"Ungkapan pemikiran sederhana untuk pembenahan diri"

Sabtu, 25 Juni 2016

Segerakan beramal


Oleh Imam Nawawi

Dalam kitab Ihya' Ulumuddin, Imam Ghazali menukil ungkapan Al-Mandzir, "Aku mendengar Malik bin Dinar berkata kepada dirinya, 'Celakalah kamu. Bersegeralah sebelum urusan datang kepadamu. Celakalah kamu. Bersegeralah sebelum urusan datang kepadamu.' Sehingga, ia mengulangi yang demikian itu sampai 60 kali yang aku dengarnya dan ia tidak melihatku."
Tindakan Malik bin Dinar tentu didorong oleh pemahaman yang kuat terhadap perintah Allah Ta'ala agar bersegera dalam beramal (QS Ali Imran: 133-134 dan QS al-Hadid: 21). Kata "segera" berarti tidak bisa dipisahkan dari waktu.  

Ibn Al-Jauzi dalam bukunya Shaid Al-Khatir mengatakan, "Seorang manusia mesti mengetahui nilai dan kedudukan waktu agar ia tak menyia-nyiakan sesaat pun darinya untuk sesuatu yang tak bisa mendekatkan diri kepada Allah." 

Pemahaman mendalam terhadap nilai dan kedudukan waktu menjadikan ulama terdahulu amat selektif dalam memanfaatkan nikmat yang menurut Rasulullah kebanyakan manusia tertipu, yakni waktu. Fudhail bin Iyadh berkata, "Aku kenal orang yang menghitung perkataannya dari minggu ke minggu." 

Kemudian ada Dawud al-Tha'i, meski sedang membuat adonan roti, lisannya tak pernah kering dari ayat-ayat Alquran. "Antara membuat adonan dan makan roti aku telah berhasil membaca 50 ayat."

Suatu hari seseorang berkata kepada Amir bin Abd Qais (55 H), murid dari Abu Musa al-Asy'ari, "Berhentilah, aku ingin berbicara kepada Anda!" Amir bin Abd Qais pun menjawab, "Coba hentikan matahari."

Sikap Amir bin Abd Qais itu menunjukkan bahwa dirinya telah menetapkan beragam amal di setiap pergantian waktu sehingga menjadi tidak mungkin dirinya meluangkan waktu kepada orang yang secara tiba-tiba memintanya untuk berhenti tanpa niat dan tujuan yang jelas.

(Republika)

Share:

Jumat, 24 Juni 2016

syair islam : hidup murah yang mahal itu gengsinya




hidup ini murah, yang mahal gengsinya
anda makan direstoran mahal
orang lain makan di warung pinggir jalan
rasanya sama, makanannya pun sama
nasi yang ada lauk pauknya
keluarnya juga sama
jadi kotoran yang tidak enak baunya
jadi kenapa anda merasa lebih nyaman direstoran
yang mahal harganya
yang kaya raya pemiliknya
apakah semua itu timbul dari rasa gengsi diri
yang tidak peka kehidupan sosialisasi
andai anda membeli makan diwarung pinggir jalan
itu sama saja anda bersedekah kepada orang kecil
yang belum tentu kehidupannya seenak anda
yang hidupnya pas-pasan
yang berjuang untuk keluarga demi sesuap nasi
untuk biaya pendidikan anaknya
demi masa depan nanti

anda beli baju di mall
orang lain beli baju dipinggir jalan
bahannya sama kain, dipakai rasanya juga sama
merknya kadang juga sama
tapi berbeda soal harga
anda mungkin lebih baik menyumbang untuk klongo merat
daripada membeli dagangan orang melarat
yang nasib hidupnya hampir sekarat
berjuang demi keluarga
berjuang mencari harta
agar bisa hidup normal
seperti manusia lainnya

anda tamasya keluar negri
dan berhaji berkali-kali
supaya terkesan mewah bergensi
tapi anda tak pernah berpikir
banyak anak jalanan yang berjuang
antara hidup dan mati
demi sesuap nasi
demi mempertahankan hidup
yang sementara ini

banyak pula anak yatim piatu
yang sudah tak punya orang tua
untuk menanggung hidup mereka
terkadang banyak pula diantaranya,
jadi pengemis dan gelandangan

mampukah anda orang kaya melihat sekitarnya
dapatkah anda orang kaya menyadari
hidup anda selalu diatas mereka
dan bisakah anda orang  kaya
mensyukuri keadaan anda
dengan mendermakan sebagian rezeki
demi senyuman kecil diwajah mereka

lebih baik punya satu kendaraan tapi bermanfaat
untuk menemani aktivitas sehari-hari
daripada punya banyak mobil ferrari
harga miliaran tak terhitung lagi
tapi hanya terparkir digarasi
apakah orang seperti ini
cuman sekedar menuruti gengsi
atau cuman jadi budak nafsu duniawi

apakah ia tidak pernah berfikir
segala yang ia punya bakal binasa
kenapa tidak pernah berfikir
kelebihan harta untuk investasi ahirat saja
ia gunakan untuk menyantuni anak yatim
dan membantu fakir miskin
itu justru akan membuat ia lebih bahagia
didunia dan ahiratnya
sementara keadaan ia sebaliknya
semakin kaya semakin dibudak dunia
semakin kaya ia hamburkan hartanya
tapi kenapa ia merasa
hidup ia tak pernah bahagia
merasa sendiri dan selalu merana
seakan akan dikejar kejar musuh
itulah dunia semakin dituruti
semakin menuntut orangnya
sehingga ia stress lupa diri
tidak jarang orang kaya
ahir kematiannya bunuh diri
sungguh kita berlindung kepada Allah
kepada yang demikian
supaya selamat diahirat nanti


BY : M.A Samaaun
(pembina dan admin Ashabul Muslimin)
Share:

syair islam : hidup murah yang mahal itu gengsinya




hidup ini murah, yang mahal gengsinya
anda makan direstoran mahal
orang lain makan di warung pinggir jalan
rasanya sama, makanannya pun sama
nasi yang ada lauk pauknya
keluarnya juga sama
jadi kotoran yang tidak enak baunya
jadi kenapa anda merasa lebih nyaman direstoran
yang mahal harganya
yang kaya raya pemiliknya
apakah semua itu timbul dari rasa gengsi diri
yang tidak peka kehidupan sosialisasi
andai anda membeli makan diwarung pinggir jalan
itu sama saja anda bersedekah kepada orang kecil
yang belum tentu kehidupannya seenak anda
yang hidupnya pas-pasan
yang berjuang untuk keluarga demi sesuap nasi
untuk biaya pendidikan anaknya
demi masa depan nanti

anda beli baju di mall
orang lain beli baju dipinggir jalan
bahannya sama kain, dipakai rasanya juga sama
merknya kadang juga sama
tapi berbeda soal harga
anda mungkin lebih baik menyumbang untuk klongo merat
daripada membeli dagangan orang melarat
yang nasib hidupnya hampir sekarat
berjuang demi keluarga
berjuang mencari harta
agar bisa hidup normal
seperti manusia lainnya

anda tamasya keluar negri
dan berhaji berkali-kali
supaya terkesan mewah bergensi
tapi anda tak pernah berpikir
banyak anak jalanan yang berjuang
antara hidup dan mati
demi sesuap nasi
demi mempertahankan hidup
yang sementara ini

banyak pula anak yatim piatu
yang sudah tak punya orang tua
untuk menanggung hidup mereka
terkadang banyak pula diantaranya,
jadi pengemis dan gelandangan

