Minggu, 31 Mei 2015
MALAM NISHFU SYA'BAN
Kamis, 21 Mei 2015
Kisah islam : Tangisan Rasulullah saw, mengguncang arsy
'Dikisahkan, bahawasanya diwaktu Rasulullah Shallallahu'Alaihi
Wasallam sedang bertawaf di Ka'bah, beliau mendengar seseorang di
hadapannya bertawaf, sambil berzikir: 'Ya Karim! Ya Karim!'
RasulullahShallallahu'Alaihi Wasallam menirunya membaca 'Ya Karim! Ya
Karim!' Orang itu laluberhenti di salah satusudut Ka'bah, dan berzikir
lagi: 'Ya Karim! Ya Karim!' RasulullahShallallahu'Alaihi Wasallam yang
berada di belakangnya mengikut zikirnya'Ya Karim! Ya Karim!' Merasa
seperti diolok-olokkan, orang itu menoleh ke belakang dan terlihat
olehnya seorang laki-laki yang gagah, lagi tampan yang belum pernah
dikenalinya. Orang itu lalu berkata:
'Wahai orang tampan! Apakah engkau memang sengaja
memperolok-olokkanku, kerana aku ini adalah orang Arab badwi? Kalaulah
bukan kerana ketampananmu dan kegagahanmu, pastiengkau akan aku
laporkan kepada kekasihku, Muhammad Rasulullah.' Mendengar kata-kata
orang badwi itu, Rasulullah Shallallahu'Alaihi Wasallam tersenyum,
lalu bertanya: 'Tidakkah engkau mengenali Nabimu, wahai orang Arab?'
'Belum,' jawab orang itu. 'Jadi bagaimana kau beriman kepadanya?'
'Saya percaya dengan mantap atas kenabiannya, sekalipun saya belum
pernah melihatnya, dan membenarkan perutusannya, sekalipun saya belum
pernah
bertemu dengannya,' kata orang Arab badwi itupula.
RasulullahShallallahu'Alaihi Wasallam pun berkata kepadanya: 'Wahai
orang Arab!Ketahuilah aku inilah Nabimu di dunia dan penolongmu nanti
di akhirat!' Melihat Nabi dihadapannya, dia tercengang, seperti tidak
percaya kepada apa yang dialami dirinya.
'Tuan ini Nabi Muhammad?!' 'Ya' jawab Nabi Shallallahu'Alaihi
Wasallam. Dia segera tunduk untuk mencium kedua kaki Rasulullah
Shallallahu'Alaihi Wasallam. Melihat halitu, Rasulullah
Shallallahu'Alaihi Wasallam menarik tubuh orang Arab itu, seraya
berkata kepadanya:
'Wahal orang Arab! janganlah berbuat serupa itu. Perbuatan serupa itu
biasanyadilakukan oleh hamba sahayakepada tuannya, Ketahuilah, Allah
mengutusku bukan untuk menjadi seorang yang takabbur yang meminta
dihormati, atau diagungkan, tetapi demi membawa berita gembira bagi
orang yang beriman, dan membawa berita menakutkan bagi yang
mengingkarinya (orang kafir).'
Ketika itulah, Malaikat Jibril a.s. turun membawa berita dari langit
dia berkata: 'Ya Muhammad! Tuhan As-Salam mengucapkan salam kepadamu
dan bersabda: 'Katakanlah kepada orang Arab itu, agar dia tidak
terpesona dengan belas kasih Allah. Ketahuilah bahawa Allah akan
menghisabnya di hari Mahsyar nanti, akan menimbang semua amalannya,
baik yang kecil mahupun yang besar!' Setelah menyampaikan beritaitu,
Jibril kemudian pergi. Maka orang Arab itupula berkata:
'Demi keagungan serta kemuliaan Tuhan, jika Tuhan akan membuat
perhitungan atas amalan hamba, maka hamba pun akan membuat perhitungan
dengannya!'
kata orang Arab badwi itu. 'Apakah yang akan engkau perhitungkan
denganTuhan?' Rasulullah bertanya kepadanya. 'Jika Tuhan akan
memperhitungkan dosa-dosa hamba, maka hamba akan memperhitungkan
betapa kebesaran maghfirahnya, 'jawab orang itu. 'Jika Dia
memperhitungkan kemaksiatan
hamba, maka hamba akan memperhitungkan betapa keluasan
pengampunan-Nya. Jika Dia memperhitungkan kekikiran hamba, maka hamba
akan memperhitungkan pula betapa kedermawanannya!'
