MH Ainun Najib atau caknun pemang terkenal sastra islamnya yang kental kejawen. Pembahasan tentang Dajjal yang diangkat Cak Nun pada pertemuan Padhang mBulan 4 Juli 2012, berehubungan dengan riset plus umroh ke tanah suci yang dilaksanakan Cak Nun bersama anak dan istrinya bertepatan hari ulang tahun Cak Nun, yakni 27 Mei. Sebagaimana ulang tahun sebelumnya (sekitar 27 Mei 2011), Cak Nun juga melakukan umroh yang sama (saat Wedus Gembel Merapi mengamuk dan menewaskan Mbah Maridjan).
Dari pengamatan umroh inilah tema Dajjal dilontarkan sebagai refleksi tafsir Cak Fuad yang membahas mengenai Pindah Kiblat, yakni uraian Cak Fuad mengenai pemindahan kiblat zaman Rasululloh dari masjid Al Aqsho ke Ka’bah pada suatu sore. Kunci uraian Cak Fuad justru ditegaskan dalam pertemuan Padhang Mbulan berikutnya, yakni 4 Juni 2012, bahwa menghadap ke barat atau ke timur baru bermakna jika diperintahkan Alloh. Artinya, sebelum diperintahkan menghadap Ka’bah, kiblat sholat pun belum bermakna.
Adapun penafsiran mengenai minger kiblat adalah sebagai ujian iman, apakah pengikut Nabi Muhammad tetap loyal? Atau justru berpaling lantaran meragukan kebenaran ajaran Islam sebagai agama serius? Sebab kok pindah kiblat. Instruksi Rasululloh untuk pindah kiblat dimaksudkan sebagai metode filterisasi atas keimanan pengikut yang semu atau yang sungguh. Salah satu jawaban yang dijelaskan Cak Nun, bahwa gambar masjid Aqsho yang tersebar di berbagai media (termasuk memadati situs internet) hanyalah gambar bangunan tiruan. Dengan harapan jika suatu saat masjid Al Aqsho dihancurkan Yahudi, umat Islam dapat dikelabuhi dengan bangunan palsu. Secara khusus Cak Nun menyebut perangkat sosial yang harus dipindahkiblati adalah: ideoligi, kebudayaan, pendidikan, alat komunikasi, politik dll. Sedang Toto Raharjo memaknai pindah kiblat ke arah inkulturisasi Islam dengan kebudayaan setempat. Memilah substandi dasar antara Islam dan Arab dengan mengajukan hasil dari produk kebudayaan yang tdak sesuai dengan keyakinan.
Tafsir Cak Nun tentang Dajjal dalam pertemuan 4 Juli tersebut merupakan transformasi dari penafsiran yang sama ketika awal pengajian Padhang mBulan dilaksanakan. Saya ingat, dahulu Cak Nun menafsirkan bahwa Dajjal adalah indikator kekuasaan blok Barat yang dipimpin Amerika dan blok timur yang tergabung dalam Uni Sovyet. Dajjal waktu itu digambarkan sosok perkasa, berkekuatan besar, menguasai seluruh sistem kebudayaan bumi, jangkauan langkahnya luas (bahkan dalam satu langkah kaki Dajjal mampu mengangkangi kutub utara dan selatan). Sosok itu mirip dua kekuatan negara blok Barat dan Timur. Hingga akhirnya ke dua blok raksasa dunia itu pecah, Uni Sovyet bersama negara bagian yang menyangga kekuatan sosialis-komunis bernasib terkeping-keping sampai remukan terkecil yang disebut bekas Yugoslavia. Begitu juga Blok Amerika dan Uni Eropa yang tidak lama menjadi penguasa tunggal kekuatan dunia akhirnya terserang virus ‘krisis financial globah’yang semakin kronis meradang kelumpuhan kekuatannya.
Ulasana Cak Nun mengenai Dajjal tetap memasuki proporsi pengembangan cara pandang dari ulama sebelumnya. Hadist yang menjelaskan bahwa Dajjal dibukukan Al-Imam Al-Bukhari rahimahullahu dalam dua tempat yakni hal 3340 dalam Kitabul Manaqib dan hal 6588 dalam Kitab Al-Fitan dan Muslim rahimahullahu dalam dua tempat hal 8 dalam Muqaddimah dan hal 5205 dalam Kitab Al-Fitan Wa Asyrathis Sa’ah dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:
“Tidak akan terjadi hari kiamat sehingga dua kelompok besar saling berperang dan banyak terbunuh di antara dua kelompok tersebut, yang seruan mereka adalah satu. Dan hingga dibangkitkannya para Dajjal lagi pendusta hampir 30 orang, semuanya mengaku bahwa dirinya Rasulullah, dicabutnya ilmu, banyak terjadi gempa, zaman berdekatan, fitnah menjadi muncul, banyak terjadi pembunuhan, berlimpah ruahnya harta di tengah kalian sehingga para pemilik harta bingung terhadap orang yang akan menerima shadaqahnya. Sampai dia berusaha menawarkannya kepada seseorang namun orang tersebut berkata: ‘Saya tidak membutuhkannya’; orang berlomba-lomba dalam meninggikan bangunan. Ketika seseorang lewat pada sebuah kuburan dia berkata: ‘Aduhai jika saya berada di sana’; terbitnya matahari dari sebelah barat dan apabila terbit dari sebelah barat di saat orang-orang melihatnya, mereka beriman seluruhnya (maka itulah waktu yang tidak bermanfaat keimanan bagi setiap orang yang sebelumnya dia tidak beriman atau dia tidak berbuat kebaikan dengan keimanannya).”
Begitu juga hadist yang yang menyatakan Dajjal sebagai tanda menjelang kiamat kubro. Diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim rahimahullahu (no. 5228) dari An-Nawwas bin Sam’an radhiyallahu ‘anhu: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkisah tentang Dajjal pada pagi hari dan beliau mengangkat dan merendahkan suaranya seakan-akan kami menyangka dia (Dajjal) berada di sebagian pohon korma. Lalu kami berpaling dari sisi Rasulullah. Kemudian kami kembali kepada beliau dan beliau mengetahui hal ini, lalu beliau berkata: ‘Ada apa dengan kalian?’ Kami berkata: ‘Ya Rasulullah, engkau bercerita tentang Dajjal pada pagi hari dan engkau mengangkat serta merendahkan suara, sehingga kami menyangka bahwa dia berada di antara pepohonan korma.’ Rasulullah lantas bersabda: ‘Bukan Dajjal yang aku khawatirkan atas kalian. Dan jika dia keluar dan aku berada di tengah kalian maka akulah yang akan menyelesaikan urusannya. Dan jika dia keluar dan aku tidak berada di tengah kalian, maka setiap orang menyelesaikan urusannya masing-masing’.”