mampukah anda orang kaya melihat sekitarnya
dapatkah anda orang kaya menyadari
hidup anda selalu diatas mereka
dan bisakah anda orang  kaya
mensyukuri keadaan anda
dengan mendermakan sebagian rezeki
demi senyuman kecil diwajah mereka

lebih baik punya satu kendaraan tapi bermanfaat
untuk menemani aktivitas sehari-hari
daripada punya banyak mobil ferrari
harga miliaran tak terhitung lagi
tapi hanya terparkir digarasi
apakah orang seperti ini
cuman sekedar menuruti gengsi
atau cuman jadi budak nafsu duniawi

apakah ia tidak pernah berfikir
segala yang ia punya bakal binasa
kenapa tidak pernah berfikir
kelebihan harta untuk investasi ahirat saja
ia gunakan untuk menyantuni anak yatim
dan membantu fakir miskin
itu justru akan membuat ia lebih bahagia
didunia dan ahiratnya
sementara keadaan ia sebaliknya
semakin kaya semakin dibudak dunia
semakin kaya ia hamburkan hartanya
tapi kenapa ia merasa
hidup ia tak pernah bahagia
merasa sendiri dan selalu merana
seakan akan dikejar kejar musuh
itulah dunia semakin dituruti
semakin menuntut orangnya
sehingga ia stress lupa diri
tidak jarang orang kaya
ahir kematiannya bunuh diri
sungguh kita berlindung kepada Allah
kepada yang demikian
supaya selamat diahirat nanti


BY : M.A Samaaun
(pembina dan admin Ashabul Muslimin)
Share:

SEBUAH KETELADANAN ZUHUD DARI RASULULLAH SAW


SEBUAH KETELADANAN ZUHUD DARI RASULULLAH SAW




Oleh : M.A. Samaaun


Ternyata problem rumah tangga tidak hanya dihadapi orang awam pada umumnya saja, karena Rasulullah saw juga merasakan yang sama dengan kita yang kadang berselisih dengan istri kita.  Suatu ketika karena ada suatu permasalahan, Nabi Muhammad SAW telah bersumpah akan berpisah dengan istri-istrinya selama satu bulan sebagai peringatan bagi mereka. Selama sebulan beliau tinggal seorang diri dalam sebuah kamar sederhana yang letaknya agak tinggi.


Hal ini kemudian tersebar kepada kalangan sahabat nabi saw dan muncul desas desus Nabi saw telah menceraikan semua istrinya padahal hanya ingin menjauhi mereka selama sebulan saja. Ketika Umar bin Khathab mendengar kabar ini, segera ia berlari ke masjid. Setiba di sana, dia melihat para sahabat sedang duduk termenung, mereka juga bersedih dan menangis. Kaum wanita juga menangis di rumah-rumah mereka. Kemudian, Umar pergi menemui putrinya, Hafsah yang telah dinikahi Nabi. Umar mendapati Hafsah sedang menangis di kamarnya.


Ia bertanya kepada anaknya yang bernama Hafsah, salah satu istri Rasulullah saw "Mengapa engkau menangis? Bukankah selama ini saya telah melarangmu agar jangan melakukan sesuatu yang dapat menyinggung perasaan Nabi?" Hafsah tak menjawab apa-apa, ia terus menangis. Umar kembali ke masjid. Terlihat olehnya beberapa orang sahabat sedang menangis di mimbar. Kemudian, ia duduk bersama para sahabat, lalu ia berjalan ke arah kamar Nabi Muhammad yang terletak di tingkat atas masjid.


Umar kemudian bertemu Rabah dan dia minta izin untuk menemui Nabi. Rabah menghampiri Nabi dan memberitahukan bahwa dia telah menyampaikan pesan Umar apakah bisa menemuia beliau. Tapi, Nabi hanya diam tanpa menjawab pertanyaannya. Permintaan untuk menjumpai Nabi diulang. Baru setelah permintaan yang ketiga kalinya, Nabi Muhammad mengizinkan Umar naik ke atas. Ketika Umar masuk, dia menjumpai Nabi sedang berbaring di atas sehelai tikar yang terbuat dari pelepah daun kurma. Terlihat jelas bekas daun kurma pada badan Nabi yang putih bersih. Di tempat kepala beliau ada sebuah bantal yang terbuat dari kulit binatang yang dipenuhi oleh daun dan kulit pohon kurma.


Selepas mengucapkan salam kepada beliau, Umar bertanya, "Apakah engkau telah menceraikan istri-istri engkau, ya Rasulullah?" Nabi menjawab, "Tidak." Umar sedikit lega, sambil bercanda untuk menghibur Nabi saw  ia mengatakan, "Ya Rasulullah, kita adalah kaum Quraisy yang selamanya telah membuat patuh wanita-wanita kita. Tetapi, setelah hijrah ke Madinah, keadaannya sungguh berbeda dengan orang Anshar. Mereka telah justru dikuasai kehendaknya oleh  wanita-wanita mereka, sehingga wanita-wanita kita terpengaruh dengan kebiasaan mereka."


Nabi SAW tersenyum mendengar perkataan Umar. Umar lalu memperhatikan keadaan kamar Nabi. Terlihat tiga lembar kulit binatang yang telah disamak dan sedikit gandum di sudut kamar itu, selain itu tidak terdapat apa pun. Umar menangis sampai senggukan melihat keadaan Nabi yang seperti itu. Tiba-tiba Rasulullah bertanya kepada Umar, "Mengapa engkau menangis?"


"Bagaimana saya tidak menangis, ya Rasululah. Saya sedih melihat bekas tanda tikar yang engkau tiduri di badan engkau yang mulia dan saya prihatin melihat keadaan kamar ini. Semoga Allah mengkaruniakan kepada engkau  bekal yang lebih banyak," jawab Umar. Ia mengatakan, orang-orang Persia dan Romawi yang tidak beragama dan tidak menyembah Allah, raja mereka hidup mewah. Mereka hidup dikelilingi taman yang di tengahnya mengalir sungai, sedangkan Rasul, hidup dalam keadaan sangat miskin.


Mendengar jawaban Umar, Rasulullah berkata, "Wahai Umar, sepertinya engkau masih ragu mengenai hal ini. Dengarlah, kenikmatan di alam akhirat tentu akan lebih baik daripada kesenangan hidup dan kemewahan di dunia ini."


Beliau menambahkan, jika orang-orang kafir itu dapat hidup mewah di dunia ini, umat Islam pun akan memperoleh segala kenikmatan tersebut di akhirat nanti. Di sana, kita akan mendapatkan segala-galanya. Mendengar sabda Nabi, Umar menyesal. Lalu, ia berkata, "Ya Rasulullah, memohonlah ampun kepada Allah SWT untuk saya. Saya telah bersalah dalam hal ini."



Amanat / Hikmah dari kisah Rasulullah saw



- Zuhud adalah salah satu akhlaq terpuji yang patut kita contoh dalam kehidupan kita karena dengan sifat zuhud kita mampu membersihkan diri kita dari kotoran duniawi yang melenakan hati dari mengingat datangnya mati.



- Begitulah wujud kecintaan para sahabat Nabi saw, ketika nabi saw mengalami suatu masalah mereka pun ikut bersedih, seakan-akan merasakan apa yang Rasulullah saw rasakan, dalam suatu hadits pernah disebutkan, kecintaan kepada Allah dan RasulNya bisa memasukkan kedalam surga walau amal tak seberapa, karena sabda nabi saw sesungguhnya seseorang bersama orang yang dicintainya diahirat nanti?.