Mendengar ucapan orang Arab badwi itu, maka Rasulullah
Shallallahu'Alaihi Wasallam pun menangis mengingatkan betapa benarnya
kata-kata orang Arab badwi itu, air mata beliau meleleh membasahi
Janggutnya. Lantaran itu Malaikat Jibril turun lagi seraya berkata:
'Ya Muhammad! Tuhan As-Salam menyampaikan salam kepadamu, dan bersabda:
Berhentilah engkau dari menangis! Sesungguhnya kerana tangismu,
penjaga 'Arasy lupa dari bacaan tasbih dan tahmidnya, sehingga la
bergoncang.
Katakan kepada temanmu itu, bahawa Allah tidak akan menghisab dirinya,
juga tidak akan memperhitungkan kemaksiatannya. Allah sudah mengampuni
semua kesalahannya dan la akan menjadi temanmu di syurga nanti!'
Betapa sukanya orang Arab badwi itu, ketika mendengar berita tersebut,
lalu menangis kerana tidak berdaya menahan keharuan dirinya. '
============================
pelajaran dari kisah :
- mendapatkan kebahagiaan akhirat tak hanya bisa mengumpulkan amal
amal kebaikan tetapi lebih penting memahami untuk apa dan siapa kita
beramal.
- semua amalan kita tak seberapa dibanding sekecil apapun karunia Allah swt.
-jangan berbangga dengan amal kebaikanmu tapi banggalah ketika kamu
berhasil menghitung berapa banyak kesalahanmu.
- pelajaran bagi kita yang telah merasa mampu beramal dan berilmu
agama lebih luas dari yang lain. jangan bangga dulu, karena sebab
rahmat Allah saja kamu selamat dari siksa-Nya. atau mendapat surgaNya.
Bukan dari ilmu dan kemampuanmu. bersikaplah lemah lembut dan
berlapang dada kepada orang yang lebih rendah pemahamannya daripada
kamu seperti yang dicontohkan Rasulullah saw dalam kisah diatas. Meski
arab badui (klo diindonesia orang pelosok yang minim pengetahuan)
tetap beliau hormati dan perlakukan sebagaimana sahabat beliau yang
lain.
wallahu alam
refrensi : buku kumpulan kisah dan hikmah.
editor : www.ashabul-muslimin.tk
--
ttd.
M. Alie Marzen
Kisah islam : Tangisan Rasulullah saw, mengguncang arsy
'Dikisahkan, bahawasanya diwaktu Rasulullah Shallallahu'Alaihi
Wasallam sedang bertawaf di Ka'bah, beliau mendengar seseorang di
hadapannya bertawaf, sambil berzikir: 'Ya Karim! Ya Karim!'
RasulullahShallallahu'Alaihi Wasallam menirunya membaca 'Ya Karim! Ya
Karim!' Orang itu laluberhenti di salah satusudut Ka'bah, dan berzikir
lagi: 'Ya Karim! Ya Karim!' RasulullahShallallahu'Alaihi Wasallam yang
berada di belakangnya mengikut zikirnya'Ya Karim! Ya Karim!' Merasa
seperti diolok-olokkan, orang itu menoleh ke belakang dan terlihat
olehnya seorang laki-laki yang gagah, lagi tampan yang belum pernah
dikenalinya. Orang itu lalu berkata:
'Wahai orang tampan! Apakah engkau memang sengaja
memperolok-olokkanku, kerana aku ini adalah orang Arab badwi? Kalaulah
bukan kerana ketampananmu dan kegagahanmu, pastiengkau akan aku
laporkan kepada kekasihku, Muhammad Rasulullah.' Mendengar kata-kata
orang badwi itu, Rasulullah Shallallahu'Alaihi Wasallam tersenyum,
lalu bertanya: 'Tidakkah engkau mengenali Nabimu, wahai orang Arab?'
