"Ungkapan pemikiran sederhana untuk pembenahan diri"

Sabtu, 17 September 2016

Mengenang Letusan Mahadasyat Gunung Krakatau 1883





 Mungkin kita mengenal letusan gunung kelud dan letusan merapi, bromo dan sebagainya dewasa ini tapi ternyata itu belum ada secuil kedasyatan letusan gunung krakatau karena bukan hanya meletus tetapi ini adalah sebuah gunung yang meledakkan dirinya sendiri. hal itu terjadi ditahun 1883, saking hebatnya sehingga dikategorikan sebagai bencana Internasional bukan bencana kelas lokal karena dampaknya meluas diseluruh dunia

 Letusan Krakatau 1883 terjadi di Hindia Belanda (sekarang Indonesia), yang bermula pada tanggal 26 Agustus 1883 (dengan gejala pada awal Mei) dan berpuncak dengan letusan hebat yang meruntuhkan kaldera. Pada tanggal 27 Agustus 1883, dua pertiga bagian Krakatau runtuh dalam sebuah letusan berantai, melenyapkan sebagian besar pulau di sekelilingnya. Aktivitas seismik tetap berlangsung hingga Februari 1884. Letusan ini adalah salah satu letusan gunung api paling mematikan dan paling merusak dalam sejarah, menimbulkan setidaknya 36.417 korban jiwa akibat letusan dan tsunami yang dihasilkannya. Dampak letusan ini juga bisa dirasakan di seluruh penjuru dunia.(wikipedia)






Jika anda ingin mendengarnya cerita lengkap versi buku dengan gaya bahasa yang lebih menarik mungkin anda harus mencari buku yang ditulis oleh Simon Winchester, penulis buku Krakatoa: The Day the World Exploded. disana diceritakan sejarah letusan krakatau dan berbagai dampak sosiologi dan geologi masyarakat saat itu, mungkin anda harus menuju perpustakaan nasional atau toko buku bekas untuk mendapatkan versi terjemahan terbitan tahun 2006 oleh penerbit PT serambi ilmu ini.



peta krakatau

 sumber lainnnya mengatakan, 

Hari ini, 27 Agustus 1883, 133 tahun lalu, Selat Sunda bak neraka. Gunung Krakatau yang tidur panjang selama 200 tahun menggeliat. Ia tak sekadar meletus, melainkan meledakkan diri hingga hancur berkeping-keping. Puncaknya terjadi Senin, 27 Agustus 1883, tepat pukul 10.20, Krakatau meletus dahsyat. Kekuatannya setara 150 megaton TNT, lebih 10.000 kali kekuatan bom atom yang meluluhlantakkan Hiroshima dan Nagasaki di Jepang. Melenyapkan pulau dan memicu dua tsunami, dengan tinggi 40 meter, menewaskan lebih dari 35 ribu orang. Itu versi resmi.

Sejumlah laporan menyebut, korban mencapai 120 ribu. Kerangka-kerangka manusia ditemukan mengambang di Samudera Hindia hingga pantai timur Afrika sampai satu tahun setelah letusan. Suara ledakan dan gemuruh letusan Krakatau terdengar sampai radius lebih dari 4.600 km hingga terdengar sepanjang Samudera Hindia, dari Pulau Rodriguez dan Sri Lanka di barat, hingga ke Australia di timur.

Letusan tersebut masih tercatat sebagai suara letusan paling keras yang pernah terdengar di muka bumi. Siapapun yang berada dalam radius 10 kilometer niscaya menjadi tuli. The Guiness Book of Records mencatat bunyi ledakan Krakatau sebagai  bunyi paling hebat yang terekam dalam sejarah.

"Akibatnya tak hanya melenyapkan sebuah pulau beserta orang-orangnya, melainkan membuat mandeg perekonomian kolonial yang berusia berabad-abad," demikian ungkap Simon Winchester, penulis buku Krakatoa: The Day the World Exploded, August 27, 1883. Letusan Krakatau juga menciptakan fenomena angkasa. Lewat abu vulkaniknya. Abu yang muncrat ke angkasa, membuat Bulan berwarna biru.