- Dan sekedar amanat dan nasehat untuk kita tentang zuhud kepada dunia sangat penting, bayangkan kita semua pasti ingin bergelimang harta bukan? dan hidup mewah dan enak didunia tanpa merasa menderita dan ahiratpun ingin masuk surga? siapa pun pasti juga mau yang seperti ini tapi apakah kita tidak berfikir? Rasulullah saw saja yang PASTI masuk surga kehidupannya sedemikian sederhana apa adanya, tidak pernah membanggakan harta, semua hartanya kadang ia sedekahkan. Lihatlah tempat alas tidur rasul saw dari pelepah daun kurma dan dedaunan kering? sementara kita beralas tidur mewah spring bed, tidur sampai ngiler lupa waktu sholat. memanglah kenikmatan dunia selalu membuat orang lupa



- kita patut menangisi kenaifan diri kita yang terlalu berharap masuk surga sementara kita sendiri masih mencintai dunia, padahal semakin manusia cinta dunia semakin ia lupa ahirat, hidup manusia kalau sudah cinta dunia ia hanya ingin hidup serba mewah bak raja segala kehidupannya terpenuhi apa yang ia inginkan tercapai tapi manusia akan tertutup mata hatinya ia akan menjadi sombong, angkuh dan semakin kaya semakin pelit, itulah rumus kehidupan dunia "semakin manusia kaya, semakin tumbuh sifat pelit dalam dirinya, karena semakin ia banyak harta semakin manusia mencintainya tak ingin sedikitpun kehilangan hartanya,"



- Hidup Manusia yang bergelimang harta, segala kehidupannya terpenuhi lahir dari keluarga terpandang, dikaruniai fisik yang sempurna terkadang membuat ia lupa diri, bangga diri dan tidak peka terhadap orang lain yang kehidupannya jauh lebih buruk daripada dia, yang hidupnya terlunta-lunta, terkadang untuk makan sehari-hari pun belum tentu ada. sehingga manusia macam ini jika tidak mempunyai ilmu agama yang cukup adalah semakin kaya semakin tidak bersyukur, semakin tidak peduli keadaan sosial, semakin angkuh, bangga diri lupa mati, tidak mau sedekah apalagi berzakat, akibatnya semua hartanya hanya akan jadi timah panas yang membakarnya dineraka.



- mungkin sebagai gambaran contoh kecil saja adalah kehidupan artis sinetron yang mengajarkan kehidupan glamour, berumah mewah bermobil mewah, punya istri cantik, kerjanya enak ngantor duduk pakai dasi, gaji gede, itulah yang diajarkan panutan sesat televisi jaman sekarang mengilusi penontonnya sehingga jadi pendamba dunia, dikibuli oleh angan-angan kosong, sehingga lupa bahwa hidup ini sementara, padahal kita harus memperjuangkan hidup ini mati-matian dengan cara yang halal dan pasti penuh rintangan onad duri ujian dan cobaan, jika ingin sukses dunia dan ahirat.



- Kemudian ada yang bertanya dan beranggapan salah, apakah kalau begitu umat islam itu tidak boleh kaya? tentu saja sangat boleh, karena sahabat Nabi saw yang bernama abdurrohman bin auf adalah salah satu contohnya, kaya tapi beriman ia gunakan sebagian besar kekayaannya untuk berjuang dijalan Allah SWT, bukan untuk bermegah-megahan didunia sambil membanggakan diri menghina orang miskin, gemar mencari pujian dan penghormatan dan sebagainya.



- Seperti kata ulama terkenal "Zuhud bukan berarti kita tidak memiliki apa-apa, tapi zuhud adalah kita tidak dikuasai oleh apa yang kita punya". maksudnya adalah kita boleh memiliki banyak harta tetapi jangan sampai kita dibuat lupa olehnya sehingga lalai akan aturan agama, hidup didunia ini sementara, seperti orang berteduh di perjalanan jauh, cuman singgah saja, kalaupun mati semua yang kita punya, Istri, anak, harta kekayaan, pangkat jabatan semuanya tak ada yang menemani perjalanan kita menuju alam barzah yang sangat gelap dan dingin, yang menemani adalah amal perbuatan kita selama hidup didunia.



 Kebanyakan orang sukses adalah yang masa mudanya prihatin, orang lain sibuk hura-hura ia sibuk belajar, orang lain sibuk menikmati masa muda masa yaitu masa paling indah untuk pacaran, nongkrong, dan perbuatan mudorot lainnya ia gunakan untuk belajar agama , orang lain sibuk dengan mainan mereka chatingan lewat hape android pake bbm dan sebagainya ia sibukkkan diri membantu pekerjaan orang tua. wahai saudaraku para remaja, sukses itu tidak hanya berarti kita bergelimang harta, tapi sukses itu bisa diartikan juga kita menjadi pribadi yang dewasa dan punya sifat kemandirian yang dewasa, mampu menyikapi segala hal dengan akal yang berwawasan luas. sehingga segala sesuatu akan ia serahkan kepada Allah sang pemiliki solusi dan masalah. berbeda dengan orang yang belum pernah belajar zuhud sejak masa muda ketika masalah rumah tangga melanda ia melarikan diri kepada miras, main perempuan, berjudi, hura-hura,narkoba dan sebagainya yang semua itu akan membinasakan dia diahir kehidupannya.



Terahir nasihat kepada para pemuda supaya berlatih zuhud sedari sekarang supaya masa tua nanti kita jadi orang yang punya bekal untuk menamengi diri dari godaan dunia, belajarlah dengan tekun, jangan ikutan gengsi teman-temanmu yang bersekolah harus naik motor atau diantar pakai mobil lebih baik jalan kaki dan bersepeda selain sehat juga melatih mental kita menumbuhkan rasa prihatin sejak dini. berlatih menabung, hemat tidak boros-borosan dalam membelanjakan uang saku juga termasuk perilaku menumbuhkan sifat zuhud. seorang pelajar yang tidak punya rasa zuhud sedikitpun dalam hatinya ia tidak akan mampu mensyukuri apa yang ia beri dari orang tua, semisal minta tambahan uang saku, menuntut beli ini beli itu dan sebagainya. kasihan orang tua kita apalagi jika orang tua kita termasuk keluarga tidak mampu apakah itu tidak sama saja dengan mencekik leher orang tuamu? bayangkanlah ketika kamu nanti jadi orang tua dan anakmu bukan anak yang pandai bersyukur dan suka menuntut apakah itu tidak menyakiti hati orang tuamu?


Refrensi : Koran Republika

Share:

Kamis, 16 Juni 2016

Tentang kalimat, "Dunia itu kebun akhirat".

Apakah kalimat ini hadits?
الدنيا مزرعة الاخرة

Jawaban:
ونقل عن السخاوي أنه قال: لم أقف عليه. وذكر الملا علي القاري أن معناه صحيح يقتبس من قوله تعالى: مَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الْآخِرَةِ نَزِدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ {الشورى:20}.

diriwayatkan bahwa Imam as-Sakhawi berkata:
"Saya tidak menemukannya (sebagai hadits)".
Imam al-Mulla 'Ali al-Qari berkata:
"Maknanya shahih. Terinspirasi dari firman Allah Swt, "Siapa yang menginginkan kebun akhirat, maka Kami tambah kebunnya". (Qs. as-Syura: 20).
Share:

