…

Ya Alloh, tolonglah umat Muhammad, ya robbal Alamin…

Wahai robb kami…wahai robb kami…wahai robb kami…tolonglah kami atas

kaum yang dzalim…wahai robb kami, tolonglah kami atas orang-orang

kafir.

Ya Alloh, ambillah darah kami supaya Engkau ridho, Ya Alloh, ambillah

darah kami supaya Engkau ridho, Ya Alloh, ambillah darah kami supaya

Engkau ridho.

Ya Alloh, tempatkan jasad kami di perut binatang buas dan perut-perut

burung nasar… Ya Alloh, tempatkan jasad kami di perut binatang buas

dan perut-perut burung nasar… Ya Alloh, tempatkan jasad kami di perut

binatang buas dan perut-perut burung nasar…

Wa `l-hamdulillâhi robbi `l 'Âlamîn.













DAFTAR ISI

- Kata Pengantar 3

- NASEHAT-NASEHAT UNTUK MUJAHIDIN 5

- Sejarah Akan Terus Berulang 8

- Jihad Adalah Solusi 12

- Lemahnya Nyali Dan Perbuatan Maksiat, Menunda Kemenangan 14

- Tamkîn Datang Setelah Ujian 19

- Orang-orang Yang Terlibat Dalam Jihad Adalah Orang-Orang Yang Beruntung 27

- Kondsi Dunia Islam Sekarang Hampir Sama Dengan Ketika Pasukan Tartar

Dulu Menyerang Dunia Islam 40

- Yang Mampu Menegakkan Islam Hanyalah Orang-Orang Yang Bertekad Baja 63

- Tentang Pemenggalan Warga Amerika, Nicholas Bergh 72

- Ulama Irak Dan Kaum Rofidhoh 89

- Usaha Kristenisasi Irak 94

- Orang Munafik Meragukan Janji Alloh Dan Rosul-Nya 98

- Diri Kita Bukan Milik Kita Lagi 109

- Menerima Takdir Dengan Ikhlas 116

- Ujian Datang, Banyak Yang Berguguran 120

- Taufik Bukan Didapat Dari Banyaknya Hafalan Ilmu 123

- Daftar Isi 131
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Situs

Online now

Show Post

Blog Archive