'Belum,' jawab orang itu. 'Jadi bagaimana kau beriman kepadanya?'
'Saya percaya dengan mantap atas kenabiannya, sekalipun saya belum
pernah melihatnya, dan membenarkan perutusannya, sekalipun saya belum
pernah
bertemu dengannya,' kata orang Arab badwi itupula.
RasulullahShallallahu'Alaihi Wasallam pun berkata kepadanya: 'Wahai
orang Arab!Ketahuilah aku inilah Nabimu di dunia dan penolongmu nanti
di akhirat!' Melihat Nabi dihadapannya, dia tercengang, seperti tidak
percaya kepada apa yang dialami dirinya.
'Tuan ini Nabi Muhammad?!' 'Ya' jawab Nabi Shallallahu'Alaihi
Wasallam. Dia segera tunduk untuk mencium kedua kaki Rasulullah
Shallallahu'Alaihi Wasallam. Melihat halitu, Rasulullah
Shallallahu'Alaihi Wasallam menarik tubuh orang Arab itu, seraya
berkata kepadanya:
'Wahal orang Arab! janganlah berbuat serupa itu. Perbuatan serupa itu
biasanyadilakukan oleh hamba sahayakepada tuannya, Ketahuilah, Allah
mengutusku bukan untuk menjadi seorang yang takabbur yang meminta
dihormati, atau diagungkan, tetapi demi membawa berita gembira bagi
orang yang beriman, dan membawa berita menakutkan bagi yang
mengingkarinya (orang kafir).'
Ketika itulah, Malaikat Jibril a.s. turun membawa berita dari langit
dia berkata: 'Ya Muhammad! Tuhan As-Salam mengucapkan salam kepadamu
dan bersabda: 'Katakanlah kepada orang Arab itu, agar dia tidak
terpesona dengan belas kasih Allah. Ketahuilah bahawa Allah akan
menghisabnya di hari Mahsyar nanti, akan menimbang semua amalannya,
baik yang kecil mahupun yang besar!' Setelah menyampaikan beritaitu,
Jibril kemudian pergi. Maka orang Arab itupula berkata:
'Demi keagungan serta kemuliaan Tuhan, jika Tuhan akan membuat
perhitungan atas amalan hamba, maka hamba pun akan membuat perhitungan
dengannya!'
kata orang Arab badwi itu. 'Apakah yang akan engkau perhitungkan
denganTuhan?' Rasulullah bertanya kepadanya. 'Jika Tuhan akan
memperhitungkan dosa-dosa hamba, maka hamba akan memperhitungkan
betapa kebesaran maghfirahnya, 'jawab orang itu. 'Jika Dia
memperhitungkan kemaksiatan
hamba, maka hamba akan memperhitungkan betapa keluasan
pengampunan-Nya. Jika Dia memperhitungkan kekikiran hamba, maka hamba
akan memperhitungkan pula betapa kedermawanannya!'
Mendengar ucapan orang Arab badwi itu, maka Rasulullah
Shallallahu'Alaihi Wasallam pun menangis mengingatkan betapa benarnya
kata-kata orang Arab badwi itu, air mata beliau meleleh membasahi
Janggutnya. Lantaran itu Malaikat Jibril turun lagi seraya berkata:
'Ya Muhammad! Tuhan As-Salam menyampaikan salam kepadamu, dan bersabda:
Berhentilah engkau dari menangis! Sesungguhnya kerana tangismu,
penjaga 'Arasy lupa dari bacaan tasbih dan tahmidnya, sehingga la
bergoncang.
Katakan kepada temanmu itu, bahawa Allah tidak akan menghisab dirinya,
juga tidak akan memperhitungkan kemaksiatannya. Allah sudah mengampuni
semua kesalahannya dan la akan menjadi temanmu di syurga nanti!'