Siswi kelas 3 sd hamil dicabuli bapaknya.. Kelas 3 sd brooo

Polsek Seputihmataram, Lampung Tengah, menangkap Jaswadi (38), warga Kecamatan Bandarmataram, karena mencabuli anak kandungnyasendiri (sebut saja bunga) yang masih duduk di bangku kelas 3 sekolah dasar (SD). Akibat perbuatan bejat Jaswadi, anak kandungnya itu kini hamil lima bulan.Kapolsek Seputihmataram AKP Edi Qorinas, SH menjelaskan, pencabulan tersebut dilakukan oleh pelaku pada September 2015 lalu di kediamannya. Tepatnya pada pukul 21.00 WIB, pelaku menyetubuhi anaknya di kamarnya sendiri.Lalu, kedua hingga ke empat kalinyadi semak-semak kebun singkong di dekat rumah. Untuk kesekian kalinyapelaku terus mencabuli anaknya di rumahnya saat istri dan anaknya yang kecil tidak berada di rumah. Pelaku juga mengancam korban agar tidak melapor kepada ibunya atau orang lain atas perbuatan bejatnya itu"Terungkapnya pencabulan itu setelah sang anak mengeluh sakit perut kepada gurunya di sekolah. Setelah itu ia diantar berobat ke rumah bidan terdekat. Namun setelah diperiksa ternyata anak itu hamil lima bulan," ujar Kapolsek Edi kepada jejamo.com, Rabu, 3/2/2016.Ia melanjutkan, mendengar anak didiknya yang masih bocah hamil, guru tersebut kaget dan menyerahkan bunga ke keluarganya. Namun, ayah kandung siswa itu Jaswadi, justru marah  mendengar kabar anaknya hamil. Ia bahkan kalap dan mengambil senjata tajam jenis keris untuk menusuk anaknya.Beruntung saat Jaswadi hendak menghujamkan keris ke anak kandungnya itu ada saudara yang menarik korban ke belakang. Keris tersebut justru menusuk Jaswadi sendiri pada bagian perutnya.  Jaswadi kemudian di bawa ke RSU Demang Sepulau Raya, Gunung Sugih, dengan penjagaan ketat dari aparat Polsek Seputihmataram."Akibat perbuatan bejatnya pelaku dijerat Pasal 81 dan 82 UU RI Nomor 35 tahun 2014, tentang perubahan atas UU RI No.23 tahun 2002. Pelaku diancam 15 tahun penjara," tegasnya.(*)Laporan Raeza Handani,

Share:

Jumat, 10 Juni 2016

Shalat Witir 2 : 1, adakah dalilnya?




عن ابن عمر رضي الله عنهما أنه كان يفصل بين شفعه ووتره بتسليمة ، وأخبر أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يفعل ذلك . قال الحافظ في الفتح (2/482) : إسناده قوي .
Abdullah ibn Umar memisahkan antara 2 rakaat (syaf’) dan 1 rakaat witir, masing-masing satu salam. Abdulah ibn Umar memberitahukan bahwa Rasulullah Saw melakukan seperti itu.
Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani berkata,  “Sanadnya kuat”.
Syaikh  Muhammad Shalih al-Munajjid berkata,
وهذا الحديث يدل على أن المراد بالشفع الركعتان قبل ركعة الوتر .
Hadits ini menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan syaf’ adalah shalat 2 rakaat sebelum shalat witir 1 rakaat.

Adapun shalat witir 3 rakaat 1 salam:
ما رواه الحاكم من حديث عائشة أنه كان - صلى الله عليه وسلم - يوتر بثلاث لا يقعد إلا في آخرهن . وروى النسائي من حديث أبي بن كعب نحوه ، ولفظه يوتر بسبح اسم ربك الأعلى وقل يا أيها الكافرون وقل هو الله أحد ولا يسلم إلا في آخرهن
Rasulullah Saw shalat witir 3 rakaat, beliau duduk tasyahud hanya di akhir saja”.
Riwayat al-Hakim dari Aisyah.
Rasulullah Saw shalat Witir 3 rakaat. Rakaat pertama membaca surat al-A’la. Rakaat kedua membaca al-Kafirun. Rakaat ketiga membaca al-Ikhlas.
Salam pada rakaat terakhir saja (satu kali tasyahud)
Share:

Shalat Sunnat Lagi Setelah Witir, bolehkan ?




مسلم من طريق أبي سلمة عن عائشة أنه - صلى الله عليه وسلم - كان يصلي ركعتين بعد الوتر وهو جالس
“Rasulullah Saw shalat dua rakaat setelah Witir. Beliau shalat dalam keadaan duduk”.
Hadits riwayat Muslim, dari Aisyah ra.
Makna hadits ini menurut Imam an-Nawawi:
وحمله النووي على أنه - صلى الله عليه وسلم - فعله لبيان جواز التنفل بعد الوتر وجواز التنفل جالسا
Boleh shalat sunnat lagi setelah shalat Witir.
Boleh shalat sunnat dalam keadaan duduk.
Share:

Kamis, 09 Juni 2016

Nasehat Islam : Hikmah diciptakan sakit


Sakit itu zikrullah. Mereka yang menderitanya akan lebih sering dan syahdu menyebut Asma Allah dibanding ketika dalam sehatnya.

Sakit itu istighfar. Dosa-dosa akan mudah teringat, jika datang sakit. Sehingga lisan terbimbing untuk mohon ampun. Sakit itu tauhid. Bukankah saat sedang hebat rasa sakit, kalimat thoyyibat yang akan terus digetar?

Sakit itu muhasabah. Dia yang sakit akan punya lebih banyak waktu untuk merenungi diri dalam sepi, menghitung-hitung bekal kembali. Sakit itu jihad. Dia yang sakit tak boleh menyerah kalah; diwajibkan terus berikhtiar, berjuang demi kesembuhannya.

sakit itu ilmu. Bukankah ketika sakit, dia akan memeriksa, berkonsultasi dan pada akhirnya merawat diri untuk berikutnya ada ilmu untuk tidak mudah kena sakit.

Sakit itu nasihat. Yang sakit mengingatkan si sehat untuk jaga diri. Yang sehat hibur si sakit agar mau bersabar. Allah cinta dan sayang keduanya.

Sakit itu silaturrahim. Saat jenguk, bukankah keluarga yang jarang datang akhirnya datang membesuk, penuh senyum dan rindu mesra? Karena itu pula sakit adalah perekat ukhuwah.

Sakit itu gugur dosa. Barang haram tercelup di tubuh dilarutkan di dunia, anggota badan yang sakit dinyerikan dan dicuci-Nya. Sakit itu mustajab doa. Imam As-Suyuthi keliling kota mencari orang sakit lalu minta didoaka oleh mereka.

Sakit itu salah satu keadaan yang menyulitkan syaitan; diajak maksiat tak mampu-tak mau; dosa lalu malah disesali kemudian diampuni.

Sakit itu membuat sedikit tertawa dan banyak menangis; satu sikap keinsyafan yang disukai Nabi dan para makhluk langit.

Sakit meningkatkan kualitas ibadah; rukuk-sujud lebh khusyuk, tasbih-istighfar lebih sering, tahiyyat-doa jadi lebih lama.

Sakit itu memperbaiki akhlak; kesombongan terkikis, sifat tamak dipaksa tunduk, pribadi dibiasakan santun, lembut dan tawadhu.

Dan pada akhirnya sakit membawa kita untuk selalu ingat mati. Mengingat mati dan bersiap amal untuk menyambutnya, adalah pendongkrak derajat ketaqwaan. Karena itu mulailah belajar untuk tetap tersenyum dengan sakit.

(Ashabul Muslimin)
Share:

Nasehat Islam : Hikmah diciptakan sakit


Sakit itu zikrullah. Mereka yang menderitanya akan lebih sering dan syahdu menyebut Asma Allah dibanding ketika dalam sehatnya.

Sakit itu istighfar. Dosa-dosa akan mudah teringat, jika datang sakit. Sehingga lisan terbimbing untuk mohon ampun. Sakit itu tauhid. Bukankah saat sedang hebat rasa sakit, kalimat thoyyibat yang akan terus digetar?

