"Ungkapan pemikiran sederhana untuk pembenahan diri"

Kamis, 08 September 2016

Begini Pola Perekrutan Aliran Sesat NII KW IX

Pola perekrutan yang dilakukan Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) juga pernah dilakukan oleh Muhammad Hasanuddin ketika masih menjadi anggota Negara Islam Indonesia Komandemen Wilayah 9 (NII KW9). Bagaimana caranya mereka terhindar dari aparat?

"Selama di NII, saya hanya merekrut tiga orang," kata Hasanuddin saat ditemui detikcom di rumahnya, Jalan Ahmad Yani, Sidoarjo, pekan lalu.

Hasanuddin merupakan mantan anggota NII KW 9. Posisi tertinggi yang pernah disandangnya adalah anggota Ketertiban, Keamanan, dan Kesejahteraan (Tibmara) atau semacam paspampres yang menjaga dan mengawal pimpinan tertinggi NII KW 9 yakni Panji Gumilang. Panji Gumilang sudah divonis penjara karena kasus pemalsuan dokumen kepengurusan Yayasan Pesantren Indonesia (YPI).

Di NII, kata Hasanuddin, prestasi seorang anggota bisa dinilai dari berapa banyak bisa melakukan perekrutan. Paling tidak, satu anggota harus bisa merekrut satu anggota baru setiap bulannya. Hasanuddin mengakui bahwa merekrut anggota baru adalah hal yang tidak mudah. Bila salah langkah, maka bisa-bisa kedok organisasi bisa tercium aparat.

"Harus diyakinkan betul apakah benar seseorang itu tertarik pada NII," ujar Hasanuddin.

Ketika masa perekrutan awal, yang ada adalah tafsir tentang kenegaraan yang membenarkan tentang NII. Tidak ada doktrin mengenai larang salat, puasa, dan zakat. Untuk doktrin rukun Islam tersebut, nanti akan diajarkan pada tingkat yang lebih lanjut.

Hasanuddin mencontohkan dia sendiri yang menjadi korban perekrutan teman karibnya. Setelah teman itu bercerita banyak tentang ayat yang berkaitan dengan NII, giliran teman lainnya yang diajukan. Dan setelah itu atasan temannya itu yang melakukan finishing touch untuk meyakinkan apakah ia benar-benar berniat gabung NII atau tidak.

"Jika perekrutan itu gagal dan tercium aparat, maka dari atasan hingga ke bawahnya harus membubarkan diri," terang Hasanuddin.

Atasan itu adalah kuncinya. Karena hanya atasan itu yang boleh berhubungan dengan atasan di atas dia. Sel perekrutan organisasi yang tercium aparat itu akan terputus karena atasan tersebut tak akan membuka mulut baik untuk bawahan dan atasan dia.

Bila diperlukan, kata Hasanuddin, orang yang akan masuk NII namun tercium aparat itu akan diselamatkan. Adalah tugas tibmara untuk keperluan itu. Hasanudin pernah 'menyelamatkan' seorang warga Yogyakarta yang tercium aparat saat hendak bergabung dengan NII. Warga Yogyakarta itu dibawanya ke Al Zaytun dan tinggal di sana hingga berkeluarga.



Hasanuddin saat menjadi anggota NII (paling kanan)

Ada kasus lain juga yang pernah dilakukan Hasanuddin terkait hal itu. Hasanuddin pernah 'menyelamatkan' istri dan anak pengikut NII yang ketahuan identitasnya. Hasanuddin harus bergerak cepat sebelum polisi menjemput keluarga itu. Mereka dibawa ke Al Zaytun dan tinggal di sana.

"Sebenarnya anggota Gafatar itu tidak diculik, tetapi mereka sadar diri hendak hijrah. Mereka hanya ditunjukkan jalan oleh yang membawanya. Saya dulu juga ninggalin rumah tanpa pamit, tapi keluarga saya nggak lapor polisi," kata Hasanuddin.

