"Ungkapan pemikiran sederhana untuk pembenahan diri"

Jumat, 06 September 2013

Hikmah : Pentingnya sikap disiplin

Oleh M Husnaini



Di antara ajaran mulia yang sangat ditekankan dalam Islam adalah

disiplin. Disiplin merupakan salah satu pintu meraih kesuksesan.

Kepakaran dalam bidang ilmu pengetahuan tidak akan memiliki makna

signifikan tanpa disertai sikap disiplin.











Sering kita jumpai orang berilmu tinggi tetapi tidak mampu berbuat banyak

dengan ilmunya, karena kurang disiplin. Sebaliknya, banyak orang yang

tingkat ilmunya biasa-biasa saja tetapi justru mencapai kesuksesan luar

biasa, karena sangat disiplin dalam hidupnya.











Tidak ada lembaga pendidikan yang tidak mengajarkan disiplin kepada anak

didiknya. Demikian pula organisasi atau institusi apapun, lebih-lebih

militer, pasti sangat menekankan disiplin kepada setiap pihak yang

terlibat di dalamnya. Semua pasti sepakat, rencana sehebat apapun akan

gagal di tengah jalan ketika tidak ditunjang dengan disiplin.











Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), disiplin adalah ketaatan

atau kepatuhan terhadap peraturan. Ketaatan berarti kesediaan hati secara

tulus untuk menepati setiap peraturan yang sudah dibuat dan

disepakatibersama. Orang hidup memang bukan untuk peraturan, tetapi

setiap orang pasti membutuhkan peraturan untuk memudahkan urusan hidupnya.











Analoginya sederhana. Kita bisa perhatikan pentingnya peraturan itu dalam

lampu lalu lintas. Ketaatan setiap pengendara terhadap isyarat lampu

lintas jelas membuat kondisi jalan menjadi tertib dan aman. Bayangkan

ketika masing-masing pengendara mengabaikan peraturan berupa isyarat

lampu lalu lintas itu. Pasti kondisi jalan akan kacau, macet, dan bahkan

memicu terjadinya kecelakaan.











Contoh di atas tentu bisa ditarik ke dalam ranah kehidupan yang lebih

luas. Tegasnya, disiplin sangat ditekankan dalam urusan dunia, dan

lebih-lebih urusan akhirat. Tidak heran jika Allah memerintahkan kaum

beriman untuk membiasakan disiplin. Perintah itu, antara lain, tersirat

dalam Al-Qur'an surat Al-Jumuah ayat 9-10.











"Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian diseru untuk menunaikan

shalat Jum'at, maka bersegeralah untukmengingat Allah dan tinggalkanlah

jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagi kalian jika kalian

mengetahui.Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kalian di

muka bumi, dan carilah karunia Allah, dan ingatlah Allah banyak-banyak

supaya kalian beruntung." (QS Al-Jumuah: 9-10).











Menurut ayat di atas, keberuntungan akan kita raih dengan disiplin

memenuhi panggilan ibadah ketika datang waktunya dan kembali bekerja

ketika sudah menunaikan ibadah. Bukan hanya urusan dagang yang harus

ditinggalkan ketika sudah tiba waktu shalat. Sebab, menurut para mufasir,

ungkapan "Tinggalkanlah jual beli" dalam ayat itu berlaku untuk segala

kesibukan selain Allah. Dengan kata lain, ketika azan berkumandang, maka

kaum beriman diserukan untuk bergegas memenuhi panggilan Allah itu.











Meskipun demikian, bukan berarti kaum beriman harus terus menerus larut

dalam urusan ibadah saja. Ayat di atas juga memerintahkan supaya kaum

beriman segera kembali bekerja setelah menunaikan ibadah. Dengan

demikian, disiplin harus dilakukan secara seimbang antara urusan akhirat

dan urusan dunia. Tidak dibenarkan mementingkan yang satu sambil

mengabaikan yang lain.











Disiplin yang dilakukan secara seimbang antara urusan ibadah dan kerja,

akhirat dan dunia, itulah yang akan mengantarkan kaum beriman kepada

kesuksesan. Perintah untuk menyeimbangkan antara urusan akhirat dan dunia

juga dapat ditemukan dalam Al-Qur'an surat Al-Qashash ayat 77.











"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan

negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan jatahmu dari kenikmatan

dunia, dan berbuat baiklah kamu kepada orang lain sebagaimana Allah telah

berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi.

Sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan." (QS

Al-Qashash: 77).











Kita juga bisa cermati ajaran disiplin dalam perintah shalat jamaah.

Kewajiban shalat wajib lima waktu selama sehari semalam sangat dianjurkan

untuk dikerjakan secara berjamaah. Menurut keterangan Rasulullah SAW,

nilai pahala shalat wajib secara berjamaah adalah dua puluh tujuh derajat

dibanding shalat sendirian. Dari sini, dapat dipahami jika sebagian ulama

kemudian menghukumi shalat jamaah sebagai sunnah muakkadah, sementara

sebagian ulama lain menghukuminya wajib.











Shalat jamaah jelas membutuhkan disiplin. Karena, umumnya shalat jamaah

dikerjakan bersama-sama di masjid atau langgar tidak lama setelah azan

berkumandang yang diikuti dengan iqamah. Dengan demikian, jika ingin

mengikuti shalat jamaah, maka kita harus segera meninggalkan kesibukan

setelah mendengar azan. Shalat jamaah di masjid atau langgar itu

dikerjakan tepat waktu. Kalau kita masih saja ruwet dengan segala tetek

bengek dunia, sementara azan sudah berkumandang, dipastikan kita akan

ketinggalan, atau malah tidak mendapati shalat jamaah sama sekali.











Belum lagi tradisi i'tikaf atau berdiam diri ketika menunggu shalat

jamaah dimulai. Ditambah tradisi berzikir setelah shalat jamaah selesai.

Tanpa disiplin waktu yang bagus, mustahil kita dapat melakukan semua itu.

Membiasakan disiplin dalam segala urusan secara seimbang itulah yang akan

menjadikan hidup kita indah, tertata, dan diliputiberkah.



Redaktur : Heri Ruslan



Sumber www.republika.co.id





--

ttd.





M. Alie Marzen
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Situs

Online now

Show Post

Blog Archive