Sakit itu muhasabah. Dia yang sakit akan punya lebih banyak waktu untuk merenungi diri dalam sepi, menghitung-hitung bekal kembali. Sakit itu jihad. Dia yang sakit tak boleh menyerah kalah; diwajibkan terus berikhtiar, berjuang demi kesembuhannya.

sakit itu ilmu. Bukankah ketika sakit, dia akan memeriksa, berkonsultasi dan pada akhirnya merawat diri untuk berikutnya ada ilmu untuk tidak mudah kena sakit.

Sakit itu nasihat. Yang sakit mengingatkan si sehat untuk jaga diri. Yang sehat hibur si sakit agar mau bersabar. Allah cinta dan sayang keduanya.

Sakit itu silaturrahim. Saat jenguk, bukankah keluarga yang jarang datang akhirnya datang membesuk, penuh senyum dan rindu mesra? Karena itu pula sakit adalah perekat ukhuwah.

Sakit itu gugur dosa. Barang haram tercelup di tubuh dilarutkan di dunia, anggota badan yang sakit dinyerikan dan dicuci-Nya. Sakit itu mustajab doa. Imam As-Suyuthi keliling kota mencari orang sakit lalu minta didoaka oleh mereka.

Sakit itu salah satu keadaan yang menyulitkan syaitan; diajak maksiat tak mampu-tak mau; dosa lalu malah disesali kemudian diampuni.

Sakit itu membuat sedikit tertawa dan banyak menangis; satu sikap keinsyafan yang disukai Nabi dan para makhluk langit.

Sakit meningkatkan kualitas ibadah; rukuk-sujud lebh khusyuk, tasbih-istighfar lebih sering, tahiyyat-doa jadi lebih lama.

Sakit itu memperbaiki akhlak; kesombongan terkikis, sifat tamak dipaksa tunduk, pribadi dibiasakan santun, lembut dan tawadhu.

Dan pada akhirnya sakit membawa kita untuk selalu ingat mati. Mengingat mati dan bersiap amal untuk menyambutnya, adalah pendongkrak derajat ketaqwaan. Karena itu mulailah belajar untuk tetap tersenyum dengan sakit.

(Ashabul Muslimin)
Share:

Ali Bin Abi Thalib ra. Superhero sejati

Kafir Makkah sedang memeras otak. Abu Jahal, Utbah, Syaibah, Abu
Sufyan, Jabir bin Muth'im, Abu Bukhturi, Abu Aswad, Hakim bin Hizam,
Umayah bin Khalaf, dan sejumlah dedengkot kafir lain bersidang untuk
mengatasi Rasulullah. Abu Bukhturi mengusulkan agar Rasulullah
dirantai dan dibui. Abu Aswad menyarankan agar Rasulullah diusir saja
dari Makkah.

Semua usulan itu kandas di ruang sidang. Kesepakatan baru didapat dari
ide dedengkot utama, Abu Jahal. Menurutnya, harus dikumpulkan
pemuda-pemuda pemberani dari setiap kabilah. Mereka lalu dipersenjatai
dan ditugasi untuk mengepung rumah Rasulullah di malam hari, dan
mengeroyok beliau sampai mati. Dengan begitu, Bani Hasyim tidak akan
mungkin menuntut balas kepada seluruh kabilah.

Keputusan diketuk. Masing-masing pihak bekerja sesuai tugas. Tetapi,
Jibril segera kirim kabar dan memerintahkan Rasulullah untuk hijrah.
Sebagian sahabat masih berada di Habasyah dan sebagian lain sudah
hijrah ke Madinah. Yang tersisa di Makkah tinggal Rasulullah, Abu
Bakar As-Shiddiq, dan Ali bin Abu Thalib.

Situasi malam itu sungguh mencekam. Berpuluh pemuda utusan kaum kafir
Makkah mengintai kamar Rasulullah. Mereka mondar-mandir di depan pintu
rumah, bersiap melakukan penyerangan sekiranya beliau keluar rumah.
Rasulullah sendiri tidur ditemani Abu Bakar As-Shiddiq dan Ali bin Abu
Thalib.

Tepat tengah malam, beliau keluar bersama Abu Bakar, berangkat ke
Madinah. Untuk mengelabui musuh, Rasulullah lantas meminta Ali untuk
tidur di ranjang beliau. Kepadanya, beliau juga berpesan agar
memulangkan semua barang yang selama ini diamanahkan kepada beliau.
Subhanallah. Ali patuh tanpa syarat. Padahal dia sadar bahwa nyawanya
sedang menjadi taruhan.

Boleh jadi tidak ada orang tua yang merelakan anaknya menyongsong
bahaya. Tetapi Rasulullah jelas tidak hendak menjerumuskan putra asuh
kesayangannya itu ke dalam maut. Meminta Ali untuk tidur di ranjang
maut itu, beliau justru menanamkan jiwa kesatria kepadanya. Rasulullah
pasti sudah berhitung bahwa Ali pasti selamat. Faktanya, tiga hari
pasca peristiwa, pemuda 22 tahun itu menyusul Rasulullah ke Madinah.

Ali memang pemuda pilihan. Selain cerdas, keberaniannya tidak
tertandingkan. Dalam usia belia, dia bahkan rela menjadi tebusan nyawa
Rasulullah. Keberanian dan kegeniusan itu pasti hasil pendidikan
Rasulullah. Kelak, sejarah mencatat Ali sebagai tokoh Islam garda
depan. Masuk Islam usia 8 tahun, dan hatinya telah dipenuhi keindahan
Al-Qur'an sejak usia 10 tahun. Pantas dia berjuluk Kota Ilmu.

"Dialah putra Ka'bah yang suci, asuhan wahyu yang mulia, panglima
kebebasan, pembela keadilan, penggenggam ketakwaan, orator andal,
pejuang gagah berani, dan tidak memiliki seekor unta pun untuk
mengarungi lautan pasir mengerikan yang membentang antara Makkah dan
Madinah," tulis Ali Syariati dalam salah satu karyanya. Hasan Al-Basri
juga menyatakan, "Ali telah mencurahkan tekad, ilmu, dan amal kepada
Al-Qur'an. Baginya, Al-Qur'an ibarat kebun-kebun yang indah dan
tanda-tanda yang jelas."

Pendekar Jihad
Rasulullah telah berhasil mendidik Ali sebagai pribadi mulia. Dia
cerdas namun santun, pemberani tetapi rendah hati, tegas sekaligus
bijak, miskin nan dermawan. Tidak heran, dia mampu memenangi
'persaingan' dengan Abu Bakar dan Umar bin Khattab untuk memperistri
putri Rasulullah tercinta, Fatimah Az-Zahrah.

Dialah pendekar jihad yang membuat musuh-musuh Islam lari tunggang
langgang. Kependekaran Ali di medan juang bisa dibuktikan, misalnya,
dalam Perang Khaibar (629 M). Ketika itu, benteng Yahudi begitu susah
ditembus, bahkan oleh pasukan yang dipimpin Abu Bakar dan Umar.
Menyaksikan keadaan itu, Rasulullah akhirnya berkata, "Besok akan aku
berikan bendera ini kepada seorang yang mencintai dan dicintai Allah
dan Rasul-Nya. Melalui kedua tangannya, Allah akan memberikan
kemenangan."

Esok harinya, setelah pasukan bersiap, Rasulullah berteriak, "Dimana
Ali bin Abu Thalib?" begitu Ali tiba, Rasulullah lalu memberi isyarat
dengan tangan kanan beliau agar dia tampil ke depan. Rasulullah
mengambil bendera, mengangkatnya, dan mengibarkannya tiga kali,
sebelum meletakkan bendera itu di tangan kanan Ali.

