"Ungkapan pemikiran sederhana untuk pembenahan diri"

Rabu, 12 September 2012

Para aktivis islam menghadapi era Globalisasi


1.    Membentuk qiyadah jama’iyah.
Di antara langkah-langkah aktifitas dakwah yang mempunyai target sasaran dan terfokus ialah membentuk qiyadah jama’iyah, yakni bertemunya para tokoh dakwah, ilmu dan pembaharu yang mukhlis dalam satu wadah amal Islami. Lalu mereka membentuk sebuah qiyadah jama’iyah yang mempunyai amir; yang di antara tugas utamanya adalah membuat konsep perjuangan yang memiliki tahapan-tahapan dan sasaran-sasaran; sebagai titik bertolak, bersandar, dan melangkah; hingga apabila mereka telah selesai menuntaskan satu tahapan, maka mereka mulai menginjak tahapan yang lain, demikian seterusnya. Hingga mereka mencapai sasaran terbesarnya, yakni menegakkan daulah Islam.

Membentuk qiyadah jama’iyah di kalangan ummat Islam merupakan satu keharusan fardhu syar’I berdasarkan dalil-dalil berikut:

Menurut perintah Rasul saw. Untuk beriltizam pada jama’ah:

“…wajib atas kalian berjama’ah, karena sesungguhnya syetan itu bersama orang yang sendirian, dan dia terhadap dua orang itu lebih jauh. Dan barangsiapa ingin memperoleh kenikmatan Jannah, maka hendaklah ia beriltizam pada jama’ah.”

Dan dalam hadits yang diriwayatkan Al-Bukhari sanadnya dari sahabat Hudzaifah, bahwasanya Hudzaifah pernah menanyakan kepada Rasulullah saw. Tentang kebaikan dan keburukan…dan akhirnya Hudzaifah bertanya, “Apakah setelah masa kebaikan itu ada masa keburukan?” Rasulullah saw. Menjawab, “Ya benar. Ada penyeru-penyeru di pintu neraka, siapa yang menyambut seruannya akan mereka lemparkan ke dalamnya.” Lalu Hudzaifah menanyakan lagi, “Wahai Rasulullah, sebutkan ciri-ciri mereka pada kami.” Beliau menjawab, “Mereka itu satu kulit dengan kita dan berbicara dengan bahasa kita.” Hudzaifah kembali bertanya, “Apa yang engkau perintahkan padaku jika aku dapati masa itu? Belau menjawab, “Engkau beriltizam daripada jama’atul muslimin dan imam mereka.”

Dating keterangan dalam hadits shahih, dari Nabi saw. Bahwasanya beliau pernah bersabda:

“Barangsiapa mati, sedangkan tidak terdapat pada lehernya bai’at, maka dia mati seperti matinya orang jahiliyah.”

Menurut perintah Al-Qur’anul Karim yang menyuruh kaum muslimin untuk bersatu, berpegang pada tali Allah dan memberikan loyalitas kepada orang-orang yang beriman.

“Dan berpegang teguhlah kalian semua pada tali Allah, dan janganlah kalian bercerai berai…” (Ali Imran: 103).

"Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; merekalah orang-orang yang berutung,” (Ali Imran: 104).

"Dan barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman menjadi (penolong)nya, maka sesungguhnya partai Allah itulah yang meang,” (Al-Maa’aidah: 56).

Berdasarkan kaidah syar’i yang mengatakan:


“Sesuatu yang wajib itu tidak terlaksana kecuali dengannya, maka ia menjadi wajib (hukumnya).”

Menegakkan hokum Allah di muka bumi adalah sebagian di antara tanggung jawab terbesar yang harus dipikul seorang muslim, dan membebaskan negeri-negeri Islam dan kemulhidan, kekufuran, kerusakan moral dan pendudukan musuh termasuk kewajiban yang paling suci di dalam Islam…, dan mengembalikan kesatuan Islam di bawah satu kepemimpinan termasuk cita-cita yang paling mulia. Inilah makna “Sesuatu yang wajib itu tidak terlaksana kecuali dengannya, maka ia menjadi wajib hukumnya”, seperti yang dinyatakan oleh para ulama Ushul dan para Fuqaha’ Islam.