Pasca letusan tersebut, Ibu Gunung Krakatau hancur sama sekali. Mulai pada 1927 atau kurang lebih 40 tahun setelah meletusnya Gunung Krakatau, muncul gunung api yang dikenal sebagai Anak Krakatau. Ia sangat aktif dan terus bertumbuh. Akankah ia akan meletus seperti induknya? Tak ada yang tahu. Anak Krakatau adalah  satu dari 100 gunung berapi yang terus dipantau NASA melalui satelit Earth Observing-1 atau EO-1. Ada dua alasan yang membuat NASA terus mengamati Anak Krakatau. Selain karena terus-menerus bererupsi, ini juga dilatarbelakangi faktor historis. (liputan6)


sumber lainnya mengatakan,


27 Agustus 1883, Krakatau Memperlihatkan Kedahsyatannya Krakatau saat itu melepaskan energi satu juta lebih besar dari pada bom hidrogen. 27 Agustus 1883, Krakatau Memperlihatkan KedahsyatannyaLetupan lava di Gunung Anak Krakatau. 27 Agustus 1883, Gunung Krakatau meletus. Besarnya kekuatan daya ledak membuat suara letusan Krakatau terdengar hingga radius hampir 5.000 kilometer.

Gunung yang terletak di antara Pulau Sumatra dan Jawa ini memuntahkan 13 kubik mil isi perut bumi. Sepertiga bagian jatuh di sekitarnya, lainnya dalam radius 32 kilometer. Sisanya sebanyak empat kubik mil mengelilingi Bumi di lapisan atmosfer sampai beberapa tahun berikutnya. Menyebabkan perubahan cuaca di beberapa tempat di dunia. Dalam Data Dasar Gunung Api di Indonesia hasil rangkuman dari Departemen Pertambangan dan Energi, Direktorat Jenderal Pertambangan Umum, dan Direktorat Vulkanologi, Krakatau saat itu melepaskan energi satu juta lebih besar dari pada bom hidrogen.

Dahsyatnya kekuatan ini menimbulkan tsunami yang diperkirakan mencapai lebih dari 36 meter dan menyebabkan kematian bagi puluhan ribu manusia. krakatau,gunung api,krakatoaAwan panas dari Gunung Anak Krakatau.  Sebelum ledakan ini, Krakatau sudah menunjukkan gejala sejak 20 Mei 1883. Saat sebuah kapal perang Jerman yang melintas melaporkan adanya awan debu dan asap setinggi 11 kilometer. Sekitar dua bulan kemudian, letusan lebih kecil terjadi. Disaksikan oleh warga lokal di Sumatra dan Jawa.

Warga setempat buta akan bencana alam yang akan terjadi di hadapan mereka pemikiran mereka masih sangat primitif malah menyambut letusan tersebut dengan perayaan. Namun, perayaan berubah menjadi tragedi di 26-27 Agustus 1883 ketika Krakatau memuntahkan isi bumi dengan kekuatan maksimalnya. Ledakan awal di 26 Agustus sore meluluhkan dua pertiga bagian utara dari pulau. Menghasilkan serangkaian aliran piroklastika dan tsunami. Empat ledakan susulan terjadi lagi pada 27 Agustus pukul 05.30 pagi, mencapai puncaknya pada pukul 10.02. Dentuman yang menyertai ledakan terdengar hingga ke Singapura dan Australia. Selama itu, batu apung dan abu halus dihembuskan hingga ketinggian 70-80 kilometer (ketinggian pesawat terbang hanya 11 kilometer artinya sekitar 8 kali tinggi terbang pesawat), menutupi daerah seluas 827.000 kilometer persegi.

31.000 dari 36.000 warga yang tewas merupakan korban tsunami ketika sebagian besar pulau yang didiami Krakatau tenggelam ke Selat Sunda. Sedangkan 4.500 orang lainnya tewas terpanggang karena aliran piroklastika. Letusan ini tidak berhenti dalam hitungan hari. Karena hingga periode September-Oktober di tahun yang sama, terjadi letusan lumpur dalam skala kecil. 44 tahun setelah ledakan ini, Krakatau mulai membangun diri kembali dengan beberapa letusan antara 29 Desember 1927 dan 5 Februari 1928.
 (national geographic)






Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Situs

Online now

Show Post

Blog Archive