"Ambillah bendera ini," tutur Rasulullah, "kemudian pergilah
dengannya, sampai Allah membukakan kemenangan padamu." Segera Ali maju
memimpin pasukan. Tidak lama, benteng Yahudi yang sudah berhari-hari
tidak dapat ditembus itu akhirnya dapat dikalahkan di bawah pimpinan
Panglima Ali bin Abu Thalib.

Lain lagi kisah kependekaran Ali dalam Perang Khandak (627 M). Ketika
itu, Ali sedang memimpin penggalian parit untuk membendung serangan
musuh. Mendadak beberapa pasukan musuh di bawah pimpinan Amr bin Ash
dan Ikrimah bin Abu Jahal menyeberangi parit. Amr berkata pongah, "Hai
orang Arab, apa yang kalian lakukan? Hadapi aku! Kita duel sampai
terbukti siapa yang layak untuk hidup."

Ali menyuruh anak buahnya terus menggali parit, sementara dia
menghampiri Amr dengan ketetapan hati yang bulat. "Aku akan
menghadapimu, Hai Amr." Amr mengangkat dagunya. "Aku tidak suka
membunuh orang seperti dirimu. Ayahmu adalah sahabat setia ayahku.
Karena itu, pergilah! Engkau masih muda."

Ali masih menderap, mengabaikan kalimat Amr. Melihat kesungguhan Ali,
tidak ada pilihan lain bagi Amr kecuali turun dari kuda. Dia
menyiapkan pedang dan menyambut kedatangan Ali. Pertempuran dimulai.
Suara logam saling hantam. Debu menghalangi pandangan. Orang-orang
menebak bagaimana ujung pertempuran. Ikrimah masih duduk di punggung
kuda. Dua orang lagi di belakangnya ikut mendegupkan jantung.

"Allahu Akbar!" Suara yang mengejutkan Ikrimah. Jelas bukan teriakan
Amr. Itu lantang suara Ali. Seketika Ikrimah sadar, nasib buruk sedang
menimpa Amr. Alamat buruk juga buat dirinya. Segera dia menarik tali
kekang kuda, diikuti dua orang anak buahnya. Ikrimah berhasil selamat.
Tetapi dua orang di belakangnya terperosok galian. Beberapa tentara
Muslim turun dan menuntaskan tugas perang.

Itulah Ali bin Abu Thalib. Sosok kesatria sejati, yang tumbuh dalam
asuhan Panglima Sejati Berhati Suci.

source:republika

--
ttd.


M. Alie Marzen
Share:

Kekuatan Doa ibu

Semasa kecil saya dimandikan sama ibu saya. Hampir di setiap mandi,
pas dikeringkan, pagi sore, ibu berdoa, "Mudah-mudahan Jam'an, bisa
jadi Guru Mansur. Bisa jadi ulama besar, kyai besar."

Ibu saya memintakan nama bagi saya bayi saat itu kepada almarhum KH.
Sanusi Hasan. Dan diberikanlah nama: Jam'an. Lengkapnya Jam'an
Nurchotib Mansur. Yang punya arti kurang lebih: Berkumpulnya cahaya
para khotib, cahaya para penceramah.

Dan Mansur merujuk nama KH. Mohammad Mansur atau yang dikenal dengan
nama Guru Mansur. Beliau buyut kami, seorang ulama Betawi tempo dulu
yang namanya dijadikan nama jalan yang membentang di Jembatan Lima,
antara Roxi sampai ke jembatan layang Kota. Ahli falak, dengan
kitabnya yang masyhur di bidang ini: Sullamun Nairain.

Ibu sangat ingin saya menjadi ulama. Ingin saya menjadi penerus
kakeknya ibu. Dan ibu senantiasa bilang, "Siapa yang mendoakan ibu
kalo nanti sudah meninggal?".

Kutipan kalimat ibu, saya pernah jadikan kalimat promo bagi Pesantren
Tahfidz Daarul Qur'an: "Ibu ga kepengen anak ibu cuma pinter, tapi
meninggalkan shalat. Ibu ga kepengen anak ibu cuma kaya, tapi sedikit
amal. Ibu ga kepengen anak ibu sukses tapi lupa mendoakan ibu."

Di antara doa ibu yang lain, yang hampir terdengar dan diperdengarkan,
saat mengeringkan badan saya ketika dimandikan beliau, "Mudah-mudahan
Jam'an bisa bulak balik ke Mekkah, ke Tanah Suci, kayak ke depan
pintu. Bisa bulak balik kapan aja."

Saat itu saya pernah protes, "Ga mungkin doanya Bu. Doa yang lain
aja..." Ibu saya saat itu jawab, "Eh eh eh... Kalo Allah sudah bilang
Kun, Fayakuuun..."

Ibu saya, Uum, panggilan pendek dari Humrif'ah, putri dari pasangan
Firdaus dan Rafi'ah, wafat Senin yang lalu, tanggal 26 Syawal 1434H/2
September 2013, di usia beliau 63 tahun.

Saat menuliskan ini saja, air mata menetes. Sungguh banyak hal dari
beliau, yang akhirnya saya sampaikan ke kawan-kawan jamaah. Kadang
malah apa adanya seperti kalimat Kun Fayakuun. Inspirasi-inspirasi
dari beliau, mengalir lagi ke jamaah dalam bentuk pengajaran atau
contoh.

Kawan-kawan yang memperhatikan saya, bagaimana saya kemudian
memasarkan shalawat. Mendakwahkan shalawat. Sesungguhnya pun ini
inspirasinya dari beliau. Saya kenyang mandi shalawat.

Seorang kawan SD-nya ibu, pernah bersaksi kepada saya, "Jam'an mah
wajar jadi Ustadz. Jadi orang. Dari bayi, ibu kamu tuh ga putus
shalawat. Mandiin, sambil shalawat. Ngeringin badan sambil shalawat.
Nganter sekolah sambil shalawat. Nyuapin sambil shalawat. Ngegendong,
sambil shalawat."

Sungguh pun saya sampe sekarang masih berasa bukan siapa-siapa, hanya
seorang yang bertaubat dan lagi memperbaiki diri. Yang dalam masa
pertaubatan dan perbaikan diri ini, saya sekalian ngajak yang mau ikut
bertaubat dan memperbaiki diri.

Saya merasa, bahwa bener-bener doa ibu itulah salah satu yang membuat
saya masih diberi Allah kesempatan itu. Dengan izin Allah, tahun 2002
saya yang lama tak pulang ke rumah, kembali pulang ke rumah.

Dalam keadaan sudah menulis dua buku: Mencari Tuhan dan Kun Fayakuun,
dan sudah mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Komputer, saya ditanya sama
ayah saya, "Apa yang kira-kira sudah membuat Kamu begini? Kayaknya
bisa bangkit lagi? Bisa maju?"

Saya terdiam. Saya ingin menjawab, "Shalat dhuha saya ga putus.
Berusaha shalat malam terus. Puasa. Sedekah habis-habisan,
terus-terusan. Belajar. Gigih. Pantang menyerah...", dan kata-kata
lain, tapi semua itu ga keluar.

Saya tahu, pasti ada kalimat lain. Dan benar saja. Kata ayah saya,
"Doa ibu tuh. Ibu pagi siang sore malam, haidh ga haidh, selalu di
atas sajadah. Doain Jam'an, biar jadi orang bener, biar jadi orang
besar, biar jadi kyai." Saat itu saya setengah lari ke kamar ibu. Dan
ibu dalam keadaan di atas sajadah, berbalut mukena.