Dari nash-nash di atas menjadi jelaslah bahwa sesungguhnya wajib bagi kaum muslimin untuk memilih pemimpin dari kalangan mereka sendiri dan untuk menolongnya dalam melaksanakan tugasnya sebagai pemimpin dan semuanya harus mempunyai keinginan yang kuat untuk membentuk jama’ah.

Maka langkah pertama dalam aktivitas dakwah yang terfokus adalah membentuk jama’ah islam dengan amirnya, pimpinan-pimpinannya dan anggota-anggotanya. Dengan qiyadah dan pemimpinnya, kaum muslimin bisa menghadapi pemerintah sekuler di negeri-negeri Islam. Dan dengan perantaranya, mereka bisa meriah kemenangan terbesar dalam menegakkan daulah Islam yang besar serta kejayaan yang kokoh. Dan yang demikian itu amat  mudah bagi Allah.

2.    Terjun ke medan Penyadaran

Setelah membentuk jama’ah Islam dengan amirnya di negeri-negeri Islam, langkah berikutnya adalah melakukan gerakan ta’rif (pengenalan), tabligh dan tau’iyah (penyadaran).

Hal yang perlu diketahui oleh para murabbi sebelum menyampaikan dakwah dan menyadarkan umat, mereka harus tahu dunia dimaa mereka hidup di dalamnya, tatanan-tatanan yang berlaku, madzhab-madzhab pemikiran yang dominan, factor-faktor penggerak, berbagai kekuatan yang bersaing di dalamnya, arus perlawanan yang timbul dan lainnya yang berkenaan dengan kondisi mad’u.

Sesungguhnya para du’at yang sadar, tidak akan berhasil dengan tau’iyahnya jika ia tidak mengetahui siapa yang mereka dakwahi, dan bagaimana cara mendakwahi mereka, bagaimana menentukan skala prioritas dan apa saja sarana yang dapat digunakan untuk menghadapi pemikiran-pemikiran yang sesat dan apa saja plot ghazwul fikri dan lainnya.

Du’at sadar dan bijak adalah sosok yang mengetahui seluk beluk kehidupan di sekelilingnya secara menyeluruh, sebelum ia mengenalkan dan mendakwahkan risalah Islam, dan ia mengenal kondisi dunia Islam dari ujung barat sampai ujung timurnya sebelum ia menyeru dan menerangkan, menuntun dan menyampaikannya. Jika ia bisa melakukan peranan itu, kemungkinan sambutan umat terhadapnya akan lebih dalam, kesan orang terhadap perkataannya akan lebih kuat, keterikatan emosi mereka terhadapnya akan lebih melekat dan kesuksesannya di dalam menjalankan tugas pengenalan dan penyadaran akan lebih maksimal dan optimal.

Dalil-dalil keutamaan para du’at yang terjun di medan tabligh dan tau’iyat:
  1. Tergolong umat yang terbaik, berdasarkan firman Allah dalam surat Al-Imran: 110.
  2. Menjadi saksi atas umat-umat yang lain, bedasarkan firman Allah dalam suratt Al-Baqarah: 143.
  3. Berada pada kedudukan yang paling tinggi, berdasarkan firman Allah dalam surat Fushilat: 33.
  4. Sebagai pewaris nabi, berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh imam yang lima dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban dan Al-Hakim, Rasulullah saw. Bersabda, “Ulama itu adalah pewaris Nabi.”
  5. Penduduk langit dan bumi akan memintakan ampunan untuk mereka berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari sahabat Abu Umairah, “Sesungguhnya Allah dan para malaikatnya, penduduk langit dan bumi hingga semut di liang persembunyiannnya dan ikan-ikan di lautan, semuanya bershalawat untuk orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.”
  6. Diperintahkan untuk mentaati mereka, setelah mentaati Allah dan Rasulnya. Berdasarkan firman Allah dalam surat An-Nisa: 59.
  7. Pahala mereka tidak akan terputus dan berhenti, berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Ash-Haabus Sunan, dari Nabi saw, “Barangsiapa yang menyeru kepada petunjuk, maka dia akan memperoleh pahala seperti pahalanya yang diterima oleh orang-orang yang mengikutinya dengan tidak mengurangi sedikitpun dari pahala mereka.”

Apa sarana-sarana tabligh dan tau’iyah?