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah rahimahullahu dalam Kitabul Fitan (no. 4045) dari Hudzaifah bin Usaid Abu Suraihah radhiyallahu ‘anhu: “Kami sedang duduk-duduk berbincang di bayang-bayang salah satu kamar Rasulullah. Kami berbincang tentang hari kiamat, dan suara kami pun menjadi meninggi. Lalu beliau bersabda: ‘Tidak akan terjadi hari kiamat sehingga muncul sepuluh tanda; yaitu terbitnya matahari dari sebelah barat, munculnya Dajjal, munculnya asap, keluarnya binatang, munculnya Ya’juj dan Ma’juj, turunnya Isa putra Maryam, dan tiga khusuf (terbenam ke dalam bumi), satu di timur, satu di barat dan satu di Jazirah Arab, dan api yang keluar dari arah Yaman dari dataran terendah ‘Adn yang menggiring manusia ke tempat mahsyar’.”
Diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari rahimahullahu (no. 6484) dan Al-Imam Muslim rahimahullahu (no. 246) dari sahabat Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma:
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan pada suatu hari di tengah keramaian tentang Al-Masih Ad-Dajjal. Beliau berkata: “Sesungguhnya Allah tidak buta sebelah, dan ketahuilah Al-Masih Ad-Dajjal adalah buta mata sebelah kanannya, seperti buah anggur yang menonjol.” Ibnu ‘Umar berkata: “Rasulullah bersabda: ‘Diperlihatkan dalam mimpiku pada suatu malam ketika aku berada di Ka’bah, kemunculan secara tiba-tiba seseorang dari Bani Adam yang terlihat sangat bagus, berkulit sawo matang dari Bani Adam, rambutnya tersisir di antara kedua pundaknya, dalam keadaan meletakkan kedua tangannya di atas dua pundak dua lelaki dan dia melaksanakan thawaf di antara keduanya aku berkata: ‘Siapa ini?’ Mereka berkata: ‘Al-Masih bin Maryam.’ Dan aku melihat di belakangnya ada seseorang yang sangat keriting rambutnya dan buta matanya sebelah kanan dan serupa dengan Ibnu Qathan. Dia meletakkan tangannya di atas pundak dua laki-laki dan thawaf di Ka’bah. Lalu aku berkata: ‘Siapa ini?’ Mereka menjawab: ‘Ini adalah Al-Masih Ad-Dajjal’.”
Diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim rahimahullahu (no. 2934) dari shahabat Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu berkata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya aku mengetahui apa yang menyertai Dajjal. Yaitu, bersamanya ada dua sungai yang mengalir. Dengan penglihatan mata, salah satunya adalah air yang putih dan yang lain api yang berkobar. Maka barangsiapa menjumpai yang demikian hendaklah dia mendatangi sungai yang dia lihat sebagai api dan pejamkan matanya kemudian tundukkan kepalanya dan minumlah darinya, karena sesungguhnya itu adalah air yang dingin. Sesungguhnya Dajjal buta dan pada matanya ada daging tumbuh yang tebal serta tertulis di antara dua matanya kafir, yang akan dibaca oleh setiap orang yang beriman baik yang bisa menulis atau tidak.”
Diriwayat Al-Imam Muslim rahimahullahu dalam Shahih beliau (no. 2937) dari sahabat An-Nawwas bin Sam’an radhiyallahu ‘anhu:
Kami berkata: “Ya Rasulullah, berapa lama masa tinggalnya di atas dunia?” Beliau bersabda: “40 hari. Satu hari bagaikan satu tahun, satu hari bagaikan satu bulan, dan satu hari bagaikan satu minggu dan selain itu harinya sama dengan hari biasa.” Kami mengatakan: “Ya Rasulullah, bagaimana kalau satu hari bagaikan satu tahun, apakah cukup bagi kita untuk melaksanakan shalat satu hari?” Rasulullah bersabda: “Tidak, tetapi ukurlah kadarnya.” Kami berkata: “Ya Rasulullah, bagaimana tentang kecepatannya di muka bumi?” Beliau bersabda: “Bagaikan hujan yang ditiup oleh angin lalu dia mendatangi kaum dan menyerukan mereka sehingga mereka beriman kepadanya dan menerima seruannya. Dia juga memerintahkan langit untuk menurunkan hujan dan kemudian hujan turun; dan memerintahkan bumi untuk menumbuhkan tanaman maka kemudian tumbuh.”
Diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim rahimahullahu dari sahabat Abu Sai’d Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu (no. 2938) berkata:
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan kepada kami sebuah hadits yang panjang tentang Dajjal pada suatu hari. Di antara apa yang beliau sampaikan adalah: “Dajjal datang dan dia diharamkan untuk masuk ke kota Madinah, maka dia berakhir di daerah yang tanahnya bergaram yang berada di sekitar Madinah. Maka keluarlah kepadanya seorang yang paling baik dan dia berkata: ‘Aku bersaksi bahwa kamu adalah Dajjal yang telah diceritakan oleh Rasulullah.’ Lalu Dajjal berkata (kepada pengikutnya): ‘Bagaimana jika aku membunuh orang ini kemudian menghidupkannya, apakah kalian masih tetap ragu tentang urusanku?’ Mereka berkata: ‘Tidak.’ Dia pun membunuhnya kemudian menghidupkannya. Orang yang baik itu berkata setelah dihidupkan: ‘Demi Allah, aku semakin yakin tentang dirimu.’ Rasulullah berkata: ‘Lalu Dajjal ingin membunuhnya lagi namun dia tidak sanggup melakukannya’.”
