"Ungkapan pemikiran sederhana untuk pembenahan diri"

Selasa, 17 Juli 2012

Bertobat lah sebelum matahari terbit dari barat

Oleh : Prof. Dr. H. Dadang Kahmad, M.Si.
(Ketua PP Muhammadiyah & Direktur Program Pascasarjana
UIN Sunan Gunung Djati Bandung)



Rasulullah Saw. bersabda, “Setiap anak Adam senantiasa berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah yang senantiasa bertobat.” (H.R. Tirmidzi).

Hadits ini menerangkan bahwa hakikat seorang hamba yang baik bukanlah yang tidak pernah berbuat dosa sama sekali. Hamba yang terbaik adalah yang apabila berbuat dosa, dia senantiasa bertobat kepada Allah Swt. Sudah menjadi tabiatnya bahwa manusia tidak bisa lepas dari khilaf dan dosa. Manusia terus akan digoda setan untuk melakukan perbuatan-perbuatan dosa. Rasulullah pun selalu menerangkan bahwa jalan menuju neraka itu terkesan begitu indah dan menggiurkan. Sementara, jalan menuju surga terkesan sulit dan tidak berjalan mulus. Maka, didatangkanlah agama untuk menuntun manusia. Di sinilah Allah Swt. melalui rasul-Nya memberikan bimbingan agar kecenderungan manusia untuk berbuat dosa dapat dikendalikan sehingga mereka tetap berada dalam aturan-Nya.

Dosa atau suatu perbuatan yang bertentangan dengan yang diperintahkan dalam agama selalu bernilai negatif dan berdampak buruk bagi pelakunya, baik di kehidupan dunia maupun kelak di alam akhirat. Kecenderungan seseorang berbuat dosa dipengaruhi oleh faktor hawa nafsu dan sifat egois atau angkuh. Semua pelanggaran atas peraturan Allah Swt. adalah dosa. Jika mau dikelompokkan, dosa itu ada yang masuk kategori dosa kecil dan dosa besar. Dosa itu ada yang berdampak hanya kepada pelakunya sendiri dan ada juga yang berdampak kepada orang lain.

Banyak hadits yang menerangkan tentang dosa besar. Salah satunya dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Jauhilah olehmu tujuh dosa yang membinasakan.” Mereka bertanya, “Apa itu?” Beliau menjawab, “Syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan benar, memakan riba, memakan harta anak yatim, melarikan diri pada waktu peperangan, menuduh berzina wanita-wanita suci yang mukmin dan lalai dari kemaksiatan.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Contoh dosa kecil adalah yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a., Rasulullah Saw., bersabda, “Dicatat atas bani Adam bagiannya dari zina, pasti dia mendapatkannya tidak mungkin tidak; maka dua mata zinanya adalah memandang, dua telinga zinanya adalah mendengar, lisan zinanya adalah berbicara, tangan zinanya adalah memegang, dua kaki zinanya adalah melangkah, dan hati adalah menginginkan dan mendambakan, hal itu dibenarkan oleh kemaluan atau didustakanya.” (H.R. Muslim)

Dampak negatif dari dosa bisa dirasakan oleh pelakunya secara khusus. Entah pada hati ataupun bagi jasmaninya, dan mungkin dapat berimbas kepada orang lain, seperti perbuatan zalim dan fitnah. Di antara dampak dosa yang dapat memperburuk hati adalah terhalangnya cahaya Allah, selalu galau dan gundah hati, terganggu rasa ketakutan berinteraksi dengan orang lain, kesulitan dalam segala urusan, menjauhkan dari ketaatan, dan membuka pintu kemaksiatan yang lain. Naudzubillahi min dzaalik.

Tidak mau terjebak dalam kondisi seperti itu, sudah selayaknya kita memperbanyak beristighfar dan bertobat. Diriwayatkan dari Umar, Ibnu Abbas dan yang lain bahwasanya mereka berkata, “Tidak ada dosa besar dengan beristighfar dan tidak ada dosa kecil (jika dilakukan) dengan terus-menerus.”

Nabi Muhammad Saw. bersabda, “Ketika seorang mukmin berbuat suatu dosa, dosa itu menjadi sebuah noda hitam pada hatinya. Jika dia menyesalinya (memohon ampunan) hilanglah noda itu. Jika dia tidak menyesali perbuatan itu maka noda itu akan membesar dan membesar sehingga menutupi seluruh hatinya.”

Bila hati telah sepenuhnya tertutup oleh noda, tak satu pun petunjuk dapat menembus ke dalam hati. Dia tidak akan mendapat manfaat dari peringatan-peringatan yang terdapat di dalam Al-Quran dan hadits.  Sebenarnya banyak jalan untuk meminimalisasi dan menghapus dosa. Satu di antaranya adalah dengan memperbanyak membaca dan menyimak kajian Al-Quran. Ya, Al-Quran sengaja diturunkan salah satunya sebagai obat bagi hati manusia sebagaimana diterangkan dalam ayat ke-82 surat Al-Israa. “Dan Kami turunkan dari Al-Quran sesuatu yang menjadi obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” 

Selanjutnya, banyak mengingat mati juga merupakan benteng agar kita terhindar dari dosa. Mengingat mati bisa mendorong kita untuk menghindarkan diri untuk melakukan perbuatan dosa dan dapat melunakkan hati kita yang keras. Oleh karena itu, Rasulullah Saw. menganjurkan, “Banyak-banyaklah mengingat pemutus segala kenikmatan, yakni kematian.” (H.R. Tirmidzi) [Ahmad, disarikan dari hasil wawancara]

sumber ; majalah percikan iman

isi Kajian (hapus ini jika ingin Posting artikel, tapi jangan Hapus Tulisan "Kirimkan ke teman anda sebagai file .Pdf)
Kirimkan Ke Teman anda Sebagai File .Pdf :
Send articles as PDF to
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Situs

Online now

Show Post

Blog Archive