Ya, saat menjadi anggota NII dan pergi ke Al Zaytun, Hasanuddin pergi tanpa pamit keluarga. Saat itu Hasanuddin sudah tidak peduli lagi dengan keluarga. Keluarga tentu saja mencari, namun keluarga Hasanuddin yang sederhana saat itu hanya bisa pasrah dengan menghilangnya salah satu anggota keluarganya.

Ternyata Sugemi, istri Hasanuddin, juga melakukan hal yang sama. Ketika Hasanuddin dan istri mengunjungi keluarga istrinya di Kediri, warga sekitar heboh karena Sugemi dikira sudah benar-benar menghilang karena sudah bertahun-tahun tak ada kabar.

Aktivitas NII agar tidak terpantau negara juga cukup rapi. Dalam NII, memang tidak ada kewajiban salat. Salat tidak diwajibkan karena anggota NII sudah berhijrah. Salat hanyalah sebuah ritual yang mewakili masa jahiliyah saja. Puasa juga tidak diwajibkan, begitu pula dengan zakat dan haji. Sebenarnya zakat dan haji tetap ada, tetapi aturannya tidak sesuai dengan aturan Islam.

Meski ada aturan semacam itu, namun anggota NII tetap salat dan puasa. Tetapi mereka melakukannya hanya untuk kamuflase saja. Sehingga citra NII yang tidak salat dan puasa tidak terlihat. Di Al Zaytun, kata Hasanuddin, berdiri masjid besar dan megah, dan banyak orang salat di dalamnya.

"Itu aturan tak tertulis. Kami salat tetapi salat saja, tanpa ada maknanya. Sebagai kamuflase saja. Sehingga banyak orang yang percaya, NII katanya dikatakan tidak salat, tetapi pengikutnya salat kok," ujar Hasanuddin.

Hasanuddin


Selepas dari NII, Hasanuddin mengaku pernah diajak diskusi agama oleh seseorang. Dan pada akhirnya Hasanuddin tahu jika yang mengajaknya berdiskusi tersebut berakar sama dengan NII. Namun Hasanuddin tak mencari tahu orang dari organisasi atau lembaga apakah itu.

"Cara saya niteni mudah saja. Saat itu maghrib, tapi dia tidak salat. Saya salat, dia tidak ikut. Salat Isya juga begitu. Ya sudah, diskusi saya hentikan. Ternyata sama saja, sempalan dari NII," ujar Hasanuddin.

Hasanuddin sendiri berharap agar masyarakat tidak terbujuk rayu oleh gerakan semacam NII, apapun bentuknya. Gerakan tersebut, kata Hasanuddin, adalah gerakan sesat, yang membawa umat Islam keluar dari akidah. Hasanuddin juga berharap bisa lebih aktif melakukan imbauan kepada masyarakat agar tak terancing gerakan semacam Gafatar dan yang lain sebagainya.

"Tetapi gerakan semacam ini sekarang pintar, mereka mencari landasan dan payung hukum. Tetapi bila tujuannya jelek, maka pasti akan terbongkar juga," tandas Hasanuddin.

Mendagri Tjahjo Kumolo sudah memberi penjelasan mengenai ormas Gafatar. Menurut dia, organisasi itu dibentuk Ahmad Musadeq, yang pernah dipidana karena penistaan agama.

"Proses terbentuknya ormas Gafatar dimulai dari pecahnya antara Ahmad Musadeq dan Panji Gumilang yang keduanya adalah anggota NII. Kemudian Panji Gumilang mendirikan MIM dan Ahmad Musadeq mendirikan Alqiyadah Al-islamiah kemudian berubah menjadi komunitas Millah Abraham (Komar)," jelas Tjahjo.

Tjahjo menguraikan, karena Komar ini dinilai oleh MUI sebagai aliran sesat dan menyesatkan sehingga pimpinannya yaitu Ahmad Musadeq pada 2009 dipidana 4 tahun. Selanjutnya untuk menghilangkan jejak akhirnya ganti kulit menjadi ormas Gafatar yang dipimpin Mahful Muis dengan meng-cover kegiatannya bersifat sosial.
(detik.com)
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Situs

Online now

Show Post

Blog Archive