"Ungkapan pemikiran sederhana untuk pembenahan diri"

Minggu, 30 Oktober 2011

ancaman bagi "bisa menasehati tidak bisa mengamalkan".

Setiap muslim wajib saling menasehati dalam kebenaran dan beramar makruf nahi munkar (menyeru kebaikan mencegah keburukan), karena jikalau kemaksiatan atau keburukan merajalela maka azab Allah akan menimpa tidak pandang bulu entah itu mukmin atau kafir, seperti banyaknya bencana alam akhir-akhir ini tidak lain sebabnya adalah ditinggalkannya amar makruf nahi munkar dan merajalelanya kezaliman. Sesuai sabda Rasulullah SAW berikut :

Hudzaifah radhiallahuanhu berkata: "Bersabda Nabi shallallahu alaihi wa salam: 'Demi Allah yang jiwaku ada ditanganNya, harus kamu menganjurkan kebaikan dan mencegah yang mungkar, atau kalau tidak. Pasti Allah akan menurunkan siksa padamu, kemudian kamu berdo'a, maka tidak diterima dari kamu.' "(diriwayatkan oleh At Tirmidzi)
Amar makruf nahi munkar hukumnya fardhu kifayah artinya jika ada yang sebagian muslim melaksanakan amarmakruf nahi munkar maka gugurlah kewajiban seluruh muslim, contohnya jihad kepalestina / daerah muslim yang terzalimi adalah fardhu kifayah.

Berkaitan dengan menyeru kebenaran dan mencegah keburukan / kemaksiatan maka kita wajib mulai dari diri kita sendiri semampu kita melaksanakan. Bagaimana orang lain akan menerima nasehat kita jika prilaku kita saja justru bertentangan dengan apa yang kita katakan. Memang tidak ringan konsekuensi amar makruf nahi munkar, karena selain kita dituntut untuk mengamalkan kita juga dituntut untuk menyeru kepada orang lain dan resikonya pun tidak ringan seperti cacian, makian, hujatan bahkan sampai ancaman dibunuh, akan tetapi janji Allah kepada orang yang beramar makruf nahi munkar dengan benar dan ikhlas adalah diberikan kebahagian yang kekal diakhirat. Akan tetapi jika orang bisa mengatakan kebenaran tapi dia sendiri tidak mau mengamalkan atau malah justru kelakuannya menyimpang dari apa yang dia katakan maka sugguh ancaman Allah sangat keras kepada orang yang jarkoni (jawa) alias bisa bicara tapi tidak mau mengamalkan karena sifat begini termasuk tanda orang munafik. Berikut Firman Allah SWT dan Hadits Rasulullah SAW tentang ancaman kepada orang yang bisa menasehati tapi dia sendiri tidak mau mengamalkan nasehatnya :

Firman Allah (yang artinya) :
"Apakah kamu menyuruh orang-orang berbuat kebaikan, padahal kamu melupakan dirimu sendiri, sedangkan kamu membaca kitab, tidakkah kamu berakal ? " (Al Baqarah 144)

Firman Allah (yang artinya) :

"Hai orang-orang beriman, mengapakah kamu berkata apa yang tidak mau berbuat. Sungguh besar murka Allah jika kamu berkata apa yang tidak kamu perbuat." (Ash Shaf 23)

Firman Allah (yang artinya):

"Dan tiadalah saya menyalahi kamu, melakukan apa yang telah saya cegah kamu daripadanya." (Hud 88)

Abu Zaid (Usamah) bin Zaid bin Haritsah berkata: "Saya telah mendegar Rasulullah shallallahu alaihi wa salam bersabda: 'Seorang dihadapkan di hari kiamat. Kemudian dilemparkan kedalam neraka, aka keluar usus perutnya, lalu berputar-putar di dalam neraka bagaikan himar yang berputar disekitar penggilingan maka berkerumunan ahli neraka padanya sambil bertanya : Hai Fulan, mengapakah engkau, tidakkah kau dahulu menganjurkan kebaikan dan mencegah mungkar ? Jawabnya : benar, aku dahulu menganjurkan kebaikan, tetapi tidak saya kerjakan, dan mencegah mungkar tetapi saya kerjakan. (Mutafaq Alaihi)



Wallahu 'Alam

Share:

3 komentar:

  1. Sa’id bin Jubair mengatakan :
    “Jika tidak boleh melakukan amar makruf dan nahi mungkar kecuali orang yang sempurna niscaya tidak ada satupun orang yang boleh melakukannya.”