Pandangan Ulama Tentang Dajjal
Al-Qadhi ‘Iyadh rahimahullahu berkata: “Hadits-hadits ini yang disebutkan oleh Al-Imam Muslim rahimahullahu dan selain beliau tentang kisah Dajjal adalah hujjah bagi ahlul haq tentang kebenarannya. Dia adalah manusia biasa yang dijadikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai ujian bagi hamba-hamba-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kemampuan kepadanya berupa hal-hal yang merupakan kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala semata, seperti menghidupkan mayat yang dibunuhnya, serta bersamanya ada segala kenikmatan dunia, surga dan neraka, perbendaharaan dunia, dia memerintahkan langit untuk menurunkan hujan lalu terjadi dan memerintahkan bumi untuk menumbuhkan lalu terlaksana. Semuanya terjadi dengan kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kehendak-Nya. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kepadanya ketidaksanggupan untuk membunuh orang tersebut (setelah dia menghidupkannya) dan selain orang tersebut. Allah Subhanahu wa Ta’ala juga membatilkan urusannya lalu dia dibunuh oleh Nabi ‘Isa ‘alaihissalam dan Allah Subhanahu wa Ta’ala mengokohkan orang-orang yang beriman. Inilah madzhab Ahlus Sunnah dan seluruh ahli hadits serta para fuqaha dan para peneliti. Berbeda dengan orang-orang yang mengingkarinya dan menolak perkaranya, seperti Khawarij, Jahmiyyah, sebagian Mu’tazilah serta selain mereka, yaitu bahwa Dajjal itu benar adanya, namun kejadian-kejadian luar biasa pada diri Dajjal adalah khayalan yang tidak memiliki hakikat. Mereka mengira, jika hal itu benar niscaya tidak ada perbedaan dengan mukjizat yang terjadi pada diri nabi. Cara berfikir seperti ini termasuk kesalahan mereka seluruhnya, karena Dajjal tidak mengaku sebagai nabi dan apa yang terjadi pada dirinya hanya sebatas sebagai bukti bahwa dia Dajjal. Dia justru mengaku sebagai Rabb, meski pada kenyataannya dia berdusta dalam pengakuannya, dari sisi penampilannya sendiri, sesuatu yang baru terjadi, kekurangan dalam hal penciptaan, ketidaksanggupannya untuk menghilangkan kebutaan matanya dan menghilangkan tulisan kafir yang terdapat di antara dua matanya.
Karena bukti-bukti ini dan selainnya pada diri Dajjal, maka tidak tertipu dengannya kecuali orang-orang rendahan. Ini semata-mata untuk menutupi keinginan dan kemiskinan, berharap untuk memenuhi kebutuhan hidup, atau menyelamatkan dirinya, atau takut dari gangguannya, karena fitnahnya yang dahsyat dan membingungkan akal.
Oleh karena itulah, para nabi memperingatkan dari fitnahnya serta menjelaskan tentang kelemahan dan bukti kedustaannya. Adapun orang yang diberikan taufiq oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala mereka tidak akan tertipu dan terpesona dengan apa yang menyertainya dari bukti-bukti yang penuh kedustaan bersamaan dengan apa yang telah dijelaskan tentang keadaannya. Pantaslah orang yang telah dibunuhnya berkata: “Tidak menambahku tentang dirimu kecuali keyakinan.” (Syarah Shahih Muslim 18/58-59 dan Fathul Bari 13/105).
Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: “Sesungguhnya Dajjal dijadikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai ujian bagi hamba-hamba-Nya dengan kejadian-kejadian luar biasa yang diciptakan Allah Subhanahu wa Ta’ala melalui tangannya yang bisa disaksikan pada masanya. Dan bagi orang yang memenuhi panggilannya; memerintahkan langit untuk menurunkan hujan lalu turun dan memerintahkan bumi untuk menumbuhkan tanamannya lalu terlaksana yang bisa dimakan oleh binatang-binatang ternak dan dimanfaatkan oleh mereka sendiri kemudian mereka bisa mengambil manfaat dari binatang ternak baik daging ataupun susunya. Dan orang yang tidak memenuhi panggilannya serta menolak seruannya akan ditimpa oleh paceklik penuh kekurangan, binatang-binatang ternak mereka habis mati, kekurangan pada harta benda, jiwa, dan buah-buahan. Bersamanya juga ada perbendaharaan bagaikan mayang kurma dan dia membunuh seseorang lalu menghidupkannya. Ini semua bukan penipuan melainkan hakikat yang nyata yang diciptakan Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menguji hamba-hamba-Nya pada akhir zaman nanti. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyesatkan banyak orang dan memberikan hidayah kepada mereka. Orang-orang yang ragu, niscaya mereka akan kafir. Dan akan bertambahlah iman orang-orang yang beriman.” (An-Nihayah/Al-Fitan Wal Malahim 1/121).
Ibnu Hajar rahimahullahu berkata: “Pada diri Dajjal terdapat bukti nyata atas kedustaannya di hadapan orang-orang yang berakal. Karena dia memiliki wujud fisik serta memiliki bukti dari perbuatannya. Bersamaan dengan kekurangan pada dirinya bahwa dia adalah orang yang buta sebelah matanya. Jika dia menyeru manusia untuk mempertuhankannya itu menunjukkan keadaannya yang paling buruk. Bagi orang yang berakal mengetahui bahwa dia tidak mungkin akan bisa menciptakan selainnya, memperbaiki dan memperbagus serta dia tidak sanggup untuk menghilangkan kekurangan (seperti: matanya yang buta, tulisan kafir di dahinya, dll) yang ada pada dirinya. Maka ucapan yang paling ringan untuk dikatakan adalah: ‘Wahai orang yang menyangka bisa menciptakan langit dan bumi, bentuklah dirimu, perbaguslah dan hilangkan sifat kekurangan pada dirimu. Dan jika kamu menyangka bahwa tidak akan terjadi sesuatu yang baru pada diri Rabb, maka hilangkan apa yang tertulis di antara kedua matamu’.” (Fathul Bari 13/103).
Ibnul ‘Arabi rahimahullahu berkata: “Segala tanda-tanda kebesaran yang terjadi pada tangan Dajjal, dari turunnya hujan serta tanah menjadi subur bagi orang yang memercayainya, dan ketandusan atas orang yang mengingkarinya, dan segala yang bersamanya berupa perbendaharaan bumi, bersamanya surga dan neraka dan air yang mengalir, semuanya merupakan ujian dari Allah Subhanahu wa Ta’ala agar orang-orang yang ragu menjadi binasa dan orang-orang yang bertakwa menjadi selamat. Semuanya merupakan perkara yang sangat menakutkan. Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak ada fitnah yang paling besar dari fitnah Dajjal.” (Fathul Bari 13/103).
Segitiga Bermuda Tempat Munculnya Dajjal
Menyebut kata ‘segitiga bermuda’, maka akan terbayang sebuah tempat yang senantiasa menyimpan berbagai macam misteri akan musnah atau hilangnya benda-benda yang berada atau melintas diatasnya. Sejumlah kapal terbang dan kapal laut secara tiba-tiba menghilang saat melintasi diatasnya. Benarkah ada sesuatu disana? Berbagai penelitian telah dilakukan mengenai kemisterian segitiga bermuda. Ada yang menyatakan, lokasi tersebut memiliki medan magnet yang sangat tinggi. Sehingga benda-benda yang mengandung logam, akan mudah tertarik ke pusatnya. Teori ini dikemukakan oleh Albert Einstein, dengan relativitasnya.
Ada pula yang menyatakan, hilangnya benda-benda (pesawat dan kapal laut) itu, karena memasuki gerbang waktu. Benda-benda itu memasuki wilayah gerbang waktu, sehingga ketika berada tepat diatasnya, maka akan menghilang. Hilangnya itu, bisa kembali ke masa lampau atau muncul di masa depan.