Betapa sukanya orang Arab badwi itu, ketika mendengar berita tersebut,
lalu menangis kerana tidak berdaya menahan keharuan dirinya. '
============================
pelajaran dari kisah :
- mendapatkan kebahagiaan akhirat tak hanya bisa mengumpulkan amal
amal kebaikan tetapi lebih penting memahami untuk apa dan siapa kita
beramal.
- semua amalan kita tak seberapa dibanding sekecil apapun karunia Allah swt.
-jangan berbangga dengan amal kebaikanmu tapi banggalah ketika kamu
berhasil menghitung berapa banyak kesalahanmu.
- pelajaran bagi kita yang telah merasa mampu beramal dan berilmu
agama lebih luas dari yang lain. jangan bangga dulu, karena sebab
rahmat Allah saja kamu selamat dari siksa-Nya. atau mendapat surgaNya.
Bukan dari ilmu dan kemampuanmu. bersikaplah lemah lembut dan
berlapang dada kepada orang yang lebih rendah pemahamannya daripada
kamu seperti yang dicontohkan Rasulullah saw dalam kisah diatas. Meski
arab badui (klo diindonesia orang pelosok yang minim pengetahuan)
tetap beliau hormati dan perlakukan sebagaimana sahabat beliau yang
lain.
wallahu alam
refrensi : buku kumpulan kisah dan hikmah.
editor : www.ashabul-muslimin.tk
--
ttd.
M. Alie Marzen
Kamis, 07 Mei 2015
SEMBILAN PESAN PERNIKAHAN
Rabu, 06 Mei 2015
Bisakah mengirim Pahala Kepada Mayit??
Mukadimah Ayat ;
Sungguh Allah Ta'ala telah berfirman
وَ أَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَى
"Dan manusia tidaklah memperoleh (pahala) kecuali apa yang telah diusahakannya ." (Qs An Najm: 39)
Penjelasan :
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan mengenai makna ayat ini: "Yaitu, sebagaimana seseorang tidak akan menanggung dosa orang lain, demikian juga dia tidak akan memperoleh pahala kecuali apa yang telah ia usahakan untuk dirinya sendiri. Dari ayat yang mulia ini, Imam Asy Syafi'i rahimahullah dan para pengikutnya mengambil kesimpulan hukum bahwa bacaan Al Qur'an yang dihadiahkan kepada mayit pahalnya tidak akan sampai kepada si mayit karena hal itu bukan amal perbuatan mereka sendiri dan bukan pula usaha mereka. Oleh karena itulah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidaklah mengajarkan hal tersebut kepada umatnya dan tidak pula menganjurkannya, tidak pula membimbing mereka dengan menggunakan dalil yang tegas maupun isyarat, tidak pula hal ini dinukil dari seorang sahabatpun radhiyallahu 'anhum. Seandainya mengirim pahala bacaan Al Qur'an kepada mayit adalah perkara yang baik maka mereka pasti telah mendahului kita dalam perkara ini."
Adapun hadits Rasulullah shallallahu 'aliahi wa sallam
إذا مَاتَ الإِنْسَانُ انقَطَعَ عملُه إلا من ثَلَاثٍ : من ولدٍ صالحٍ يدعُوْ له, أو صدقةٍ جاريةٍ من بعدِهِ , أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ
"Jika seseorang meninggal dunia maka terputuslah pahala amalannya kecuali tiga perkara : anak shalih yang mendoakannya , sedekah jariyah dan ilmu yang bermanfaat ." (HR. Muslim)
Ibnu Katsir juga menjelaskan mengenai hal ini bahwa pada hakikatnya tiga perkara tersebut merupakan bagian dari usaha dan amalan seseorang. Sebagaiamana dalam sebuah hadits (artinya): "Sesungguhnya sebaik-baik apa yang dimakan oleh seseorang adalah yang berasal hasil usahanya, dan sesungguhnya anak keturunan merupakan bagian dari usahanya."