"Yaa Allah, ampunilah ibu saya. Apa-apa kebaikan dari saya, dan semua
orang yang mendengar saya, mengikuti saya, alirkan pahala yang
sempurna untuk beliau. Dan juga untuk segenap orang-orang tua saya
yang lain. Ampuni juga segala kesalahan saya dan semua kesalahan
adik-adik saya, supaya ga mengalir kesalahannya buat orang-orang tua."
Tolong aminkan doa saya ini ya. Insya Allah kembali doa kepada yang
mendoakan. Salam.

--
ttd.


M. Alie Marzen
Share:

Jangan Putus Asa Jodoh pasti datang

Sepasang suami istri tinggal di Jeddah mempunyai satu anak perempuan
semata wayang. Gadis itu tumbuh dewasa dan berharap untuk segera
menikah.

Ia menginginkan memiliki pendamping hidup seorang laki-laki shalih
yang takut kepada Allah, bertanggung jawab, yang dapat membimbing,
melindungi dan menyayanginya.

Begitulah impian kebanyakan wanita, tidak muluk-muluk dalam memilih
kriteria calon suaminya. Sampai usianya 37 tahun belum ada seorang pun
yang melamarnya.

Kedua orang tuanya sudah lanjut usia, mereka berdua gelisah. Para
tetangganya memikirkan bagaimana jika kedua orang tuanya wafat, dia
akan hidup sebatang kara. Ia tidak memiliki seorang kerabat pun di
Jeddah.

Ketika beban terasa semakin berat, hidup terasa semakin sempit
datanglah pertolongan Allah. Sesungguhnya bersama kesulitan pasti
datang kemudahan.

Barangsiapa bertakwa kepada Allah, maka Allah akan memberinya jalan
keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak ia sangka.
Subhanallah…

Allah Al Fattaah membukakan pintu jodoh untuk gadis tersebut dengan
kedatangan seorang pemuda shalih yang berumur lebih muda darinya, ia
datang menemui ayahnya dan melamar anak gadisnya.

Akhirnya keduanya menikah dan sekarang hidup bahagia, Allah karuniakan
kepada keduanya empat orang anak. Ayah dan ibu wanita tersebut wafat
tidak lama setelah anak gadisnya menikah.

Tidak sedikit wanita, baik janda maupun gadis yang telah berumur lebih
dari empat puluh tahun, akhirnya mereka menikah. Janganlah kaum wanita
yang belum mendapatkan jodoh putus asa dari rahmat Allah.

Dr. Ghazi bin Abdul Aziz Syammari direktur salah satu LSM yang
mengurusi permasalahan keluarga di wilayah bagian timur Saudi Arabia
berkata, "Saudariku yang kumuliakan, sesungguhnya pernikahan merupakan
salah satu dari karunia dari sekian banyak karunia yang Allah
limpahkan kepada hamba-hamba Nya.''

Yakinlah seyakin-yakinnya jika jodoh sudah ditakdirkan menjadi
rezekimu maka ia tak akan lari kemana, pasti akan datang kepadamu.

Jodoh itu sudah dicatat dan tersimpan di Lauh Mahfudz. Janganlah
keterlambatan dalam menikah menjadikanmu gelisah dan stress sehingga
mengganggu kehidupanmu.

Banyak memikirkan masalah jodoh yang belum kunjung tiba membuka pintu
masuknya setan ke dalam dirimu sehingga membuatmu merasa adanya jin di
kamarmu. Segeralah bertaubat dan beristighfar! Mengadulah kepada Allah
dengan banyak berdoa!

Saudariku yang kumuliakan, ketahuilah keterlambatanmu dalam menikah
sesungguhnya baik untukmu. Anda mendapatkan limpahan pahala dari
Allah, ampunan dari dosa-dosamu, dan derajat yang tinggi di sisi Nya.

Sabarlah menghadapi ujian hidup! Surga itu mahal, penghuninya adalah
orang-orang yang sabar dan ikhlas. Bersangka baiklah kepada Allah,
optimislah selalu dan yakinlah akan kekuasaan Allah sehingga Anda
dapat terus melangkah dan menikmati perjalanan hidup ini. Menikah
hanyalah salah satu terminal tapi bukan tujuan dari perjalanan kita.

Saya memohon kepada Allah agar meneguhkan hatimu, mengaruniakan
kebahagiaan dunia dan akhirat untukmu. Saya memohon kepada Allah Yang
Mahaagung pemilik Arsy Yang Mahamulia agar mengaruniakan jodoh berupa
suami yang shalih untukmu. Allahumma amin." (Istisyaaraat Usariyyah
halaman 431)

Mohonlah pertolongan dengan sabar dan shalat. Isilah waktu dengan
kegiatan-kegiatan bermanfaat seperti menuntut ilmu Islam, berpuasa
sunat, bekerja di rumah atau di tempat yang aman dari fitnah.

Berilah manfaat untuk masyarakat dengan mengajar, berdakwah atau
amal-amal sosial lainnya. Boleh jadi Anda tidak menyukai sesuatu tapi
itu baik untukmu. Allah Mahamengetahui sedangkan kita tidak
mengetahui.

source : republika.co.id

--
ttd.


M. Alie Marzen
Share:

Belajar memuliakan kitab suci

Orang yang berkesempatan memasuki Masjidil Haram dan beribadat di
dalamnya tentu memiliki pengalaman unik masing-masing.

Mulai dari dahsyatnya getaran hati, air mata keharuan yang tak
terbendung saat pertama kali melihat Ka'bah secara fisik dan
shalat/berdoa di hadapannya, hingga menyaksikan orang-orang yang
berbuat kebaikan sekecil apa pun detik demi detik.

Demikian pula, orang yang berkesempatan memasuki Masjid Nabawi dan
beribadah di dalamnya tentu memiliki pengalaman unik masing-masing.

Mulai dari getaran hati, air mata kesyahduan yang tak terbendung saat
pertama kali berada di Raudhah, shalat/berdoa di dalamnya dan berdoa
dengan khusyuk di samping makam Rasulullah SAW, hingga menyaksikan
orang-orang yang berbuat kebaikan sekecil apa pun detik demi detik.
Luar biasa mengagumkan.

Di antara kebaikan yang boleh jadi bagi sementara orang dianggap tak
seberapa itu, misalnya, mengoleskan minyak wangi kepada jamaah lain
beberapa saat sebelum melaksanakan shalat berjamaah dan menata Alquran
pada rak-rak yang sudah disediakan.

Pertama, menggunakan wewangian atau parfum saat memasuki masjid untuk
melaksanakan shalat berjamaah sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW.

Tujuannya antara lain agar suasana ibadah menjadi lebih segar, lebih
nyaman, dan lebih menyenangkan. Bila demikian halnya maka kekhusyukan
akan lebih mudah diraih.

Itu dapat kita pahami dari sabda Rasulullah SAW tentang adab shalat
Jumat. Rasulullah SAW menganjurkan mandi laksana mandi janabat,
bersiwak, menyisir rambut, berparfum, dan mengenakan pakaian terbaik.

Malah dianjurkan ada pakaian khusus untuk shalat jika ia mampu
menyediakannya. Lalu bergegas menuju ke masjid dengan berjalan kaki,
mengambil posisi tidak jauh dari imam, mendengarkan khutbah dengan
seksama, dan seterusnya.

Kedua, menata Alquran pada rak-rak yang sudah disediakan sangat
dianjurkan, tujuannya agar terlihat rapi, lebih mudah dicari, dan
lebih menarik untuk dibaca dan dipelajari.

Bila demikian halnya maka kegairahan untuk membaca, mempelajari dan
memuliakan Kitab Suci akan lebih mudah direalisasikan.

Bayangkan, apa implikasinya kalau Alquran dibiarkan berserakan di
tempat yang tidak semestinya dan hal itu dilihat oleh anak-anak kita?