Ada juga yang menyatakan, lenyapnya benda-benda itu karena mereka ditelan atau dibawa oleh UFO (Unidentified Flying Object) atau piring terbang. Sementara yang lain mengatakan, mereka hilang karena masuk dalam dunia paralel. Mereka ada di dunia yang berbeda dengan dunia yang sebelumnya. Dari empat teori diatas, ketiga teori yang terakhir disebiut pula dengan teori mekanika quantum.
Benarkah semua itu? Hingga saat ini, belum ada yang mampu menjelaskannya secara ilmiah. Berbagai hasil penelitian dan teori-teori diatas, seakan terbantahkan ketika hal itu tak mampu dibuktikan.
Lalu apakah Dajjal penyebabnya? Mungkin inilah jawaban terakhir yang dikemukakan sejumlah orang mengenai hilangnya pesawat dan kapal laut itu. Dajjal, –sosok makhluk terlaknat dan pembuat fitnah itu– kini dituding yang melakukan semua itu karena persekongkolannya dengan setan.
Muhammad Isa Daud, penulis buku ‘Dajjal Muncul di Segitiga Bermuda’ menjelaskan, musnahnya benda-benda itu disebabkan oleh si makhluk bermata satu alias dajjal. Menurutnya, di daerah segitiga bermuda (Bermuda Triangle) yang terletak di antara Florida (Amerika) di sebelah barat, Puerto Rico di sebalah timur, dan pulau bermuda di sebalah utara. Ada yang mengatakan, Florida berasal dari kata ‘Flory’ dan ‘ida’ yang berarti dukun yang ditunggu atau tuhan masa depan.
Segitiga bermuda terletak di Samudera Atlantik. Menurut Isa Daud, disitu terdapat sebuah pulau yang dikuasai oleh sekumpulan makhluk yakni setan yang bekerja sama dengan dajjal untuk menghancurkan umat manusia. Nama pulau itu adalah pulau setan (bedakan dengan pulau setan di Guyana, Prancis).
Di sekitar wilayah segitiga bermuda ini, sebagaimana diterangkan Isa Daud, dajjal bersama setan berkomplot dan terus berusaha menyebarkan misinya, melalui orang-orang kepercayaannya, sesama penyembah setan. Mereka mengajarinya dengan berbagai bujukan dan rayuan sehingga orang-orang terkesima dan takjub dengan apa yang disuguhkan dan disajikannya. Maka, pada hari kiamat nanti, dari lokasi (Segitiga Bermuda) inilah, dajjal akan muncul dan melakukan fitnah secara besar-besaran kepada seluruh umat manusia. Ia akan membangga-banggakan cara-cara Yahudi, karena dajjal dipercaya merupakan keturunan dari Yahudi.
Muhammad Isa Daud menegaskan, ia membuat kesimpulan diatas, bukan atas pendapatnya sendiri, melainkan berdasarkan sejumlah manuskrip kuno yang ia pelajari dari beberapa orang Muslim, baik yang tinggal di Palestina, Arab Saudi, Yaman, Swedia, Amerika, Inggris, Jerman, dan lainnya. Mereka itulah, ungkap Isa Daud, yang memiliki data yang mencengangkan yang belum pernah dipublikasikan oleh orang lain.
Ada pun ayat Al Qur’an yang sosiologi turunnya ayat berkaitan dengan pembahasan Dajjal di antaranya: Al An Am:158, Al Mukmin: 57, Ali Imron:7, Al Baqoroh:285.
Analisa Cak Nun Tentang Dajjal
Ada semacam ‘otoritas’ yang meggerakkan simbolisme Dajjal hingga berkeliaran di sekitar Ka’bah (negara negara Timur Tengah). Otoritas yang dimaksud adalah jaringan non-agamis. Sebab agama apa pun di muka bumi orientasinya bergerak melawan (musuh) sosialis-kapitalis. Meskipun agama tidak anti dunia, namun gerakan ‘mengendalikan nafsu’ yang diusung agamawan bertentangan dengan ‘ekonomi-industri-konsumsi’yang mengajak manusia untuk melampiaskan. Pada tesis yang lebih luas suatu saat akan terbongkar bahwa hakikat mata satu adalah tujuan Sosialis, Komunis, Kapitalis, yakni dehumanisasi.
Tidak masuk akal sesungguhnya jika Hotel Hilton harus dibangun dengan posisi berhadapan Ka’bah. Konspirasi Dajjal pasca lumpuhnya Uni Eropa diawali dengan lahirnya Euro, mata uang penyatu transaksi Benua Biru tersebut berlogo mata satu (ciri Dajjal). Begitu pula tempat cekpoint haji di Saudi Arabia, bahwa pusat layanan haji tersebut beserta simbol kepolisian Arab berlogo mata satu. Cak Nun juga mengatakan kalau desaign Airpot Jedah jika dilihat dari atas berbentuk mata satu.
Otoritas konspirasi mata satu di atas dibaca berdasarkan alur perpolitikan di Timur Tengah. Misal satu pertanyaan, kenapa Arab Saudi secara bilateral terjalin baik dengan Israel? Sedang Israel sendiri berakar kuat dari kaum Zeonis yang didukung strategi Amerika. Lebih jauh si mata satu berasal dari dendam lama dari 13 keturunan Israel sejak 300 tahun lalu (Paganis). Dan betapa si mata satu ini akan menjebolkan satu persatu pan-arabis: Mesir, Arab, Libanon, Syiria, Pakistan, Afganistan dll.
Sehubungan dengan Dajjal yang tidak bisa memasuki kota Makkah karena dijaga malaikat (ketentuan baku dari hadist nabi yang tidak bisa diganggu gugat), Cak Nun dengan anekdot radikal kepenyairannya akan menulis puisi Dajjal Gugat. Puisi sarkasme yang menanyakan: kenapa para koruptor dari Indonesia diperbolehkan umroh (atau haji yang keluar masuk kota Makkah). Juga tidak mungkin orang Indonesia berbondong ramai deportatif mencari suaka ke Makkah jika Dajjal suatu saat muncul. Cukup menciptakan Serambi Makkah di hati muslim untuk menghadang Dajjal.
Sastra (lisan) klasik Jawa berperan aktif mencaunter konspirasi Dajjalisasi. Orang zaman dulu mendongeng pada cucunya perihal Dajjal. Bahwa Dajjal adalah makhluk besar, ganas, pemangsa manusia. Jika tengah malam terdengar suara berkerenyit (padahal zaman kendaraan masih sedikit, suara krenyitan malam itu adalah gaung gemuruh mesin yang jauh dan merambat secara resonansi bunyi) “ngiik..ngiiik, ngiiiik,” adalah suara Dajjal yang sedang menggerogoti rantai yang memborgol tangannya. Dan rantai borgol yang hampir putus, akan pulih kembali jika terdengar suara azan. Artinya, Dajjal akan benar-benar lepas jika sudah tidak ada kumandang azan.
