Telah bercerita kepada kami Abu Ma'mar telah bercerita kepada kami 'Abdul Warits telah bercerita kepada kami Al Husain berkata telah bercerita kepadaku Yahya berkata telah bercerita kepadaku Abu Salamah berkata telah bercerita kapadaku Busr bin Sa'id berkata telah bercerita kapadaku Zaid bin Khalid radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barang siapa yang mempersiapkan (bekal) orang yang berperang di jalan Allah berarti dia telah berperang (mendapat pahala berperang). Dan barang siapa yang menjaga (menanggung urusan rumah) orang yang berperang di jalan Allah dengan baik berarti dia telah berperang". (HR. Bukhori 2631, Muslim : 12/425 ).
Sejarah telah mencatat kemenangan dalam berbagai pertempuran yang dilakukan oleh kaum muslimin. Semua kemenangan tersebut didapatkan kerena kekompakan kaum muslimin dalam mengusung jihad fisabilillah. Tidak ada seorangpun yang tidak berperan dalam jihad fi sabilillah kecuali orang-orang munafik.
Gambaran ini dapat dilihat jelas disaat perang Tabuk. Kaum muslimin mendengar persiapan besar-besaran yang dilakukan oleh pasukan Romawi dengan jumlah pasukan sekitar empat puluh ribu personil. Keadaan semakin kritis, karena suasana kemarau. Kaum muslimin tengah berada di tengah kesulitan dan kekurangan pangan.
Mendengar persiapan besar pasukan Romawi, kaum muslimin berlomba melakukan persiapan perang. Para tokoh sahabat memberi infaq fi sabilillah dalam suasana yang sangat mengagumkan. Utsman menyedekahkan dua ratus onta lengkap dengan pelana dan barang-barang yang diangkutnya. Kemudian ia menambahkan lagi sekitar seratus onta lengkap dengan pelana dan perlengkapannya. Lalu ia datang lagi dengan membawa seribu dinar diletakkan di pangkuan Rasulullah sallallahu alaihi wasallam. Utsman terus bersedekah hingga jumlahnya mencapai sembilan ratus onta seratus kuda, dan uang dalam jumlah besar. Abdurrahman bin Auf membawa dua ratus uqiyah perak. Abu bakar membawa seluruh hartanya dan tidak menyisakan untuk keluarganya kecuali Allah dan Rasul-Nya. Umar datang menyerahkan setengah hartanya. Tidak kalah dengan para sahabat yang lainnya datang kepada Rassulullah sallallahu alaihi wasallam untuk membantu pembiayaan pasukan tersebut.
Demikian juga dengan sahabat Ali radhiyallahu 'anhu yang ditinggal mengurusi keluarga mereka. Beliau urus semua keluarga dengan baik, walau sebenarnya beliau juga berkeinginan berangkat berjihad. Demikianlah peran seluruh ummat islam dalam jihad fi sabilillah dengan tanpa meremeh bagian satu dengan bagian yang lainnya. Jika seluruh komponen ummat sadar dan beramal semaksimal mungkin entah menjadi mujahid atau mengurusi seluruh kebutuhan para mujahid, dengan izin Allah kemenangan akan datang.
Syarh Hadist
Imam An Nawawi dalam syarh muslim berkata : Pahala ini akan didapatkan dengan setiap usaha entah kecil ataupun besar. Dan setiap orang yang mengurus keluarga [ mujahid ]dengan baik seperti memenuhi kebutuhan mereka, membiayai mereka dan membatu urusan-urusan mereka juga mendapatkan pahala. Pahala orang tersebut berbeda-beda tergantung sedikit ataupun banyak dalam meringankan beban seorang mujahid. Pada hadist ini ada sebuah perintah untuk berbuat baik kepada siapa saja yang beramal untuk kemaslahatan kaum muslimin dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka. [ Syarh Muslim oelh Imam An Nawawi pada hadist tersebut ].
Ibnu Hajar dalam Fathul baari berkata saat menjelaskan " faqot ghoza" [ telah berperang] : Ibnu Hibban dan Ibnu Majah berkata ; Ditulis baginya seperti pahala jihad dan tidak mengurangi pahala orang yang berjihad sedikitpun. [ Fathul baari Juz 6/50 ].
Sedangkan Syaikh Shalih Al 'Utsaimin pada syarkh riyadhus shalihin saat menjelaskan hadist di atas berkata: Dan ini merupakan bentuk tolong menolong dalam kebaikan dan takwa. Maka jika seseorang mempersiapkan saudaranya untuk berperang, yaitu dengan tunggangan, perbekalan dan juga senjata, yaitu tiga hal : tunggangan, perbekalan dan senjata, maka ia telah berperang. Yaitu ditulis baginya pahala orang yang berperang karena ia telah menolong dalam kebaikan [ jihad ].
Demikian pula bagi mereka yang mengurus keluarganya dengan baik, maka ia telah berperang. Artinya jika seseorang akan berjihad, akan tetapi keluarganya menjadi beban baginya untuk memenuhi kebutuhannya, lalu ada seseorang yang mengatakan : pasrahkan keluargmu padaku, maka orang yang mengurusi keluarga tersebut mendapat pahala berperang karena ia telah menolong seorang pejuang.
Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa membantu orang yang berperang itu dengan dua hal. Pertama, menolongnya dengan memberikan tunggangan, perbekalan dan juga senjata. Kedua, menolongnya dengan menggantikan posisinya dalam mengurusi keluarga. Hal ini adalah sebesar-besar pertolongan. Karena banyak diantara para mujahid yang merasa terbebani disebabkan tidak adanya orang yang mengurusi keluarga mereka. Maka apabila ada seseorang yang menanggung urusan keluarga mereka dengan baik, orang tersebut telah dianggap berjihad fisabilillah.
