"Ungkapan pemikiran sederhana untuk pembenahan diri"

Kamis, 09 Juni 2016

Belajar memuliakan kitab suci

Orang yang berkesempatan memasuki Masjidil Haram dan beribadat di
dalamnya tentu memiliki pengalaman unik masing-masing.

Mulai dari dahsyatnya getaran hati, air mata keharuan yang tak
terbendung saat pertama kali melihat Ka'bah secara fisik dan
shalat/berdoa di hadapannya, hingga menyaksikan orang-orang yang
berbuat kebaikan sekecil apa pun detik demi detik.

Demikian pula, orang yang berkesempatan memasuki Masjid Nabawi dan
beribadah di dalamnya tentu memiliki pengalaman unik masing-masing.

Mulai dari getaran hati, air mata kesyahduan yang tak terbendung saat
pertama kali berada di Raudhah, shalat/berdoa di dalamnya dan berdoa
dengan khusyuk di samping makam Rasulullah SAW, hingga menyaksikan
orang-orang yang berbuat kebaikan sekecil apa pun detik demi detik.
Luar biasa mengagumkan.

Di antara kebaikan yang boleh jadi bagi sementara orang dianggap tak
seberapa itu, misalnya, mengoleskan minyak wangi kepada jamaah lain
beberapa saat sebelum melaksanakan shalat berjamaah dan menata Alquran
pada rak-rak yang sudah disediakan.

Pertama, menggunakan wewangian atau parfum saat memasuki masjid untuk
melaksanakan shalat berjamaah sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW.

Tujuannya antara lain agar suasana ibadah menjadi lebih segar, lebih
nyaman, dan lebih menyenangkan. Bila demikian halnya maka kekhusyukan
akan lebih mudah diraih.

Itu dapat kita pahami dari sabda Rasulullah SAW tentang adab shalat
Jumat. Rasulullah SAW menganjurkan mandi laksana mandi janabat,
bersiwak, menyisir rambut, berparfum, dan mengenakan pakaian terbaik.

Malah dianjurkan ada pakaian khusus untuk shalat jika ia mampu
menyediakannya. Lalu bergegas menuju ke masjid dengan berjalan kaki,
mengambil posisi tidak jauh dari imam, mendengarkan khutbah dengan
seksama, dan seterusnya.

Kedua, menata Alquran pada rak-rak yang sudah disediakan sangat
dianjurkan, tujuannya agar terlihat rapi, lebih mudah dicari, dan
lebih menarik untuk dibaca dan dipelajari.

Bila demikian halnya maka kegairahan untuk membaca, mempelajari dan
memuliakan Kitab Suci akan lebih mudah direalisasikan.

Bayangkan, apa implikasinya kalau Alquran dibiarkan berserakan di
tempat yang tidak semestinya dan hal itu dilihat oleh anak-anak kita?

Saya miris mendengar informasi di percetakan Alquran di Tanah Air,
Alquran diperlakukan tidak semestinya. Konon, di percetakan tersebut
Alquran penanganannya (treatment) sama alias tidak berbeda dengan
barang cetakan lainnya!

Misalnya saja, dikerjakan oleh orang yang (mungkin) dalam keadaan
berhadas, ditaruh di lantai, diinjak, dibanting, dilempar, dan
seterusnya.

Bila demikian halnya, nyata-nyata itu telah sangat melecehkan Kitab
Suci umat Islam. Dan, kita berkewajiban meminta pihak yang berwenang
untuk segera membenahinya.

Jamaah haji dan/atau umrah asal Indonesia umumnya diajak untuk
melihat-lihat percetakan Alquran sedunia bernama Mujamma' Maalik Fahd
yang terletak di Jalan Tabuk barat laut Madinah Al-Munawwarah.

Bila direnungkan ini jelas bukan jalan-jalan biasa. Buat saya,
mengunjungi Mujamma' Maalik Fahd jauh lebih bermakna daripada
jalan-jalan ke kawasan medan magnet. Di mana kendaraaan dapat melaju
kencang meski gigi perseneling berada pada posisi netral.

Mengapa? Lantaran Mujamma' Maalik Fahd sejatinya merupakan pusat ilmu
untuk berkhidmat kepada Alquran. Markas ini mempersembahkan Alquran
al-Kariim dan terjemahannya dalam berbagai bahasa kepada kaum Muslimin
di seluruh dunia. Baik dalam bentuk cetakan maupun rekaman.

Orang-orang yang yang diizinkan masuk ke markas ini hanyalah mereka
yang lolos pemeriksaan khusus. Lagi-lagi, salah satu tujuannya adalah
agar kemuliaan Alquran tetap terpelihara.

Kembali ke pembicaraan awal, kita tentu terkagum-kagum menyaksikan
orang-orang lain mengais-ngais pahala di Masjidil Haram atau di Masjid
Nabawi dengan cara menata Alquran pada rak-rak yang sudah disiapkan
sebelumnya.

Setelah mereka lelah shalat mutlak, berdoa, dan membaca Alquran,
mereka dengan telaten menatanya kembali. Alquran yang ukurannya sama,
yang warna kovernya sama dan seterusnya ditata pada rak yang sama.
Demikianlah, cara orang-orang yang cerdas berkhidmat kepada Alquran.
Orang yang berkesempatan memasuki Masjidil Haram dan beribadat
di dalamnya tentu memiliki pengalaman unik masing-masing.