Dari pengamatan umroh inilah tema Dajjal dilontarkan sebagai refleksi tafsir Cak Fuad yang membahas mengenai Pindah Kiblat, yakni uraian Cak Fuad mengenai pemindahan kiblat zaman Rasululloh dari masjid Al Aqsho ke Ka’bah pada suatu sore. Kunci uraian Cak Fuad justru ditegaskan dalam pertemuan Padhang Mbulan berikutnya, yakni 4 Juni 2012, bahwa menghadap ke barat atau ke timur baru bermakna jika diperintahkan Alloh. Artinya, sebelum diperintahkan menghadap Ka’bah, kiblat sholat pun belum bermakna.
Adapun penafsiran mengenai minger kiblat adalah sebagai ujian iman, apakah pengikut Nabi Muhammad tetap loyal? Atau justru berpaling lantaran meragukan kebenaran ajaran Islam sebagai agama serius? Sebab kok pindah kiblat. Instruksi Rasululloh untuk pindah kiblat dimaksudkan sebagai metode filterisasi atas keimanan pengikut yang semu atau yang sungguh. Salah satu jawaban yang dijelaskan Cak Nun, bahwa gambar masjid Aqsho yang tersebar di berbagai media (termasuk memadati situs internet) hanyalah gambar bangunan tiruan. Dengan harapan jika suatu saat masjid Al Aqsho dihancurkan Yahudi, umat Islam dapat dikelabuhi dengan bangunan palsu. Secara khusus Cak Nun menyebut perangkat sosial yang harus dipindahkiblati adalah: ideoligi, kebudayaan, pendidikan, alat komunikasi, politik dll. Sedang Toto Raharjo memaknai pindah kiblat ke arah inkulturisasi Islam dengan kebudayaan setempat. Memilah substandi dasar antara Islam dan Arab dengan mengajukan hasil dari produk kebudayaan yang tdak sesuai dengan keyakinan.
Tafsir Cak Nun tentang Dajjal dalam pertemuan 4 Juli tersebut merupakan transformasi dari penafsiran yang sama ketika awal pengajian Padhang mBulan dilaksanakan. Saya ingat, dahulu Cak Nun menafsirkan bahwa Dajjal adalah indikator kekuasaan blok Barat yang dipimpin Amerika dan blok timur yang tergabung dalam Uni Sovyet. Dajjal waktu itu digambarkan sosok perkasa, berkekuatan besar, menguasai seluruh sistem kebudayaan bumi, jangkauan langkahnya luas (bahkan dalam satu langkah kaki Dajjal mampu mengangkangi kutub utara dan selatan). Sosok itu mirip dua kekuatan negara blok Barat dan Timur. Hingga akhirnya ke dua blok raksasa dunia itu pecah, Uni Sovyet bersama negara bagian yang menyangga kekuatan sosialis-komunis bernasib terkeping-keping sampai remukan terkecil yang disebut bekas Yugoslavia. Begitu juga Blok Amerika dan Uni Eropa yang tidak lama menjadi penguasa tunggal kekuatan dunia akhirnya terserang virus ‘krisis financial globah’yang semakin kronis meradang kelumpuhan kekuatannya.
Ulasana Cak Nun mengenai Dajjal tetap memasuki proporsi pengembangan cara pandang dari ulama sebelumnya. Hadist yang menjelaskan bahwa Dajjal dibukukan Al-Imam Al-Bukhari rahimahullahu dalam dua tempat yakni hal 3340 dalam Kitabul Manaqib dan hal 6588 dalam Kitab Al-Fitan dan Muslim rahimahullahu dalam dua tempat hal 8 dalam Muqaddimah dan hal 5205 dalam Kitab Al-Fitan Wa Asyrathis Sa’ah dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:
“Tidak akan terjadi hari kiamat sehingga dua kelompok besar saling berperang dan banyak terbunuh di antara dua kelompok tersebut, yang seruan mereka adalah satu. Dan hingga dibangkitkannya para Dajjal lagi pendusta hampir 30 orang, semuanya mengaku bahwa dirinya Rasulullah, dicabutnya ilmu, banyak terjadi gempa, zaman berdekatan, fitnah menjadi muncul, banyak terjadi pembunuhan, berlimpah ruahnya harta di tengah kalian sehingga para pemilik harta bingung terhadap orang yang akan menerima shadaqahnya. Sampai dia berusaha menawarkannya kepada seseorang namun orang tersebut berkata: ‘Saya tidak membutuhkannya’; orang berlomba-lomba dalam meninggikan bangunan. Ketika seseorang lewat pada sebuah kuburan dia berkata: ‘Aduhai jika saya berada di sana’; terbitnya matahari dari sebelah barat dan apabila terbit dari sebelah barat di saat orang-orang melihatnya, mereka beriman seluruhnya (maka itulah waktu yang tidak bermanfaat keimanan bagi setiap orang yang sebelumnya dia tidak beriman atau dia tidak berbuat kebaikan dengan keimanannya).”
Begitu juga hadist yang yang menyatakan Dajjal sebagai tanda menjelang kiamat kubro. Diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim rahimahullahu (no. 5228) dari An-Nawwas bin Sam’an radhiyallahu ‘anhu: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkisah tentang Dajjal pada pagi hari dan beliau mengangkat dan merendahkan suaranya seakan-akan kami menyangka dia (Dajjal) berada di sebagian pohon korma. Lalu kami berpaling dari sisi Rasulullah. Kemudian kami kembali kepada beliau dan beliau mengetahui hal ini, lalu beliau berkata: ‘Ada apa dengan kalian?’ Kami berkata: ‘Ya Rasulullah, engkau bercerita tentang Dajjal pada pagi hari dan engkau mengangkat serta merendahkan suara, sehingga kami menyangka bahwa dia berada di antara pepohonan korma.’ Rasulullah lantas bersabda: ‘Bukan Dajjal yang aku khawatirkan atas kalian. Dan jika dia keluar dan aku berada di tengah kalian maka akulah yang akan menyelesaikan urusannya. Dan jika dia keluar dan aku tidak berada di tengah kalian, maka setiap orang menyelesaikan urusannya masing-masing’.”