Sarana-sarana ini sangat banyak dan bermacam ragamnya, senantiasa berkembang dan sangat variatif, di antaranya adalah:
  1. Majelis-majelis pengajian umum
  2. Kaset ceramah
  3. Buku-buku Islami
  4.  Seminar-seminar
  5. Khutbah-khutb Jum’at
  6. Majalah-majalah Islam, bulletin-buletin dakwah, dan selebaran-selebaran penebar fikrah Islami.
  7. Sarana I’dad
  8. Menghidupkan malam-malam yang penuh barakah di sepanjang tahun
  9. Nasyid-nasyid dakwah dan tarikh
  10.  Drama-drama Islam dan sejarah
  11. Dan sarana dakwah lain yang menyebarkan kesadaran Islam, menjelaskan fikrah Islam secara utuh tentang alam semesta dan manusia.

Bagaimana dengan memahami lingkungan?

Jama’ah yang terjun di kancah ishlah dan tau’iyah haruslah mempelajari lingkungan dimana mereka menyerukan dakwah mereka secara proporsional dan menyeluruh, harus mengetahui sarang-sarang kesesatan dan tempat-tempat penyimpangan dengan pengetahuan yang utuh dan menyeluruh dan mereka harus memikirkan juga metode kerja yang sesuai dengan logika manusia dan persiapan mereka dan selaras dengan tingkat pemikiran mereka dan kadar sambutan mereka. Untuk itu harus dilakukan studi khusus yang terfokus terhadap berbagai problematika ummat.

Langkah kedua dalam aktifitas dakwah yang terfokus adalah terjun di medan dakwah dan tau’iyah setelah mengadakan kajian secara seksama terhadap lingkungan, mengetahui secara lengkap sarana-sarana yang bisa digunakan untuk media dakwah dan tau’iyah, serta tujuannya untuk memperoleh pahala dari Allah.

3.    Pemfokusan Upaya Tarbiyah dan I’dad.

Dasar dalam persoalan ini adalah firman Allah, “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kalian menggetarkan musuh Allah dan musuh-musuh kalian,” (Al-Anfaal: 60).

Termasuk pengertian ayat di atas yaitu apa saja yang dikandung oleh kata I’dad berupa sarana-sarana amal, tahapan-tahapan, di dalam pembentukan generasi Islam, takwinul jama’ah Islam dan menyiapkan para pemuda yang memiliki kecakapan untuk menghadapi pemerintah sekuler di negeri-negeri Islam.

Termasuk pengertian tarbiyah dan I’dad adalah:
1.    Membekali akal dengan ilmu-ilmu yang bermanfaat dan syumul, serta wawasan yang obyektif dan kritis.
2.    Melatih phisik dengan latihan-latihan kemiliteran (askari) dan keperwiraan serta sarana-sarana untuk menghadapi tantangan dan jihad.
3.    Membekali ruhani dengan iman, tilawah Al-Qur’an dan ibadah yang ikhlas.
4.    Melatih dan membiasakan diri untuk senantiasa mendengar dan taat dalam keadaan sulit maupun lapang, suka maupun duka.
5.    Menghubungkan (merekrut) para pemuda muslim yang sadar dengan jama’ah Islam yang benar dan ikhlas.
6.    Serta persiapan-persiapan lain yang seyogyanya digemblengkan kepada generasi muda dan putra-putra Islam.

Untuk itu, hendaknya para murabbi terfokus pada upaya tarbiyah dan I’dad yang meiliputi tiga unsur:
1.    Tarbiyah Ruhiyah.
2.    Tarbiyah Nafsiyah.
3.    Tarbiyah Judiyah (askariy).
Sumber: Diringkas dari kitab Asy-Syabab al-Muslimu Fii Muwaajahati at-Tahaddiyaati, atau Aktivis Islam Menghadapi Tantangan Global, karya: Dr. Abdullah Nashih 'Ulwan, terj. Abu Abu Abida al-Qudsi (Pustaka Al -'Alaq, 2003), hlm. 208-218..

isi Kajian (hapus ini jika ingin Posting artikel, tapi jangan Hapus Tulisan "Kirimkan ke teman anda sebagai file .Pdf)
Kirimkan Ke Teman anda Sebagai File .Pdf :
Send articles as PDF to
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Situs

Online now

Show Post

Blog Archive