Mulai dari dahsyatnya getaran hati, air mata keharuan yang tak
terbendung saat pertama kali melihat Ka'bah secara fisik dan
shalat/berdoa di hadapannya, hingga menyaksikan orang-orang yang
berbuat kebaikan sekecil apa pun detik demi detik.

Demikian pula, orang yang berkesempatan memasuki Masjid Nabawi dan
beribadah di dalamnya tentu memiliki pengalaman unik masing-masing.

Mulai dari getaran hati, air mata kesyahduan yang tak terbendung saat
pertama kali berada di Raudhah, shalat/berdoa di dalamnya dan berdoa
dengan khusyuk di samping makam Rasulullah SAW, hingga menyaksikan
orang-orang yang berbuat kebaikan sekecil apa pun detik demi detik.
Luar biasa mengagumkan.

Di antara kebaikan yang boleh jadi bagi sementara orang dianggap tak
seberapa itu, misalnya, mengoleskan minyak wangi kepada jamaah lain
beberapa saat sebelum melaksanakan shalat berjamaah dan menata Alquran
pada rak-rak yang sudah disediakan.

Pertama, menggunakan wewangian atau parfum saat memasuki masjid untuk
melaksanakan shalat berjamaah sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW.

Tujuannya antara lain agar suasana ibadah menjadi lebih segar, lebih
nyaman, dan lebih menyenangkan. Bila demikian halnya maka kekhusyukan
akan lebih mudah diraih.

Itu dapat kita pahami dari sabda Rasulullah SAW tentang adab shalat
Jumat. Rasulullah SAW menganjurkan mandi laksana mandi janabat,
bersiwak, menyisir rambut, berparfum, dan mengenakan pakaian terbaik.

Malah dianjurkan ada pakaian khusus untuk shalat jika ia mampu
menyediakannya. Lalu bergegas menuju ke masjid dengan berjalan kaki,
mengambil posisi tidak jauh dari imam, mendengarkan khutbah dengan
seksama, dan seterusnya.

Kedua, menata Alquran pada rak-rak yang sudah disediakan sangat
dianjurkan, tujuannya agar terlihat rapi, lebih mudah dicari, dan
lebih menarik untuk dibaca dan dipelajari.

Bila demikian halnya maka kegairahan untuk membaca, mempelajari dan
memuliakan Kitab Suci akan lebih mudah direalisasikan.

Bayangkan, apa implikasinya kalau Alquran dibiarkan berserakan di
tempat yang tidak semestinya dan hal itu dilihat oleh anak-anak kita?

Saya miris mendengar informasi di percetakan Alquran di Tanah Air,
Alquran diperlakukan tidak semestinya. Konon, di percetakan tersebut
Alquran penanganannya (treatment) sama alias tidak berbeda dengan
barang cetakan lainnya!

Misalnya saja, dikerjakan oleh orang yang (mungkin) dalam keadaan
berhadas, ditaruh di lantai, diinjak, dibanting, dilempar, dan
seterusnya.

Bila demikian halnya, nyata-nyata itu telah sangat melecehkan Kitab
Suci umat Islam. Dan, kita berkewajiban meminta pihak yang berwenang
untuk segera membenahinya.

Jamaah haji dan/atau umrah asal Indonesia umumnya diajak untuk
melihat-lihat percetakan Alquran sedunia bernama Mujamma' Maalik Fahd
yang terletak di Jalan Tabuk barat laut Madinah Al-Munawwarah.

Bila direnungkan ini jelas bukan jalan-jalan biasa. Buat saya,
mengunjungi Mujamma' Maalik Fahd jauh lebih bermakna daripada
jalan-jalan ke kawasan medan magnet. Di mana kendaraaan dapat melaju
kencang meski gigi perseneling berada pada posisi netral.

Mengapa? Lantaran Mujamma' Maalik Fahd sejatinya merupakan pusat ilmu
untuk berkhidmat kepada Alquran. Markas ini mempersembahkan Alquran
al-Kariim dan terjemahannya dalam berbagai bahasa kepada kaum Muslimin
di seluruh dunia. Baik dalam bentuk cetakan maupun rekaman.

Orang-orang yang yang diizinkan masuk ke markas ini hanyalah mereka
yang lolos pemeriksaan khusus. Lagi-lagi, salah satu tujuannya adalah
agar kemuliaan Alquran tetap terpelihara.

Kembali ke pembicaraan awal, kita tentu terkagum-kagum menyaksikan
orang-orang lain mengais-ngais pahala di Masjidil Haram atau di Masjid
Nabawi dengan cara menata Alquran pada rak-rak yang sudah disiapkan
sebelumnya.

Setelah mereka lelah shalat mutlak, berdoa, dan membaca Alquran,
mereka dengan telaten menatanya kembali. Alquran yang ukurannya sama,
yang warna kovernya sama dan seterusnya ditata pada rak yang sama.
Demikianlah, cara orang-orang yang cerdas berkhidmat kepada Alquran.

source:republika.co.id

--
ttd.


M. Alie Marzen
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Situs

Online now

Show Post

Blog Archive