    Ucapan Sa’id bin Jubair ini dinilai oleh Imam Malik sebagai ucapan yang sangat tepat.

    (Tafsir Qurthubi, 1/410)

    Al-Hasan Al-Bashri juga pernah mengatakan,
    “Wahai sekalian manusia sungguh aku akan memberikan nasihat kepada kalian padahal aku BUKANLAH orang yang paling shalih dan yang paling baik di antara kalian. ”

    “Sungguh aku memiliki banyak maksiat dan tidak mampu mengontrol dan mengekang diriku supaya selalu taat kepada Allah.”

    “Andai seorang mukmin tidak boleh memberikan nasihat kepada saudaranya kecuali setelah mampu mengontrol dirinya niscaya hilanglah para pemberi nasihat dan minimlah orang-orang yang mau mengingatkan.”
    (Tafsir Qurthubi, 1/410)

    Sedangkan Imam Nawawi mengatakan:
    “Para ulama menjelaskan orang yang melakukan amar makruf dan nahi mungkar tidaklah disyaratkan haruslah orang yang sempurna, melaksanakan semua yang dia perintahkan dan menjauhi semua yang dia larang.”

    “Bahkan kewajiban amar makruf itu tetap ada meski orang tersebut tidak melaksanakan apa yang dia perintahkan. Demikian pula kewajiban nahi mungkar itu tetap ada meski orangnya masih mengerjakan apa yang dia larang.”

    “Hal ini dikarenakan orang tersebut memiliki dua kewajiban:

    Pertama, memerintah dan melarang diri sendiri,
    Kedua memerintah dan melarang orang lain.

    Jika salah satu sudah ditinggalkan bagaimanakah mungkin hal itu menjadi alasan untuk meninggalkan yang kedua.”
    (Al-Minhaj, 1/300)

    Ibnu Hajar menukil perkataan sebagian ulama,
    “Amar makruf itu wajib bagi orang yang mampu melakukannya dan tidak khawatir adanya bahaya menimpa dirinya meskipun orang yang melakukan amar makruf tersebut dalam kondisi bermaksiat.”

    “Secara umum orang tersebut tetap mendapatkan pahala karena melaksanakan amar makruf terlebih jika kata-kata orang tersebut sangat ditaati. Sedangkan dosa yang dia miliki maka boleh jadi Allah ampuni danboleh jadi Allah menyiksa karenanya. ”

    “Adapun orang yang beranggapan tidak boleh beramar makruf kecuali orang yang tidak memiliki cacat maka jika yang dia maksudkan bahwa itulah yang ideal maka satu hal yang baik. Jika tidak maka anggapan tersebut berkonsekuensi menutup pintu amar makruf jika tidak ada orang yang memenuhi kriteria.”
    (Fathul Baari, 14/554)

    WallÃ¥hu a’lam

    BalasHapus
  2. maaf, saya re check suratnya tidak cocok semua:

    untuk keterangan diatas Q.S Al-Baqarah: 44
    arti Q.S Al Baqarah: 144
    "Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit[96], maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan".

    Q.S As-Shaf hanya terdiri dari 14 ayat.

    Q.S Huud: 88
    Syu'aib berkata: "Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan dianugerahi-Nya aku dari pada-Nya rezki yang baik (patutkah aku menyalahi perintah-Nya)? Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang aku larang. Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali".

    tolong dicek lg sebelum dipublish supaya tidak salah menampilkan.

    BalasHapus
  3. Maaf, saya cek surat di atas tidak ada yg sesuai.

    1) Q.S Al-Baqarah:144
    "Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit[96], maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan".

    Q.S Al-Baqarah: 44
    "Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?

    2) Q.S As-Shaff hanya terdiri dari 14 ayat

    3) Q.S Huud:88
    Syu'aib berkata: "Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan dianugerahi-Nya aku dari pada-Nya rezki yang baik (patutkah aku menyalahi perintah-Nya)? Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang aku larang. Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.

    Tolong dicek lg sebelum dipublish. makasih

    BalasHapus

Arsip Situs

Online now

Show Post

Blog Archive