"Ungkapan pemikiran sederhana untuk pembenahan diri"

Selasa, 30 Agustus 2016

cerita koplak : "tua tua keladi, makin tua makin birahi"


UNTUK posisi Capres, kakek dan nenek pun masih menarik. Tapi untuk pemenuhan syahwat, di mana asyiknya seorang nenek? Tapi begitulah kelakuan Mbah Bandi, 68, dari Situbondo (Jatim). Tetangga sendiri Ny. Kamti, 70, yang sudah udzur dan sakit-sakitan, ditelateni juga. Gara-gara itu pula penyakit si nenek menjadi semakin parah.
Makin tua makin menjadi, adalah semboyan yang selalu didengungkan oleh kalangan Capres usia lebih 60 tahun. Meski sudah doyan kerokan dan bau reumashon, selama UU Pilpres tak melarangnya, boleh-boleh saja kakek-nenek sebagaimana Wiranto, Aburizal Bakri, Megawati dan Prabowo berlaga di 2014. Sebabnya itu tadi, semakin tua kan semakin matang karena banyak pengalaman.
Tapi jika nenek-nenek masih juga diajak “berlaga” di atas ranjang, mungkin hanya kelakuan Mbah Bandi, warga Kecamatan Panji Kabupaten Situbondo. Gila, ngkali ya? Bisa karena dia punya kelainan seksual, bisa juga dia memang termasuk lelaki pecinta benda purbakala, meski tak pernah kuliah di Fakultas Sasdaya (Sastra dan Budaya).
Kata orang, gerakan kepala kakek dan nenek adalah gambaran sikap mereka dalam urusan syahwat di kala jompo. Nenek-nenek cenderung akan geleng-geleng kepala, itu maksudnya sudah tidak doyan. Tapi kalangan kakek akan selalu mengangguk-anggukkan kepala, karena itu mengandung makna bahwa masih suka dan mengajak. Hayo, hayo kata kakek, tapi enggaklah kata nenek.
Setidaknya ini berlaku bagi Mbah Bandi. Meski usianya sudah 68 tahun, tapi dia masih mempeng (semangat) dalam urusan satu ini. Sayangnya di rumah sudah tak lagi memiliki mitra tanding, karena sang istri sudah mendahuluinya. Mau kawin lagi, status ekonominya tak mendukung. Kalau kaya raya macam pengusaha Bob Sadino, meski sudah berusia senja pasti banyak wanita yang mau. Tapi jika miskin dan nyaris dapat “balsem”, mana sudi cewek dikawini olehnya?
Tapi Mbah Bandi tak kehabisan akal. Tak ada rotan akar pun berguna, tak ada perawan, nenek pun jadilah. Karena pertimbangan ini, belakangan dia mengincar Mbah Kamti, yang kulitnya sudah keriput macam oyong. Maklum, meski tua dia masih menyisakan kecantikannya di masa lalu. Dus karena itu, Mbah Bandi memantapkan tekad, sebelum 2014 harus bisa menggauli si dia.
Mbah Kamti sendiri dewasa ini dalam kondisi sakit-sakitan. Ironisnya, dia sering ditinggalkan sendian. Ini menjadi peluang emas bagi Mbah Bandi untuk melancarkan program unggulannya. Seperti yang terjadi beberapa hari lalu, begitu situasinya aman dan mantap terkendali, langsung dia menyelinap ke kamar Mbah Kamti. Nenek-nenek itu mau teriak ketika digerayangi lelaki tetangga. Tapi karena langsung disumpal kain mulutnya, bebaslah Mbah Bandi menyalurkan hasratnya.
Pasca kejadian ini Mbah Kamti berusaha diam. Tapi makin lama makin sakit pada bagian perangkat lunaknya, sehingga dia minta dirujuk ke RSU dr Abdoerrahem Situbondo. Dalam pemeriksaan si nenek baru berterus terang bahwa beberapa hari sebelumnya diperkosa oleh kakek Bandi tetangga sendiri. Tentu saja keluarganya mencak-mencak dan melaporkan kakek celamitan itu ke Polres Situbondo.
Tampang memang Pepabri, tapi nafsu Mbah Bandi masih Akabri. (poskotanews)
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Situs

Online now

Show Post

Blog Archive