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah rahimahullahu dalam Kitabul Fitan (no. 4045) dari Hudzaifah bin Usaid Abu Suraihah radhiyallahu ‘anhu: “Kami sedang duduk-duduk berbincang di bayang-bayang salah satu kamar Rasulullah. Kami berbincang tentang hari kiamat, dan suara kami pun menjadi meninggi. Lalu beliau bersabda: ‘Tidak akan terjadi hari kiamat sehingga muncul sepuluh tanda; yaitu terbitnya matahari dari sebelah barat, munculnya Dajjal, munculnya asap, keluarnya binatang, munculnya Ya’juj dan Ma’juj, turunnya Isa putra Maryam, dan tiga khusuf (terbenam ke dalam bumi), satu di timur, satu di barat dan satu di Jazirah Arab, dan api yang keluar dari arah Yaman dari dataran terendah ‘Adn yang menggiring manusia ke tempat mahsyar’.”
Diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari rahimahullahu (no. 6484) dan Al-Imam Muslim rahimahullahu (no. 246) dari sahabat Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma:
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan pada suatu hari di tengah keramaian tentang Al-Masih Ad-Dajjal. Beliau berkata: “Sesungguhnya Allah tidak buta sebelah, dan ketahuilah Al-Masih Ad-Dajjal adalah buta mata sebelah kanannya, seperti buah anggur yang menonjol.” Ibnu ‘Umar berkata: “Rasulullah bersabda: ‘Diperlihatkan dalam mimpiku pada suatu malam ketika aku berada di Ka’bah, kemunculan secara tiba-tiba seseorang dari Bani Adam yang terlihat sangat bagus, berkulit sawo matang dari Bani Adam, rambutnya tersisir di antara kedua pundaknya, dalam keadaan meletakkan kedua tangannya di atas dua pundak dua lelaki dan dia melaksanakan thawaf di antara keduanya aku berkata: ‘Siapa ini?’ Mereka berkata: ‘Al-Masih bin Maryam.’ Dan aku melihat di belakangnya ada seseorang yang sangat keriting rambutnya dan buta matanya sebelah kanan dan serupa dengan Ibnu Qathan. Dia meletakkan tangannya di atas pundak dua laki-laki dan thawaf di Ka’bah. Lalu aku berkata: ‘Siapa ini?’ Mereka menjawab: ‘Ini adalah Al-Masih Ad-Dajjal’.”
Diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim rahimahullahu (no. 2934) dari shahabat Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu berkata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya aku mengetahui apa yang menyertai Dajjal. Yaitu, bersamanya ada dua sungai yang mengalir. Dengan penglihatan mata, salah satunya adalah air yang putih dan yang lain api yang berkobar. Maka barangsiapa menjumpai yang demikian hendaklah dia mendatangi sungai yang dia lihat sebagai api dan pejamkan matanya kemudian tundukkan kepalanya dan minumlah darinya, karena sesungguhnya itu adalah air yang dingin. Sesungguhnya Dajjal buta dan pada matanya ada daging tumbuh yang tebal serta tertulis di antara dua matanya kafir, yang akan dibaca oleh setiap orang yang beriman baik yang bisa menulis atau tidak.”
Diriwayat Al-Imam Muslim rahimahullahu dalam Shahih beliau (no. 2937) dari sahabat An-Nawwas bin Sam’an radhiyallahu ‘anhu:
Kami berkata: “Ya Rasulullah, berapa lama masa tinggalnya di atas dunia?” Beliau bersabda: “40 hari. Satu hari bagaikan satu tahun, satu hari bagaikan satu bulan, dan satu hari bagaikan satu minggu dan selain itu harinya sama dengan hari biasa.” Kami mengatakan: “Ya Rasulullah, bagaimana kalau satu hari bagaikan satu tahun, apakah cukup bagi kita untuk melaksanakan shalat satu hari?” Rasulullah bersabda: “Tidak, tetapi ukurlah kadarnya.” Kami berkata: “Ya Rasulullah, bagaimana tentang kecepatannya di muka bumi?” Beliau bersabda: “Bagaikan hujan yang ditiup oleh angin lalu dia mendatangi kaum dan menyerukan mereka sehingga mereka beriman kepadanya dan menerima seruannya. Dia juga memerintahkan langit untuk menurunkan hujan dan kemudian hujan turun; dan memerintahkan bumi untuk menumbuhkan tanaman maka kemudian tumbuh.”
Diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim rahimahullahu dari sahabat Abu Sai’d Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu (no. 2938) berkata:
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan kepada kami sebuah hadits yang panjang tentang Dajjal pada suatu hari. Di antara apa yang beliau sampaikan adalah: “Dajjal datang dan dia diharamkan untuk masuk ke kota Madinah, maka dia berakhir di daerah yang tanahnya bergaram yang berada di sekitar Madinah. Maka keluarlah kepadanya seorang yang paling baik dan dia berkata: ‘Aku bersaksi bahwa kamu adalah Dajjal yang telah diceritakan oleh Rasulullah.’ Lalu Dajjal berkata (kepada pengikutnya): ‘Bagaimana jika aku membunuh orang ini kemudian menghidupkannya, apakah kalian masih tetap ragu tentang urusanku?’ Mereka berkata: ‘Tidak.’ Dia pun membunuhnya kemudian menghidupkannya. Orang yang baik itu berkata setelah dihidupkan: ‘Demi Allah, aku semakin yakin tentang dirimu.’ Rasulullah berkata: ‘Lalu Dajjal ingin membunuhnya lagi namun dia tidak sanggup melakukannya’.”
Pandangan Ulama Tentang Dajjal
Al-Qadhi ‘Iyadh rahimahullahu berkata: “Hadits-hadits ini yang disebutkan oleh Al-Imam Muslim rahimahullahu dan selain beliau tentang kisah Dajjal adalah hujjah bagi ahlul haq tentang kebenarannya. Dia adalah manusia biasa yang dijadikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai ujian bagi hamba-hamba-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kemampuan kepadanya berupa hal-hal yang merupakan kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala semata, seperti menghidupkan mayat yang dibunuhnya, serta bersamanya ada segala kenikmatan dunia, surga dan neraka, perbendaharaan dunia, dia memerintahkan langit untuk menurunkan hujan lalu terjadi dan memerintahkan bumi untuk menumbuhkan lalu terlaksana. Semuanya terjadi dengan kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kehendak-Nya. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kepadanya ketidaksanggupan untuk membunuh orang tersebut (setelah dia menghidupkannya) dan selain orang tersebut. Allah Subhanahu wa Ta’ala juga membatilkan urusannya lalu dia dibunuh oleh Nabi ‘Isa ‘alaihissalam dan Allah Subhanahu wa Ta’ala mengokohkan orang-orang yang beriman. Inilah madzhab Ahlus Sunnah dan seluruh ahli hadits serta para fuqaha dan para peneliti. Berbeda dengan orang-orang yang mengingkarinya dan menolak perkaranya, seperti Khawarij, Jahmiyyah, sebagian Mu’tazilah serta selain mereka, yaitu bahwa Dajjal itu benar adanya, namun kejadian-kejadian luar biasa pada diri Dajjal adalah khayalan yang tidak memiliki hakikat. Mereka mengira, jika hal itu benar niscaya tidak ada perbedaan dengan mukjizat yang terjadi pada diri nabi. Cara berfikir seperti ini termasuk kesalahan mereka seluruhnya, karena Dajjal tidak mengaku sebagai nabi dan apa yang terjadi pada dirinya hanya sebatas sebagai bukti bahwa dia Dajjal. Dia justru mengaku sebagai Rabb, meski pada kenyataannya dia berdusta dalam pengakuannya, dari sisi penampilannya sendiri, sesuatu yang baru terjadi, kekurangan dalam hal penciptaan, ketidaksanggupannya untuk menghilangkan kebutaan matanya dan menghilangkan tulisan kafir yang terdapat di antara dua matanya.
