Oleh : Ustdz. Ina Mahardhika
Memberi itu indah, seindah sungai-sungai cantik di surga dan tenangnya hati ketika bermunajat pada Rabb Semesta Alam. Bagaimana tidak, ketika Allah menjanjikan, Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah sebaik-baik Pemberi Rizki. (QS. 34:39).
Kemudian Allah memberi kabar gembira kepada orang-orang yang mau berjihad dengan harta dan jiwa bahwa Allah akan mengampuni dosa-dosa dan di masukkan ke Jannah-Nya yang mengalir dibawahnya sungai-sungai. Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu, itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahuinya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di surga 'Adn. Itulah keberuntungan yang besar. (Qs. 61:10-12)
Keindahan yang hadir tidak dapat diekspresikan dengan untaian kata, ia adalah abstrak, hadirnya di sini... Dihati dan relung jiwa...Ia adalah ungkapan syukur dan gejolak cinta pada sesama... Memberi itu ekspresi cinta. Cinta itu indah. Keindahan itu hadir karena adanya rasa saling sayang dan memberikan yang terbaik. Ya... Memberi adalah ekspresi cinta. Ada apa dengan cinta...? Ah... Tidak ada apa-apa dengan cinta... Ketika seorang ibu dan ayah, dengan susah-payah, bermodalkan peluh, malu dan doa, rela bekerja siang malam, sampai di ujung masa klimaks ikhtiarnya tak kunjung hadir apa yang diusahakannya, akhirnya meminjam pada tetangga, kerabat atau perusahaan, karena berusaha memberikan apa yang dibutuhkan buah hati penyejuk jiwa. Itulah cinta...
Ketika seorang suami, bekerja keras siang dan malam, karena hanya satu tekad yang hadir dalam dirinya bahwa ia harus menjaga dan memenuhi hak sang penyejuk hati, menjaganya dari kajahatan tangan-tangan jahil, demi menunaikan amanah Allah. Itulah cinta... Ketika seorang isteri, rela menjadi pelepas lelah belahan jiwanya dan menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkannya, memberikan kasih sayangnya.itulah cinta...
Ketika seorang Abdurrahman bin `Auf rela memberikan 700 kendaraan hartanya kepada fakir miskin di Madinah. Itulah cinta...
Cinta begitu sulit digambarkan dengan kata-kata...Ia adalah abstrak.namun ia adalah nyata dengan ekspresi sikap. Dan... Memberi itu adalah cinta.... Ternyata tidak ada apa-apa dengan cinta... Memberi itu pengorbanan dan keikhlasan. Ketika seorang sahabat, meskipun sulit, tetap berusaha keras membantu kesulitan saudaranya... Karena ia yakin barangsiapa yang memudahkan urusan saudaranya, maka Allah akan memudahkan urusannya di dunia maupun diakhirat.
Ketika seorang ibu, rela tidur tengah malam karena membuat baju untuk anaknya, mempersiapkan pernak pernik kebutuhan suami dan anak untuk pagi hari, tanpa mengharapkan apa-apa selain senyum manis dari yang disayanginya dan ridho Allah. Ketika seorang ibu menahan sakit dan mempertaruhkan nyawa demi hadirnya sang buah hati dengan selamat dalam sebuah pejuangan proses persalinan.
Memberi itu air mata ketulusan. Ketika seorang ibu, menitikkan air mata karena dapat membelikan baju dan sepatu baru untuk sekolah sang buah hati....
Ketika seorang relawan menitikkan air mata karena dapat berbuat sesuatu bagi saudaranya yang kesulitan...
Ketika seorang dermawan menitikkan air mata melihat wajah sumringah anak-anak yatim ketika mendapat belaian sayang dan bingkisan syurga... Memberi itu sebuah kekayaan... Secara matematika manusia, memberi berarti berkurang jumlah dan modal... Tapi tidak bagi Allah... Memberi adalah kekayaan, tabungan yang semakin bertambah dan bertambah terus... Semakin banyak memberi maka tabungan semakin banyak, kaca hati, jiwa dan harta semakin bersih.
Memberi adalah menanam dan menabung. Menanam dan menabung di dunia, menuai di akhirat.
Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah, seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipat gandakan bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas dan Maha Mengetahui. (Qs. 2: 261)
Itulah matematika Allah. Hal itulah yang membuat seorang Abu Bakr ash Shiddiq rela menginfakkan seluruh hartanya di jalan Allah, cukuplah Allah dan Rasul baginya dan keluarganya.
Kemudian menyusul Umar bin Khattab yang mengifakkan separuh hartanya di jalan Allah...
Tidak ketinggalan Abdurrahman bin `Auf... Utsman bin Affan, dan banyak lagi teladan kedermawanan sahabat-sahabat Rasulullah... Itulah indahnya memberi... Semakin kaya dengan memberi; kaya hati, kaya amal dan kaya jiwa. Masihkah kita menunda-nunda untuk memberi...? Padahal belum tentu usia kita sampai pada rencana-rencana amalan kita...
Wallahua`lam bisshawab.
isi Kajian (hapus ini jika ingin Posting artikel, tapi jangan Hapus Tulisan "Kirimkan ke teman anda sebagai file .Pdf)
Kirimkan Ke Teman anda Sebagai File .Pdf : Send articles as PDF to
0 komentar:
Posting Komentar