"Ungkapan pemikiran sederhana untuk pembenahan diri"

Sabtu, 10 Desember 2016

Arianto Manusia Terjangkung dari Sidoarjo




 Menjadi orang tinggi memang idaman sebagian besar orang, karena dengan badan tinggi banyak orang percaya diri, lalu bagaimanakah jika punya tinggi badan diatas rata-rata umumnya bahkan lebih tinggi daripada daun pintu rumah seperti yang dialami mohammad arianto manusia jangkung yang punya tinggi 220 cm berikut beritanya,

Pada 2014, Mochammad Arianto Pribadi pernah mengadu nasib ke Jakarta. Di Ibukota Indonesia itu Arianto tinggal dengan kawan sedesa yang sudah lama bekerja sebagai operator ekskavator.
Saat rekannya sibuk, Arianto memilih cari kesibukan lain. Yang penting, dia enggak minder. Arianto lantas sering mengunjungi tempat-tempat ramai. Sesekali, dia melihat orang syuting. Arianto sering bertemu dengan orang baru dan berharap ada pekerjaan di sana.Harapannya menjadi kenyataan. Karena fisiknya yang mencolok, Kuncung –sapaannya– ditawari bermain film. Saat itu dia diminta berperan menjadi asisten pemain utama pada serial Tarzan Cantik. ’’Dulu produsernya meminta saya langsung karena butuh orang dengan karakter seperti saya. Ya, saya terima,’’ ujarnya. 

’’Saat itu saya jadi artis dong. Tiap pemain utama muncul, pasti selalu ada saya,’’ katanya dengan bangga. Karena peran tersebut, dia kenal dan berkesempatan bermain dengan artis top. Dia pernah bermain dengan Adam Jordan, Lyra Virna, dan artis lainnya.Sayangnya, pria 26 tahun asal Pejangkungan, Prambon, Sidoarjo itu hanya bermain selama 3 bulan. Awal 2015, tubuhnya drop. ’’Keseimbangan saya hilang. Oleng dan nggak bisa berdiri,’’ jelasnya.
Lantaran baru pertama merasakan itu, Arianto berobat ke dokter. Ternyata gula darahnya sudah mencapai angka 800. ’’Kalau kena 800, mungkin kalian-kalian sudah koit (meninggal, Red),’’ celetuknya, lantas tertawa.(jawapos)


JALANI PEMERIKSAAN

Selama kurang lebih lima jam, Mochammad Arianto Pribadi, 26, warga Desa Pejangkungan, Kecamatan Prambon, menjalani pemeriksaan kesehatan Senin (10/11) di RSUD Sidoarjo. Pria dengan tinggi badan 220 sentimeter itu harus melewati tujuh pemeriksaan penting sekaligus dalam sehari. Rasa takut terhadap jarum suntik akhirnya bisa dilawan. Pria bertubuh tinggi dan besar itu datang ke rumah sakit bersama Kepala Desa Pejangkungan Hadi Saputro dengan menggunakan mobil Honda Jazz. Pukul 08.15, Kuncung, sapaan akrab Mochammad Arianto Pribadi, tiba di Poli Eksekutif. Ketika keluar dari mobil, anak bungsu di antara tiga bersaudara tersebut lantas menjadi pusat perhatian seluruh penghuni Poli Eksekutif.

Tubuhnya yang menjulang itu membuat orang-orang di sekelilingnya seperti kurcaci. Bahkan, beberapa kali orang yang melintas langsung meminta berfoto dengan Arianto. Bak artis, Arianto pun selalu menunjukkan senyuman setiap kali difoto. Tanpa canggung sedikit pun, Arianto melenggang begitu saja melewati orang-orang sekitar yang sejak tadi memandanginya heran. Dia menuju ke lantai 2 untuk diperiksa oleh dr Johannes Lusida SpPD FINASIM.Dalam pemeriksaan awal tersebut, dokter spesialis penyakit dalam itu langsung memberikan berbagai pertanyaan dan kesempatan bagi Arianto untuk menyampaikan keluhan selama ini. Kesempatan itu dimanfaatkan betul oleh lelaki yang pernah main di serial Tarzan Cantik tersebut. Termasuk keluhan tentang sulitnya menyeimbangkan kaki ketika berjalan. Selain itu, masalah benjolan seukuran bola bekel di belakang leher. Benjolan tersebut muncul sejak 2008, tetapi ukurannya tidak cepat besar. ”Sudah beberapa tahun ini, saya kalau jalan sering oleng. Di leher juga ada benjolan. Tidak sakit sih. Tetapi, takut ada kaitannya sama lemasnya saya,” kata Arianto di hadapan dr Johannes. 