Karena bukti-bukti ini dan selainnya pada diri Dajjal, maka tidak tertipu dengannya kecuali orang-orang rendahan. Ini semata-mata untuk menutupi keinginan dan kemiskinan, berharap untuk memenuhi kebutuhan hidup, atau menyelamatkan dirinya, atau takut dari gangguannya, karena fitnahnya yang dahsyat dan membingungkan akal.
Oleh karena itulah, para nabi memperingatkan dari fitnahnya serta menjelaskan tentang kelemahan dan bukti kedustaannya. Adapun orang yang diberikan taufiq oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala mereka tidak akan tertipu dan terpesona dengan apa yang menyertainya dari bukti-bukti yang penuh kedustaan bersamaan dengan apa yang telah dijelaskan tentang keadaannya. Pantaslah orang yang telah dibunuhnya berkata: “Tidak menambahku tentang dirimu kecuali keyakinan.” (Syarah Shahih Muslim 18/58-59 dan Fathul Bari 13/105).
Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: “Sesungguhnya Dajjal dijadikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai ujian bagi hamba-hamba-Nya dengan kejadian-kejadian luar biasa yang diciptakan Allah Subhanahu wa Ta’ala melalui tangannya yang bisa disaksikan pada masanya. Dan bagi orang yang memenuhi panggilannya; memerintahkan langit untuk menurunkan hujan lalu turun dan memerintahkan bumi untuk menumbuhkan tanamannya lalu terlaksana yang bisa dimakan oleh binatang-binatang ternak dan dimanfaatkan oleh mereka sendiri kemudian mereka bisa mengambil manfaat dari binatang ternak baik daging ataupun susunya. Dan orang yang tidak memenuhi panggilannya serta menolak seruannya akan ditimpa oleh paceklik penuh kekurangan, binatang-binatang ternak mereka habis mati, kekurangan pada harta benda, jiwa, dan buah-buahan. Bersamanya juga ada perbendaharaan bagaikan mayang kurma dan dia membunuh seseorang lalu menghidupkannya. Ini semua bukan penipuan melainkan hakikat yang nyata yang diciptakan Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menguji hamba-hamba-Nya pada akhir zaman nanti. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyesatkan banyak orang dan memberikan hidayah kepada mereka. Orang-orang yang ragu, niscaya mereka akan kafir. Dan akan bertambahlah iman orang-orang yang beriman.” (An-Nihayah/Al-Fitan Wal Malahim 1/121).
Ibnu Hajar rahimahullahu berkata: “Pada diri Dajjal terdapat bukti nyata atas kedustaannya di hadapan orang-orang yang berakal. Karena dia memiliki wujud fisik serta memiliki bukti dari perbuatannya. Bersamaan dengan kekurangan pada dirinya bahwa dia adalah orang yang buta sebelah matanya. Jika dia menyeru manusia untuk mempertuhankannya itu menunjukkan keadaannya yang paling buruk. Bagi orang yang berakal mengetahui bahwa dia tidak mungkin akan bisa menciptakan selainnya, memperbaiki dan memperbagus serta dia tidak sanggup untuk menghilangkan kekurangan (seperti: matanya yang buta, tulisan kafir di dahinya, dll) yang ada pada dirinya. Maka ucapan yang paling ringan untuk dikatakan adalah: ‘Wahai orang yang menyangka bisa menciptakan langit dan bumi, bentuklah dirimu, perbaguslah dan hilangkan sifat kekurangan pada dirimu. Dan jika kamu menyangka bahwa tidak akan terjadi sesuatu yang baru pada diri Rabb, maka hilangkan apa yang tertulis di antara kedua matamu’.” (Fathul Bari 13/103).
Ibnul ‘Arabi rahimahullahu berkata: “Segala tanda-tanda kebesaran yang terjadi pada tangan Dajjal, dari turunnya hujan serta tanah menjadi subur bagi orang yang memercayainya, dan ketandusan atas orang yang mengingkarinya, dan segala yang bersamanya berupa perbendaharaan bumi, bersamanya surga dan neraka dan air yang mengalir, semuanya merupakan ujian dari Allah Subhanahu wa Ta’ala agar orang-orang yang ragu menjadi binasa dan orang-orang yang bertakwa menjadi selamat. Semuanya merupakan perkara yang sangat menakutkan. Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak ada fitnah yang paling besar dari fitnah Dajjal.” (Fathul Bari 13/103).
Segitiga Bermuda Tempat Munculnya Dajjal
Menyebut kata ‘segitiga bermuda’, maka akan terbayang sebuah tempat yang senantiasa menyimpan berbagai macam misteri akan musnah atau hilangnya benda-benda yang berada atau melintas diatasnya. Sejumlah kapal terbang dan kapal laut secara tiba-tiba menghilang saat melintasi diatasnya. Benarkah ada sesuatu disana? Berbagai penelitian telah dilakukan mengenai kemisterian segitiga bermuda. Ada yang menyatakan, lokasi tersebut memiliki medan magnet yang sangat tinggi. Sehingga benda-benda yang mengandung logam, akan mudah tertarik ke pusatnya. Teori ini dikemukakan oleh Albert Einstein, dengan relativitasnya.
Ada pula yang menyatakan, hilangnya benda-benda (pesawat dan kapal laut) itu, karena memasuki gerbang waktu. Benda-benda itu memasuki wilayah gerbang waktu, sehingga ketika berada tepat diatasnya, maka akan menghilang. Hilangnya itu, bisa kembali ke masa lampau atau muncul di masa depan.
Ada juga yang menyatakan, lenyapnya benda-benda itu karena mereka ditelan atau dibawa oleh UFO (Unidentified Flying Object) atau piring terbang. Sementara yang lain mengatakan, mereka hilang karena masuk dalam dunia paralel. Mereka ada di dunia yang berbeda dengan dunia yang sebelumnya. Dari empat teori diatas, ketiga teori yang terakhir disebiut pula dengan teori mekanika quantum.