Saat Rasulullah sallallahu alaihi wasallam meninggalkan Ali bin Abi Tholib radhiyallahu anhu untuk mengurus para keluarga sahabat saat perang Tabuk, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu berkata :
يَا رَسُولَ اللَّهِ خَلَّفْتَنِى مَعَ النِّسَاءِ وَالصِّبْيَانِ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَمَا تَرْضَى أَنْ تَكُونَ مِنِّى بِمَنْزِلَةِ هَارُونَ مِنْ مُوسَى إِلاَّ أَنَّهُ لاَ نُبُوَّةَ بَعْدِى
Wahai Rasulullah, apakah engkau tinggalakn aku bersama dengan para wanita dan anak-anak ?. kemudian Rasulullah berkata : Apakah engkau tidak ridho menjadi bagian dariku sebagaimana kedudukan Harun dari musa, akan tetapi tidak ada nabi setelahku" [ HR. Muslim 6373 ]. Yaitu aku gantikan engkau untuk keluargaku sebagaimana Musa menggatikan Harun pada kaumnya saat pergi ke dipanggil Allah Ta'ala. [ Syarkh riyadhus shalihin 1/208 ].
Bila dalam ibadah haji kita mengenal istilah badal (pengganti) maka hal tersebut berlaku juga pada ibadah jihad fi sabilillah. Ketika seorang mujahid tidak bisa berangkat karena sakit atau atau tugas yang lain, maka bisa saja digantikan oleh temannya. Si sakit diberi kesempatan untuk berangkat sementara yang sehat berangkat menggantikannya di medan pertempuran.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ فَتًى مِنْ أَسْلَمَ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي أُرِيدُ الْغَزْوَ وَلَيْسَ مَعِي مَا أَتَجَهَّزُ قَالَ ائْتِ فُلَانًا فَإِنَّهُ قَدْ كَانَ تَجَهَّزَ فَمَرِضَ فَأَتَاهُ فَقَالَ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقْرِئُكَ السَّلَامَ وَيَقُولُ أَعْطِنِي الَّذِي تَجَهَّزْتَ بِهِ قَالَ يَا فُلَانَةُ أَعْطِيهِ الَّذِي تَجَهَّزْتُ بِهِ وَلَا تَحْبِسِي عَنْهُ شَيْئًا فَوَاللَّهِ لَا تَحْبِسِي مِنْهُ شَيْئًا فَيُبَارَكَ لَكِ فِيهِ
Dari Anas bin Malik, bahwa seorang pemuda dari suku Aslam berkata, Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya ingin ikut berperang, namun saya tidak memiliki perlengkapan. Beliau bersabda : Datangilah si fulan, sebab dia telah mempersiapkan perlengkapannya namun dia jatuh sakit. Maka datanglah pemuda itu kepada Fulan seraya berkata, Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengirim salam untuk anda, dan menyuruh anda memberikan perlengkapan anda kepadaku. Lalu orang yang sakit itu berkata, Wahai fulanah, berikanlah perlengkapan yang telah aku persiapkan kepadanya, dan jangan sampai ada yang ketinggalan satu pun. Demi Allah, jangan sampai ada yang ketinggalan satupun ! Semoga Allah memberikan berkah kepadamu karenanya [HR. Muslim].
Seruan kepada kaum muslimin
Tekanan yang kuat dari musuh-musuh islam telah melahirkan perlawanan yang hebat dari kaum muslimin. Usaha orang-orang kafir untuk memadamkan tauhid dan jihad disambut oleh kaum muslimin dengan jihad fi sabilillah. Akibatnya banyak dari kaum muslimin yang menemui kesyahidan dan sebagiannya tertawan oleh musuh serta sebagian lainnya menjadi buron. Kondisi yang seperti ini pastilah akan meninggalkan keluarga mereka dalam kondisi merana. Mulai dari kurangnya biaya hidup bagi keluarga mereka, tidak memilikinya mereka tempat tinggal dan pendidikan untuk anak-anak mereka.
Merekalah yang paling berhak mendapatkan bagian dari zakat dan infaq kita disamping para mujahidin. Jangan sampai kita kekenyangan sementara mereka dalam kondisi kelaparan. Siapa lagi yang akan menolong mereka jika bukan para simpatisan jihad fisabilillah. Mereka pasti tidak akan meminta karena rasa iffah mereka. Kita yang seharusnya sadar untuk memberi sebelum mereka harus meminta. Ingatlah bahwa dengan menolong orang-orang lemah seperti mereka, Allah akan berikan kemenangan pada kita. Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda ;
إِنَّمَا تُرْزَقُوْنَ وَتُنْصَرُوْنَ بِضُعَفَائِكُمْ.
"Sungguh, kalian diberi rezeki dan ditolong karena (keberadaan) orang miskin di antara kalian." ( HR. Ahmad ).
Janganlah kalah semangat kita untuk berduyun-duyun mengantar jenazah seorang mujahid, sementara keluarga dan anak-anak mereka kita terlantarkan. Sungguh ironis jika lembaga-lembaga pendidikan kaum muslimin tidak mau menampung anak-anak mereka dengan berbagai alasan. Ketahuilah bahwa usaha kita besar ataupun kecil dalam rangkan membantu jihad fi sabilillah adalah bukti kejujuran ucapan kita untuk berjihad. Sungguh suatu kebohongan yang nyata walau kita ucapkan seribu kali ingin berjihad, tetapi tidak pernah mau untuk mengeluarkan harta, waktu serta pikiran kita guna membantu mahidin dan keluarga mereka.
[ Sumber : Buletin An-najah ].
0 komentar:
Posting Komentar