Selain itu, lelaki kelahiran 7 September 1990 tersebut mengeluhkan jempol kaki kanannya yang terluka karena knalpot. Anehnya, Arianto tidak merasakan itu. Padahal, knalpot tersebut panas. Tiba-tiba dia menyadari jempol kaki kanannya sudah terluka bakar. Meski tidak merasakan sakit, dia sulit menggerakkan jempol kaki kanannya. Bahkan, ketika perawat akan membersihkan luka di jempol kaki kanannya dengan alkohol dan memberikan obat oles, Arianto terlihat sama sekali tidak merasakan apa-apa. Dia justru asyik berbaring di atas ranjang yang tidak bisa menyangga tubuhnya secara utuh. ”Enggak sakit Bu. Kaki saya ini kan kebal,” ungkap Arianto saat ditanya perawat. 

Ya, selain masalah tubuhnya yang meraksasa, Arianto terkena diabetes sejak 2013. Awalnya, putra pasutri Abdul Rosad dan Sumarti itu merasakan ingin kencing terus. Setiap 10 menit sekali, dia harus kencing. Saking seringnya, muka Arianto terlihat pucat pasi dan badan yang tadinya padat lambat laun mengurus. Hingga akhirnya dia dibawa ke dokter dan divonis terkena diabetes. ”Sejak itu, saya mulai mengontrol makanan saya,” jelas dia. Setelah luka pada jempol kakinya dibersihkan, Arianto langsung dirujuk untuk menjalani serangkaian pemeriksaan.Mulai growth hormone (GH) atau hormon pertumbuhan, insulin like growth factor-1 atau faktor pertumbuhan serupa insulin 1, foto kepala, foto toraks, rekam jantung, USG jantung dan perut, hingga biopsi. Pemeriksaan tersebut dilakukan langsung dalam sehari. Sebelumnya, Arianto mempersiapkan diri untuk menjalani pemeriksaan kesehatan, termasuk cek laboratorium. 

Dia puasa sejak Minggu (9/10) pukul 22.00. Bahkan, dia telah menyiapkan mental saat perawat mengambil darah dengan jarum suntik untuk pemeriksaan laboratorium. ”Ini sebenarnya takut,” kata Arianto sambil membuang wajahnya agar tidak melihat jarum yang ditusukkan perawat ke lengan kirinya. Dokter Johannes mengatakan, secara klinis, kasus yang dialami Johannes mengarah pada gigantisme. Yakni, kelainan hormon pertumbuhan yang lebih dari normal dengan ditandai manifestasi klinis. Salah satunya adalah peningkatan berat dan tinggi badan yang lebih dari normal. Biasanya, lebih dari 2 meter. Kasus itu termasuk langka. Di antara 1 juta penduduk, hanya ditemukan 1–3 kasus gigantisme. Johannes juga akan melakukan biopsi pada benjolan di leher belakang pasien. Sebab, hal itu dikeluhkan Arianto. 

”Kami akan mengobati penyakit komplikasinya. Kalau tidak ada komplikasi, kami berusaha mencegah agar tidak sampai terjadi,” jelasnya. Selain itu, Johannes mengaku akan mengecek keaktifan hormon pertumbuhan pada pasien. Jika masih aktif, pihaknya akan menurunkan kadar hormonnya. ”Saat ini tinggal menunggu hasil laboratorium hormonnya. Kalau sudah keluar, pasien akan kami panggil untuk pemeriksaan lanjutan,” katanya.(Jawapos)




 
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Situs

Online now

Show Post

Blog Archive