Benarkah semua itu? Hingga saat ini, belum ada yang mampu menjelaskannya secara ilmiah. Berbagai hasil penelitian dan teori-teori diatas, seakan terbantahkan ketika hal itu tak mampu dibuktikan.
Lalu apakah Dajjal penyebabnya? Mungkin inilah jawaban terakhir yang dikemukakan sejumlah orang mengenai hilangnya pesawat dan kapal laut itu. Dajjal, –sosok makhluk terlaknat dan pembuat fitnah itu– kini dituding yang melakukan semua itu karena persekongkolannya dengan setan.
Muhammad Isa Daud, penulis buku ‘Dajjal Muncul di Segitiga Bermuda’ menjelaskan, musnahnya benda-benda itu disebabkan oleh si makhluk bermata satu alias dajjal. Menurutnya, di daerah segitiga bermuda (Bermuda Triangle) yang terletak di antara Florida (Amerika) di sebelah barat, Puerto Rico di sebalah timur, dan pulau bermuda di sebalah utara. Ada yang mengatakan, Florida berasal dari kata ‘Flory’ dan ‘ida’ yang berarti dukun yang ditunggu atau tuhan masa depan.
Segitiga bermuda terletak di Samudera Atlantik. Menurut Isa Daud, disitu terdapat sebuah pulau yang dikuasai oleh sekumpulan makhluk yakni setan yang bekerja sama dengan dajjal untuk menghancurkan umat manusia. Nama pulau itu adalah pulau setan (bedakan dengan pulau setan di Guyana, Prancis).
Di sekitar wilayah segitiga bermuda ini, sebagaimana diterangkan Isa Daud, dajjal bersama setan berkomplot dan terus berusaha menyebarkan misinya, melalui orang-orang kepercayaannya, sesama penyembah setan. Mereka mengajarinya dengan berbagai bujukan dan rayuan sehingga orang-orang terkesima dan takjub dengan apa yang disuguhkan dan disajikannya. Maka, pada hari kiamat nanti, dari lokasi (Segitiga Bermuda) inilah, dajjal akan muncul dan melakukan fitnah secara besar-besaran kepada seluruh umat manusia. Ia akan membangga-banggakan cara-cara Yahudi, karena dajjal dipercaya merupakan keturunan dari Yahudi.
Muhammad Isa Daud menegaskan, ia membuat kesimpulan diatas, bukan atas pendapatnya sendiri, melainkan berdasarkan sejumlah manuskrip kuno yang ia pelajari dari beberapa orang Muslim, baik yang tinggal di Palestina, Arab Saudi, Yaman, Swedia, Amerika, Inggris, Jerman, dan lainnya. Mereka itulah, ungkap Isa Daud, yang memiliki data yang mencengangkan yang belum pernah dipublikasikan oleh orang lain.
Ada pun ayat Al Qur’an yang sosiologi turunnya ayat berkaitan dengan pembahasan Dajjal di antaranya: Al An Am:158, Al Mukmin: 57, Ali Imron:7, Al Baqoroh:285.
Analisa Cak Nun Tentang Dajjal
Ada semacam ‘otoritas’ yang meggerakkan simbolisme Dajjal hingga berkeliaran di sekitar Ka’bah (negara negara Timur Tengah). Otoritas yang dimaksud adalah jaringan non-agamis. Sebab agama apa pun di muka bumi orientasinya bergerak melawan (musuh) sosialis-kapitalis. Meskipun agama tidak anti dunia, namun gerakan ‘mengendalikan nafsu’ yang diusung agamawan bertentangan dengan ‘ekonomi-industri-konsumsi’yang mengajak manusia untuk melampiaskan. Pada tesis yang lebih luas suatu saat akan terbongkar bahwa hakikat mata satu adalah tujuan Sosialis, Komunis, Kapitalis, yakni dehumanisasi.
Tidak masuk akal sesungguhnya jika Hotel Hilton harus dibangun dengan posisi berhadapan Ka’bah. Konspirasi Dajjal pasca lumpuhnya Uni Eropa diawali dengan lahirnya Euro, mata uang penyatu transaksi Benua Biru tersebut berlogo mata satu (ciri Dajjal). Begitu pula tempat cekpoint haji di Saudi Arabia, bahwa pusat layanan haji tersebut beserta simbol kepolisian Arab berlogo mata satu. Cak Nun juga mengatakan kalau desaign Airpot Jedah jika dilihat dari atas berbentuk mata satu.
Otoritas konspirasi mata satu di atas dibaca berdasarkan alur perpolitikan di Timur Tengah. Misal satu pertanyaan, kenapa Arab Saudi secara bilateral terjalin baik dengan Israel? Sedang Israel sendiri berakar kuat dari kaum Zeonis yang didukung strategi Amerika. Lebih jauh si mata satu berasal dari dendam lama dari 13 keturunan Israel sejak 300 tahun lalu (Paganis). Dan betapa si mata satu ini akan menjebolkan satu persatu pan-arabis: Mesir, Arab, Libanon, Syiria, Pakistan, Afganistan dll.
Sehubungan dengan Dajjal yang tidak bisa memasuki kota Makkah karena dijaga malaikat (ketentuan baku dari hadist nabi yang tidak bisa diganggu gugat), Cak Nun dengan anekdot radikal kepenyairannya akan menulis puisi Dajjal Gugat. Puisi sarkasme yang menanyakan: kenapa para koruptor dari Indonesia diperbolehkan umroh (atau haji yang keluar masuk kota Makkah). Juga tidak mungkin orang Indonesia berbondong ramai deportatif mencari suaka ke Makkah jika Dajjal suatu saat muncul. Cukup menciptakan Serambi Makkah di hati muslim untuk menghadang Dajjal.
Sastra (lisan) klasik Jawa berperan aktif mencaunter konspirasi Dajjalisasi. Orang zaman dulu mendongeng pada cucunya perihal Dajjal. Bahwa Dajjal adalah makhluk besar, ganas, pemangsa manusia. Jika tengah malam terdengar suara berkerenyit (padahal zaman kendaraan masih sedikit, suara krenyitan malam itu adalah gaung gemuruh mesin yang jauh dan merambat secara resonansi bunyi) “ngiik..ngiiik, ngiiiik,” adalah suara Dajjal yang sedang menggerogoti rantai yang memborgol tangannya. Dan rantai borgol yang hampir putus, akan pulih kembali jika terdengar suara azan. Artinya, Dajjal akan benar-benar lepas jika sudah tidak ada kumandang azan.
0 komentar:
Posting Komentar