Saya miris mendengar informasi di percetakan Alquran di Tanah Air,
Alquran diperlakukan tidak semestinya. Konon, di percetakan tersebut
Alquran penanganannya (treatment) sama alias tidak berbeda dengan
barang cetakan lainnya!

Misalnya saja, dikerjakan oleh orang yang (mungkin) dalam keadaan
berhadas, ditaruh di lantai, diinjak, dibanting, dilempar, dan
seterusnya.

Bila demikian halnya, nyata-nyata itu telah sangat melecehkan Kitab
Suci umat Islam. Dan, kita berkewajiban meminta pihak yang berwenang
untuk segera membenahinya.

Jamaah haji dan/atau umrah asal Indonesia umumnya diajak untuk
melihat-lihat percetakan Alquran sedunia bernama Mujamma' Maalik Fahd
yang terletak di Jalan Tabuk barat laut Madinah Al-Munawwarah.

Bila direnungkan ini jelas bukan jalan-jalan biasa. Buat saya,
mengunjungi Mujamma' Maalik Fahd jauh lebih bermakna daripada
jalan-jalan ke kawasan medan magnet. Di mana kendaraaan dapat melaju
kencang meski gigi perseneling berada pada posisi netral.

Mengapa? Lantaran Mujamma' Maalik Fahd sejatinya merupakan pusat ilmu
untuk berkhidmat kepada Alquran. Markas ini mempersembahkan Alquran
al-Kariim dan terjemahannya dalam berbagai bahasa kepada kaum Muslimin
di seluruh dunia. Baik dalam bentuk cetakan maupun rekaman.

Orang-orang yang yang diizinkan masuk ke markas ini hanyalah mereka
yang lolos pemeriksaan khusus. Lagi-lagi, salah satu tujuannya adalah
agar kemuliaan Alquran tetap terpelihara.

Kembali ke pembicaraan awal, kita tentu terkagum-kagum menyaksikan
orang-orang lain mengais-ngais pahala di Masjidil Haram atau di Masjid
Nabawi dengan cara menata Alquran pada rak-rak yang sudah disiapkan
sebelumnya.

Setelah mereka lelah shalat mutlak, berdoa, dan membaca Alquran,
mereka dengan telaten menatanya kembali. Alquran yang ukurannya sama,
yang warna kovernya sama dan seterusnya ditata pada rak yang sama.
Demikianlah, cara orang-orang yang cerdas berkhidmat kepada Alquran.
Orang yang berkesempatan memasuki Masjidil Haram dan beribadat
di dalamnya tentu memiliki pengalaman unik masing-masing.

Mulai dari dahsyatnya getaran hati, air mata keharuan yang tak
terbendung saat pertama kali melihat Ka'bah secara fisik dan
shalat/berdoa di hadapannya, hingga menyaksikan orang-orang yang
berbuat kebaikan sekecil apa pun detik demi detik.

Demikian pula, orang yang berkesempatan memasuki Masjid Nabawi dan
beribadah di dalamnya tentu memiliki pengalaman unik masing-masing.

Mulai dari getaran hati, air mata kesyahduan yang tak terbendung saat
pertama kali berada di Raudhah, shalat/berdoa di dalamnya dan berdoa
dengan khusyuk di samping makam Rasulullah SAW, hingga menyaksikan
orang-orang yang berbuat kebaikan sekecil apa pun detik demi detik.
Luar biasa mengagumkan.

Di antara kebaikan yang boleh jadi bagi sementara orang dianggap tak
seberapa itu, misalnya, mengoleskan minyak wangi kepada jamaah lain
beberapa saat sebelum melaksanakan shalat berjamaah dan menata Alquran
pada rak-rak yang sudah disediakan.

Pertama, menggunakan wewangian atau parfum saat memasuki masjid untuk
melaksanakan shalat berjamaah sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW.

Tujuannya antara lain agar suasana ibadah menjadi lebih segar, lebih
nyaman, dan lebih menyenangkan. Bila demikian halnya maka kekhusyukan
akan lebih mudah diraih.

Itu dapat kita pahami dari sabda Rasulullah SAW tentang adab shalat
Jumat. Rasulullah SAW menganjurkan mandi laksana mandi janabat,
bersiwak, menyisir rambut, berparfum, dan mengenakan pakaian terbaik.

Malah dianjurkan ada pakaian khusus untuk shalat jika ia mampu
menyediakannya. Lalu bergegas menuju ke masjid dengan berjalan kaki,
mengambil posisi tidak jauh dari imam, mendengarkan khutbah dengan
seksama, dan seterusnya.

Kedua, menata Alquran pada rak-rak yang sudah disediakan sangat
dianjurkan, tujuannya agar terlihat rapi, lebih mudah dicari, dan
lebih menarik untuk dibaca dan dipelajari.

Bila demikian halnya maka kegairahan untuk membaca, mempelajari dan
memuliakan Kitab Suci akan lebih mudah direalisasikan.

Bayangkan, apa implikasinya kalau Alquran dibiarkan berserakan di
tempat yang tidak semestinya dan hal itu dilihat oleh anak-anak kita?

Saya miris mendengar informasi di percetakan Alquran di Tanah Air,
Alquran diperlakukan tidak semestinya. Konon, di percetakan tersebut
Alquran penanganannya (treatment) sama alias tidak berbeda dengan
barang cetakan lainnya!

Misalnya saja, dikerjakan oleh orang yang (mungkin) dalam keadaan
berhadas, ditaruh di lantai, diinjak, dibanting, dilempar, dan
seterusnya.

Bila demikian halnya, nyata-nyata itu telah sangat melecehkan Kitab
Suci umat Islam. Dan, kita berkewajiban meminta pihak yang berwenang
untuk segera membenahinya.

Jamaah haji dan/atau umrah asal Indonesia umumnya diajak untuk
melihat-lihat percetakan Alquran sedunia bernama Mujamma' Maalik Fahd
yang terletak di Jalan Tabuk barat laut Madinah Al-Munawwarah.

Bila direnungkan ini jelas bukan jalan-jalan biasa. Buat saya,
mengunjungi Mujamma' Maalik Fahd jauh lebih bermakna daripada
jalan-jalan ke kawasan medan magnet. Di mana kendaraaan dapat melaju
kencang meski gigi perseneling berada pada posisi netral.

Mengapa? Lantaran Mujamma' Maalik Fahd sejatinya merupakan pusat ilmu
untuk berkhidmat kepada Alquran. Markas ini mempersembahkan Alquran
al-Kariim dan terjemahannya dalam berbagai bahasa kepada kaum Muslimin
di seluruh dunia. Baik dalam bentuk cetakan maupun rekaman.

Orang-orang yang yang diizinkan masuk ke markas ini hanyalah mereka
yang lolos pemeriksaan khusus. Lagi-lagi, salah satu tujuannya adalah
agar kemuliaan Alquran tetap terpelihara.

Kembali ke pembicaraan awal, kita tentu terkagum-kagum menyaksikan
orang-orang lain mengais-ngais pahala di Masjidil Haram atau di Masjid
Nabawi dengan cara menata Alquran pada rak-rak yang sudah disiapkan
sebelumnya.

Setelah mereka lelah shalat mutlak, berdoa, dan membaca Alquran,
mereka dengan telaten menatanya kembali. Alquran yang ukurannya sama,
yang warna kovernya sama dan seterusnya ditata pada rak yang sama.
Demikianlah, cara orang-orang yang cerdas berkhidmat kepada Alquran.

source:republika.co.id

--
ttd.


M. Alie Marzen
Share:

Arsip Situs

Online now

Show Post

Blog Archive