(HR. Ahmad, Abu Dawud, At Tirmidzi, An Nasa'i dari hadits 'Aisyah radhiallahu 'anhaa, At Tirmidzi mengatakan derajat hadits ini hasan shahih).
Kemudian untuk sedekah jariyah seperti wakaf dan yang sejenisnya, hal ini merupakan bagian dari peninggalan amalannya (atsar). Allah Ta'ala berfirman:
إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآثَارَهُمْ
"Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan dampak dari amal yang mereka tinggalkan (atsar)." (Qs. Yaasin: 12)
Kebiasaan tahlilan yang dilakukan masyarakat pada hari-hari tertentu setelah seseorang meninggal dunia merupakan perbuatan yang tidak ada dasarnya didalam islam.
Karena dan tidak jarang hal itu memberatkan dan membebankan keluarga si mayit jika mereka termasuk golongan orang-orang yang tidak mampu.
Adapun tentang doa bersama bagi seorang yang sudah meninggal yaitu seseorang berdoa sedangkan yang lainnya mengaminkan maka tidaklah mengapa meskipun yang lebih utama adalah berdoa dengan sendiri-sendiri.
Imam Muslim meriwayatkan dari Utsman bin 'Affan, ia berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam apabila telah selesai dari menguburkan mayit beliau berkata: "Mintakanlah ampunan untuk saudara kalian, dan mohonkanlah keteguhan untuknya, karena sesungguhnya sekarang ia sedang ditanya."
Firman Allah swt :
وَالَّذِينَ جَاؤُوا مِن بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
Arti)nya : "Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb Kami, beri ampunlah Kami dan saudara-saudara Kami yang telah beriman lebih dulu dari Kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati Kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb Kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang." (QS. Al Hasyr : 10)
Imam Nawawi mengatakan, "Doa, pahalanya akan sampai kepada si mayit demikian pula sedekahnya dan keduanya sudah menjadi kesepakatan para ulama."
Sedangkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hirairoh bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,"Apabila anak Adam meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga hal : dari sedekah jariyah atau ilmu yang bermanfaat atau anak sholeh yang mendoakannya." tidaklah menutupi diterimanya doa seseorang bagi seorang yang sudah meninggal dunia oleh Allah swt meskipun orang yang mendoakannya itu bukanlah anak kandungnya karena yang dimaksud dengan terputus amalnya adalah amal si mayit.
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Ad Darda' dia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) yang tidak hadir dihadapannya, melainkan malaikat akan mendoakannya pula: 'Dan bagimu kebaikan yang sama.'
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,"Barangsiapa yang memohonkan ampunan bagi orang-orang beriman laki-laki maupun perempuan maka Allah menuliskan baginya dari setiap orang beriman laki dan perempuan (yang didoakannya) itu satu kebaikan." (HR. ath Thabrani, al Haitsami mengatakan sanadnya baik. Syeikh al Albani menghasankan hadits ini)
Kesimpulan
Dan ayat An-Najm bahwa seseorang memang memperoleh kecuali apa yg ia usahakan. Dosa dan pahala adalah hasil perbuatan simayit ketika hidup didunia. Jadi mengirim pahala baca qur'an dan sedekah supaya menambah catatan amal simayit adalah bertentangan dengan ayat diatas.
Dan doa kaum muslimin memintakan ampunan kepada Allah agar dosa-dosa simayit dapat dikurangi dicatatan amal diakhirat sana. Hal itu tidak bertentangan karena yang dimaksud ayat 'tidak memperoleh apa2 kecuali apa yang dia usahakan' adalah pahala dan dosa.
Bukan termasuk didalamnya doa kaum muslimin, karena doa kita disana tidak menambah catatan pahala amal kebaikan simayit tetapi kita hanya memohon kepada Allah agar menjamin keselamatan dan ampunan bagi simayit.
Wallahu A'lam
Editor :
M alie marzen
Penerbit:
www.ashabul-muslimin.tk
Refrensi :
berbagai sumber.